Lintasan Sejarah 26 Agustus 2021
Hari ini Kamis, 26 Agustus 2021 bertepatan dengan 17 Muharam 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 4 Shahrivar 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Sheikh Bahai Lahir
490 tahun yang lalu, tanggal 17 Muharam 953 HQ, Bahauddin Amily, yang terkenal dengan nama Syeikh Bahai, seorang cendekiawan muslim besar, terlahir ke dunia di Lebanon.
Pada masa kecilnya, oleh ayahnya yang juga seorang ulama besar Lebanon, Bahauddin Amily dibawa ke Iran dan di sana ia menuntut berbagai ilmu yang berkembang di zaman itu. Dalam waktu singkat, ia berhasil meraih derajat tinggi di bidang keilmuan sehingga digelari Syaikhul Islam.
Sheikh Bahai meninggalkan karya penulisan lebih dari 88 jilid kitab dalam bahasa Arab dan Persia, di antaranya berjudul "Jami' Abbasi." Beliau meninggal tahun 1030 Hijriah di kota Isfahan Iran.
Piagam HAM Disahkan di Prancis
232 tahun yang lalu, tanggal 26 Augustus 1789, menyusul kemenangan Revolusi Prancis, parlemen negara ini mengesahkan piagam Hak Asasi Manusia (HAM).
Piagam ini dipengaruhi oleh ide pemikiran era Renaisance seperti Jean Jacques Rousseau yang menekankan kebebasan. Namun demikian, isi piagam ini tidak mendapat respon di dalam negeri Prancis sendiri dan negara-negara lain Eropa untuk beberapa waktu.
Pemerintah Barat yang dengan ganas menginjak-injak hak bangsa negara yang sedang berkembang, malah mengklaim dirinya sebagai pembela HAM. Tak hanya itu, Barat juga memanfaatkan isu HAM untuk menghadapi negara-negara lain yang menentangnya.
Haji Mahdi Araqy dan Putranya Hisam Gugur
42 tahun yang lalu, tanggal 4 Shahrivar 1358 HS, Haji Mahdi Araqy dan putranya Hisham, gugur syahid karena dibunuh kelompok munafik Mujahidin al-Khalq di Iran.
Haji Mahdi Araqy adalah pejuang garis depan Revolusi Islam Iran. Selama bertahun-tahun sebelum revolusi mencapai kemenangannya, beliau sudah berjuang melawan Rezim Shah. Akibatnya, beliau bertahun-tahun dipenjara oleh rezim Shah dan mengalami berbagai penderitaan.
Setelah kemenangan revolusi, Haji Mahdi terus berjuang disisi Imam Khomeini demi mempertahankan Revolusi Islam. Beliau memiliki tempat khusus di sisi Imam Khomeini sampai-sampai Imam menyebutnya sebagai saudara dan anaknya sendiri.
Setelah syahidnya Haji Mahdi Araqy, Imam Khomeini berkata, "Kesyahidan Haji Mahdi Araqy sangat berat bagi saya, namun kita harus berbahagia karena dia gugur syahid di jalan Allah. Dia memang harus gugur syahid karena baginya kematian di atas tempat tidur adalah kehinaan."