Inovasi dan Prestasi Baru Iran (1)
Setelah Revolusi Islam, banyak perkembangan dan kemajuan dramatis yang terjadi di berbagai bidang di Iran. Salah satu wujud nyata dari perkembangan ini dapat dilihat di ranah perempuan.
Berdasarkan keterangan Wakil Presiden Iran Bidang Sains dan Teknologi Sorena Sattari, berbagai laporan menyebutkan jumlah penemu wanita di Iran lebih tinggi dari rata-rata global. Laporan itu mencatat bahwa menurut penelitian, persentase penemu wanita di Iran mencapai sekitar 24%, yang secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata global dan bahkan lebih tinggi dari statistik negara-negara terdepan di bidang pendaftaran paten.
Perlu diketahui bahwa rata-rata di dunia, persentase penemu wanita dalam pendaftaran paten adalah sekitar 14%. Di negara-negara maju angka ini tidak sampai 18%.
Salah satu kecemasan yang selalu muncul pasca mewabahnya virus Corona adalah masalah pemakaian bahan dan jenis masker yang ampuh mencegah penyebaran dan penularan virus. Seorang peneliti di Universitas Ilmu Kedokteran Shahid Beheshti Tehran kemudian mengembangkan spray untuk melindungi masker kain dan masker bedah dari virus Corona. Cara kerja spray ini adalah mengubah masker biasa menjadi masker anti-Corona.
Spray yang dinamai “Corona Safe” ini dikembangkan oleh Dokter Jalaleddin Ghanavi, ahli paru-paru dari Rumah Sakit Masih Daneshvari Tehran. Menurutnya, spray ini digunakan untuk mengubah masker biasa menjadi masker yang dapat membunuh virus Covid-19. Produk ini juga dapat dipakai pada alat pelindung diri dan pakaian untuk mencegah virus masuk ke dalam tubuh.
Dokter Ghanavi mengatakan, hal yang membedakan virus Covid-19 dengan virus lain adalah keberadaan protein S. Jika ia hilang atau mati, maka virus tersebut hampir tidak bisa aktif. Oleh karena itu, sebuah molekul dirancang untuk menyerang protein S dan membunuh virus. Setiap semprotan molekul ini pada masker dan peralatan pelindung lainnya bertahan hingga 8 jam.
Asghar Farhadi adalah seorang penulis latar dan sutradara film Iran yang sudah dikenal di mancanegara. Dalam beberapa tahun terakhir, ia memenangkan Piala Oscar untuk kategori bahasa asing terbaik untuk film “Separation” dan “The Salesman.”
Amazon Studios baru-baru ini membeli hak untuk memutar film baru Asghar Farhadi yaitu “A Hero.” Film ini dibuat di kota Shiraz dan sekarang berada dalam tahap pasca-produksi. Amazon Studios berencana memutar film ini di bioskop akhir tahun 2021 dan pada musim penghargaan 2022. Film ini diperkirakan akan diputar di Festival Cannes tahun ini. Detail tentang jalan cerita film “A Hero” belum dirilis.
Amazon Studios sebelumnya telah membeli hak siar untuk film “The Salesman” garapan Farhadi. Ini adalah film kedua Farhadi yang hak siarnya dibeli oleh anak perusahaan Amazon tersebut.
The Salesman pertama kali diputar di Festival Cannes 2016 dan menerima dua penghargaan untuk skenario terbaik dan aktor terbaik yang diperankan oleh Shahab Hosseini. The Salesman juga memenangkan British Academy Film Awards (BAFTA) dan Golden Globe. Film A Hero diproduksi bersama dengan Alexandre Mallet-Guy di rumah produksi Momento Films, yang juga memproduksi tiga film terakhir milik sutradara Iran itu.
Di tahun-tahun setelah revolusi dan secara khusus dalam beberapa tahun terakhir, film-film Iran semakin mewarnai dan meramaikan festival film internasional. Selain film yang diproduksi oleh sutradara terkenal seperti, Abbas Kiarostami dan Asghar Farhadi, film-film besutan anak muda Iran juga sudah merambah kancah internasional dan mendapat apresiasi di berbagai festival.
Salah satu film tersebut adalah film pendek “Winged White Horse,” yang memenangkan penghargaan untuk film paling kreatif di Festival Film Reel to Real International Kanada ke-23. Ajang yang berfokus pada film anak-anak dan remaja ini diadakan secara online tahun ini karena pandemi Covid-19.
Film yang disutradarai oleh Mahyar Mandegar ini pernah diputar di festival Berlin, Tirana, Izmir, dan Festival Film Internasional Seni Sinematografi Camerimage. Film “Winged White Horse” berkisah tentang seorang pria (Taha) yang kembali ke kampung halamannya di Iran, yang hancur dalam perang 20 tahun yang lalu. Dia mencari kekasih masa kecilnya yang telah menjanjikan cinta abadi jika ia kembali sebagai kuda bersayap putih.
Film lain besutan pemuda Iran yang berhasil menyabet dua penghargaan internasional adalah film “Metamorphosis in the Slaughterhouse.” Film ini memenangkan dua penghargaan internasional di Bare Bones International Film Festival di Oklahoma, Amerika Serikat. Ajang ini berfokus pada para pembuat film independen dan bakat yang baru muncul.
Film ini memenangkan Special Legacy Award dan Bumblebee Award di acara tersebut. Para penerima Special Legacy Award dipilih karena karya mereka dan kegigihan mereka dalam mengejar mimpinya untuk mengangkat cerita baru menggunakan berbagai format.
Baik dalam menangani topik kontroversial, menceritakan kisah legenda bersejarah, atau mematahkan stereotip, para pembuat film ini patut dicontoh dalam keahlian mereka dan layak mendapat pengakuan.
Film “Metamorphosis in the Slaughterhouse” menceritakan kisah sebuah keluarga yang harus pindah dari desa mereka. Shadi adalah seorang gadis kecil yang orang tuanya dituduh membunuh seorang gadis di desa, dan penduduk desa membunuh orang tuanya untuk membalas dendam. Pamannya mengadopsinya dan sekarang Shadi harus menghadapi masalah yang disebabkan oleh orang-orang di desa tersebut. (RM)