Kesuksesan Pilpres di Iran di Tengah Propaganda Musuh
(last modified Tue, 22 Jun 2021 07:05:57 GMT )
Jun 22, 2021 14:05 Asia/Jakarta
  • Warga Iran merayakan kemenangan Sayid Ebrahim Raisi dalam pemilu presiden Iran ke-13.
    Warga Iran merayakan kemenangan Sayid Ebrahim Raisi dalam pemilu presiden Iran ke-13.

Rakyat Iran memilih presiden kedelapan negara ini pada Jumat, 18 Juni 2021 setelah mengikuti kegiatan kampanye yang meriah.

Tujuh kandidat presiden – tiga di antaranya mengundurkan diri sebelum hari pemilihan – menghabiskan waktu tiga minggu untuk berkampanye di jaringan televisi dan radio IRIB, dunia maya, dan ruang publik. Mereka bersaing untuk merebut hati rakyat dan memperkenalkan programnya dalam mengelola roda pemerintah.

Pada 18 Juni lalu, rakyat Iran antusias mendatangi tempat pemungutan suara dan menjatuhkan pilihan mereka pada salah satu capres. Mereka memilih Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi untuk memimpin roda pemerintah Iran selama empat tahun ke depan. Ayatullah Raisi memenangkan pilpres dengan perolehan 17.926.345 suara.

Karena situasi khusus di tengah penyebaran virus Corona, protokol kesehatan yang ketat dipatuhi selama proses pemungutan suara. Panitia mengambil langkah-langkah untuk mencegah penyakit ini mengancam kesehatan masyarakat semaksimal mungkin.

Suasana Pemungutan Suara Pilpres Iran di Mashhad, Jumat (18/6/2021).

Kali ini, pelaksanaan pemilu presiden di Iran memiliki perbedaan penting dari pemilu-pemilu sebelumnya. Pada bulan-bulan menjelang pemilu, pemerintah asing, kelompok, dan individu yang memusuhi Republik Islam, melancarkan propaganda lewat puluhan jaringan berbahasa Persia dan dunia maya untuk membujuk rakyat Iran supaya tidak memilih.

Tentu saja tindakan yang tidak lazim ini dapat dianggap sebagai campur tangan dalam urusan internal negara lain dan hal serupa juga terjadi di masa lalu, tetapi kali ini media-media anti-Republik Islam, secara terkoordinasi dan lewat berbagai metode propaganda, menentang hak pilih masyarakat Iran.

Mereka berharap partisipasi masyarakat Iran dapat ditekan serendah mungkin sehingga legitimasi sistem menjadi cacat dan kemudian mempersiapkan penggulingan sistem (rezim).

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya menjelang pemilu, berbicara tentang propaganda besar musuh terhadap pelaksanaan pesta demokrasi di Iran.

“Kita mungkin tidak akan menemukan tempat di dunia ini, yang pemilunya diserang habis-habisan oleh musuh, seperti pemilu yang akan kita laksanakan ini. Sudah berbulan-bulan dari sekarang media-media Amerika, Inggris, dan orang-orang bayaran yang berkerja di bawah bendera dan untuk media mereka, melakukan upaya mati-matian dengan harapan bisa mempertanyakan pemilu, mengendurkan partisipasi masyarakat, dan membuat tunduhan tertentu terhadap pemilu di Republik Islam,” ungkap Ayatullah Khamenei.

Yang menarik, lanjutnya, ada beberapa negara yang masih diatur oleh suku-suku di pertengahan abad ke-21. Artinya, (negara) dikelola dan diatur oleh pemerintahan sebuah suku, di mana aroma pemilu sama sekali tidak sampai ke negara-negara ini… Mereka juga menayangkan siaran 24 jam untuk berbicara menentang pemilu kita dan mengatakan pemilu Iran tidak demokratis! Ini adalah salah satu fenomena yang unik hari ini.

Tentu saja, hal yang membuat media-media asing semakin bersemangat menyuarakan aksi boikot pemilu di Iran adalah karena kekecewaan dan ketidakpuasan publik Iran terhadap beberapa persoalan di dalam negeri, seperti kenaikan harga barang, pengangguran, dan pelemahan daya beli karena sanksi asing, serta buruknya manajemen pemerintah di beberapa kasus.

