Okt 23, 2021 13:56 Asia/Jakarta

Surat Al-Fath ayat 5-9

لِيُدْخِلَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَيُكَفِّرَ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَكَانَ ذَلِكَ عِنْدَ اللَّهِ فَوْزًا عَظِيمًا (5)

 

supaya Dia memasukkan orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan supaya Dia menutupi kesalahan-kesalahan mereka. Dan yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar di sisi Allah, (48: 5)

Di pembahasan sebelumnya telah dibahas Perjanjian Hudaibiyah antara Rasulullah Saw dan orang musyrik Mekah, di mana Allah Swt telah memberi kabar gembira kemenangan umat Muslim di masa depan dan memberi mereka ketenangan.

Ayat kali ini mengatakan, mereka yang senantisa menjadi penolong dan selalu menyertai Rasulullah serta taat kepadanya, selain mendapat ketenangan duniawi, Allah Swt juga menjamin akhirat mereka; Tuhan mengampuni kesalahan mereka dan menjadikan surga sebagai tempat mereka serta mendapat nikmat ilahi yang tidak akan pernah putus.

Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Meskipun perempuan tidak memiliki kehadiran langsung di beberapa bidang yang sulit seperti perang dan jihad, tapi jika mereka menjadi penolong dan sepemikiran dengan suami serta anak-anak pejuangnya, dan rela dengan partisipasi suami dan anaknya di medan tempur, maka mereka juga mendapat pahala.

2. Iman tidak berarti bahwa tidak ada kesalahan di pihak orang yang beriman. Tetapi perbuatan baik orang-orang beriman menyebabkan Allah mengampuni kesalahan mereka dan membuat mereka mendapat rahmat dan ampunan-Nya.

3. Kebahagiaan dan keselamatan yang besar dan nyata adalah manusia sejahtera baik di dunia maupun di akhirat, jika tidak maka banyak orang kafir di dunia ini yang akan menikmati berkah materi.

 

وَيُعَذِّبَ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا (6) وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (7)

 

dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali. (48: 6)

Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (48: 7)

Ketika Rasulullah dan muslimin bergerak dari Madinah menuju Mekah, orang munafik yang meragukan pertolongan Allah mengataan, orang muslim tidak akan kembali dengan selamat ke Madinah dan mereka akan terbunuh atau ditawan orang musyrik. Sementara orang musyrik Mekah juga berniat melawan muslimin, tapi bahaya ini berhasil dihilangkan dengan perencanaan Rasul dan perjanjian damai dengan kaum Musyrik.

Ayat ini mengatakan, kaum munafik Madinah dan musyrik Mekah yang memperkirakan nasib buruk bagi muslimin, justru diri mereka sendiri akan mengalami nasib buruk dan mendapat murka serta azab ilahi di dunia dan akhirat.

Mereka yang bersandar para kekuatan dan hikmah ilahi serta maju ke medan akan mendapat rahmat dan bantuan Tuhan serta akhirnya meraih kemenangan. Namun mereka yang duduk di rumah karena takut dan menakut-nakuti orang lain serta melemahkan semangat masyarakat, mereka akan bernasib buruk. Faktanya orang seperti ini telah merusak dunia dan akhiratnya sendiri.

Uniknya di ayat ini disebutkan bahwa istri mukmin berada di samping suaminya yang mukmin, sementara istri musyrik dan munafik berada di sampin suami mereka. Dengan demikian ayat ini menjelaskan peran penting perempuan/istri di bidang sosial dan politik serta pengaruh mereka terhadap suami.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Prasangka buruk akan janji-janji ilahi adalah ciri orang munafik dan musyrik, bukan orang mukmin sejati yang percaya akan pemenuhan janji-janji itu.

2. Orang-orang munafik dan orang-orang musyrik itu sependapat dan bersama-sama dalam kejahatan dan kesesatan. Oleh karena itu, dalam ayat-ayat ini disebutkan nasib orang-orang munafik bersama dengan orang-orang musyrik; Namun, orang-orang munafik hidup di antara orang-orang beriman dan dianggap Muslim dalam penampilan.

3. Perempuan berada di pihak laki-laki dalam memperoleh kebajikan atau keburukan moral, dan seperti mereka, perempuan mempengaruhi nasib mereka sendiri dan masyarakat.

4. Semua objek dan fenomena alam semesta berada di bawah rencana dan perintah Tuhan, dan siapa pun yang menentang Tuhan tidak akan memiliki akhir kecuali kekalahan.

 

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا (8) لِتُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُعَزِّرُوهُ وَتُوَقِّرُوهُ وَتُسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (9)

 

Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, (48: 8)

supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan (agama)Nya, membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang. (48: 9)

Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menekankan posisi Rasulullah Saw di tengah masyarakat dan mengatakan, ia menjadi saksi dan pengawas atas segala sesuatu yang terjadi di masyarakat, serta tidak ada yang tersembunyi darinya, meski bisa saja ia tidak akan mengungkapkan apa yang ia ketahui.

Ia menyeru manusia untuk melakukan perbuatan baik dan menghindari perbuatan buruk, dan memberi kabar gembira bagi perbuatan baik dan memperingatkan akan akhir dari perbuatan buruk.

Orang-orang beriman diharapkan menerima ucapannya dan dalam praktek, selalu menjadi penolong dan menyertainya serta mengagungkan kedudukannya di masyarakat, sehingga orang munafik dan musuh luar tidak akan berani melukainya.

Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:

1. Harus ada keseimbangan antara kabar gembira dan peringatan saat memberi petunjuk dan mendidik sesorang, sehingga audiens tidak akan sombong atau putus asa.

2. Para mubaligh di tengah masyarakat harus menjadi teladan baik dalam perilaku maupun perbuatan, serta harus menyadari apa yang tengah terjadi di masyarakat.

3. Keharusan iman kepada Tuhan adalah mendukung dan menjaha agama serta Rasulullah Saw. Rasul harus dihormati dan kedudukannya di masyarakat diagungkan.

4. Orang beriman di samping aktivitas sosial dan hadir di lapangan, harus terus mengingat Tuhan baik pagi atau malam dan di shalat atau lainnya, serta memperkuat hubungannya dengan Tuhan melalui metode ini.