Lintasan Sejarah 1 Juni 2016
Hari ini, Rabu tanggal 1 Juni 2016 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 25 Sya'ban 1437 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 12 Khordad 1395 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari di tahun-tahun yang lampau.
Abu Muslim Khurasani Terbunuh
1300 tahun yang lalu, tanggal 25 Sya'ban 137 Hijriah, Abu Muslim Khurasani, seorang panglima perang asal Iran, dibunuh atas perintah al-Manshur, penguasa dari Dinasti Abbasiah.
Abu Muslim Khurasani adalah pemimpin gerakan pemberontakan rakyat terhadap pemerintahan Umawiyah yang despotik. Kelompok pemberontakan yang bernama "Pembawa Bendera Hitam" ini, setelah melalui banyak peperangan, berhasil menggulingkan pemerintahan Umawiyah.
Setelah runtuhnya Dinasti Umawiyah, Dinasti Abassiah memegang tampuk kekuasaan. Khalifah al-Manshur kemudian merasa khawatir atas kekuasaan yang dimiliki Abu Muslim Khurasani dan pengaruhnya yang meluas di tengah masyarakat. Oleh karena itulah dia memerintahkan antek-anteknya untuk membunuh Khurasani.
Kemenangan Kelompok Sarbedaran
700 tahun yang lalu, tanggal 25 Sya'ban 737 Hijriah, perjuangan kelompok Sarbedaran melawan pemerintahan Mongol di Sabzevar, timur laut Iran, mencapai kemenangan.
Sejak saat itu pula, dimulailah pemerintahan Sarbedaran. Sarbedaran adalah sekelompok orang yang berjuang menentang kezaliman pemerintahan Mongol di Iran. Mereka dipimpin oleh para ruhaniwan, di antaranya Syaikh Khalifah, Syaikh Hasan Juri, dan Abdul Razaq. Slogan perjuangan kelompok ini adalah "Para Pezalim Kita Musnahkan atau Kita Pergi ke Tiang Gantungan." Oleh karena itulah kelompok ini dinamakan Sarbedaran yang artinya "kepala-kepala yang siap digantung".
Kelompok Sarbedaran menguasai pemerintahan di timur laut Iran selama lima abad sampai datangnya Teimur Gorgani pada tahun 788 Hijriah yang merebut kekuasaan dari tangan mereka.
KH. Abdul Wahid Hasjim Lahir
102 tahun yang lalu, tanggal 1 Juni 1914, Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim lahir di Jombang, Jawa Timur.
Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam di zaman pendudukan Belanda.
Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada tanggal 24 Oktober 1943 beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau mendirikan Sekolah Tinggi Islam di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.Wahid Hasjim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953.
Hujjatul Islam Sayid Abu Turabi Wafat
16 tahun yang lalu, tanggal 12 Khordad 1379 Hs, Hujjatul Islam Abu Turabi meninggal dunia akibat tabrakan saat hendak menuju Mashad bersama ayahnya.
Sayid Ali Akbar Abu Turabi lahir di kota Qom pada 1318 Hs. Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat menengah, beliau kemudian melanjutkan pendidikan agama di kota Mashad. Hujjatul Islam Abu Turabi terlibat aktif dalam demonstrasi rakyat Qom pada 15 Khordad 1342 Hs dan ketika Imam Khomeni ra diasingkan ke Najaf, beliau juga pergi ke Najaf dan di sana beliau ikut kuliah Imam Khomeini ra. Abu Turabi belajar di Najaf selama 6 tahun dan kemudian ditahan di perbatasan Khosravi. Oleh SAVAK, beliau dipindahkan ke penjara Komite Bersama dan setelah beberapa waktu untuk kedua kalinya beliau dipindahkan ke penjara Evin.
Pasca pembebasannya dari penjara, bersama syahid Sayid Ali Andarzgu, Hujjatul Islam Abu Turabi mulai mengorganisir jihad bersenjata dan berkali-kali dikejar oleh pihak SAVAK.
Hujjatul Islam Abu Turabi setelah kemenangan Revolusi Islam Iran terpilih menjadi Ketua Komite Revolusi Islam Qazvin dan dalam pemilu legislatif daerah beliau berhasil menjadi anggota dewan perwakilan daerah Qazvin, bahkan menjadi ketuanya.
Bersamaan dengan Perang Pertahanan Suci selama 8 tahun, Hujjatul Islam Abu Turabi bersama syahid Doktor Mostafa Chamran bergabung dalam staf perang gerilya mengkoordinasi pasukan. Pada tanggal 26 Azar 1359 Hs dalam sebuah operasi yang dilakukannya, beliau tertawan pasukan rezim Saddam.
Hujjatul Islam Abu Turabi dipenjara di kamp al-Anbar, Mosul 1, 3, 4, Ramadi, Tikrit 5, 17, 18 dan juga penjara Baghdad. Setelah berlalu 10 tahun ditawan, akhirnya pada 1369 Hs, beliau kembali ke tanah air dan tanggal 7 Mehr 1369 Hs diangkat oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran sebagai Wakil Wali Faqih urusan tawanan Iran yang telah dibebaskan Irak. Beliau juga sempat menjadi anggota Majlis (parlemen) Iran periode 4 dan 5.