Namun, Ayatullah Khamenei menganggap ketidakhadiran dalam pemilu dengan alasan-alasan tersebut sebagai keputusan yang tidak tepat. “Sebagian orang berkata, ya sekarang, misalnya, kami berpartisipasi dalam pemilu, apa gunanya! Menurut pendapat saya, keluhan mereka bisa dibenarkan, tetapi keputusan mereka tidak tepat. Ya, keluhan mereka adalah keluhan yang tepat, keluhan ini seharusnya ditangani. Penanganan masalah ini harus menjadi agenda prioritas bagi pemerintahan mendatang,” imbuhnya.

Menurut Ayatullah Khamenei, tidak memberikan hak suara dan marah dengan kotak suara, tidak akan menyelesaikan masalah. Jika masalah ini ingin diselesaikan, ia akan diselesaikan dengan partisipasi masyarakat, kita semua harus pergi ke tempat pemungutan suara dan memilih seseorang yang kita yakini dapat memecahkan masalah ini.

Dengan demikian, sebanyak 28.933.004 dari total 59.310.307 warga Iran yang memiliki hak pilih telah menggunakan haknya pada pemilu presiden. Di banyak negara Barat, tingkat partisipasi sebanyak ini diperoleh melalui banyak kegiatan kampanye dan persiapan besar-besaran.

Perlu dicatat bahwa sejak merebaknya wabah virus Corona, partisipasi masyarakat dalam berbagai pemilu di dunia mengalami penurunan rata-rata sepuluh persen. Faktor ini juga cukup efektif dalam mengurangi tingkat partisipasi masyarakat dalam pemilu baru-baru ini di Iran.

Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi

Mungkin motivasi utama bagi 62% pemilih yang memenuhi syarat memilih Ayatullah Raisi adalah karena ia sosok yang bersih, tegas dalam memerangi korupsi dan diskriminasi, merakyat, dan revolusioner.

Ia lahir pada tahun 1960 di kota suci Mashad. Ketika Revolusi Islam Iran menang pada 1979, ia sedang memperdalam ilmu-ilmu agama di Hauzah Ilmiah Qum. Raisi terjun ke dunia peradilan pada usia 20 tahun. Karena kinerja yang bagus dan prestasinya, ia telah mencuri perhatian para petinggi Iran termasuk Imam Khomeini dan Ayatullah Khamenei sehingga posisi-posisi penting diberikan kepadanya.

Ayatullah Sayid Ebrahim Raisi.

Misalnya, Ayatullah Raisi menjabat sebagai wakil ketua Mahkamah Agung Iran selama 10 tahun dan dalam dua tahun terakhir, ia memimpin Mahkamah Agung setelah diangkat oleh Ayatullah Khamenei. Gebrakannya selama periode singkat 27 bulan telah membuatnya populer di masyarakat dan dianggap sebagai sosok yang punya tekad keras untuk memberantas korupsi dan mendorong peningkatan produksi dalam negeri.

Dari segi akademis, Ayatullah Raisi memegang posisi tinggi di bidang ijtihad (mujtahid) serta memiliki gelar dokter dari universitas di bidang fikih dan hukum.

Tidak diragukan lagi, masyarakat Iran berharap banyak darinya untuk mengatasi masalah seperti inflasi, pengangguran, korupsi, diskriminasi, penyelundupan barang, penurunan laju pertumbuhan ekonomi, dan secara khusus hambatan produksi nasional. Presiden terpilih juga berjanji akan menyelesaikan masalah tersebut, seperti disampaikan dalam programnya, pidato, dan wawancara dengan media.

Pemilu presiden Iran pada Jumat lalu begitu penting, karena pemilihan penting lainnya juga diadakan pada hari yang sama yaitu, pemilu sela Parlemen Iran, pemilu dewan kota dan desa, serta pemilu Dewan Ahli Kepemimpinan Iran (Majles-e Khobregan-e Rahbari).

Semua pemilu ini menunjukkan pentingnya peran dan nilai suara rakyat Iran dalam sistem Republik Islam. Ayatullah Khamenei mengatakan, “Dalam sistem Islam, rakyat adalah pembuat keputusan. Sungguh rakyat adalah pemilik dan pengatur nasib dan urusan mereka sendiri, ini adalah sebuah fakta.” (RM)