Lintasan Sejarah 2 November 2021
Hari ini Selasa, 2 November 2021 bertepatan dengan 26 Rabiul Awal 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 11 Aban 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Imam Hasan as Berdamai dengan Muawiyah
1402 tahun yang lalu, tanggal 26 Rabiul Awal 41 HQ, Imam Hasan as berdamai dengan Muawiyah.
Setelah syahadah Imam Ali as, pengikut Syiah di Kufah membaiat Imam Hasan as, anak Imam Ali as dan memilihnya sebagai khalifah, pengganti ayahnya. Imam Hasan as mengirim 12 ribu pasukan yang dipimpin oleh Qais bin Saad untuk memerangi Muawiyah dan beliau sendiri pergi ke kota Madain.
Sebelum terjadi perang terhembus isu kematian Qais bin Saad yang membuat pasukan Imam Hasan as tidak solid lagi. Sebagian pada waktu itu sampai berani menjarah bendera Imam Hasan dan yang lain menusuk paha beliau dengan pisau. Kondisi ini sangat tidak menguntungkan Imam Hasan as dan melanjutkan perang tidak ada gunanya dengan pasukan yang rendah semangatnya.
Oleh karenanya, Imam Hasan as menulis surat kepada Muawiyah yang berujung pada perundingan. Pada tanggal 26 Rabiul Awal 41 Hijriah perundingan terjadi yang hasilnya Imam Hasan as harus mengundurkan diri dari kursi kekhalifahan dengan syarat, pasca pemerintahan Muawiyah, ia tidak berhak menunjuk anaknya sebagai penggantinya. Syarat lainnya adalah Muawiyah tidak menjelek-jelekkan Imam Ali as.
Sekalipun batin Imam Hasan as tidak menerima hasil perundingan itu, kondisi yang ada memaksanya menerima itu. Akhirnya setelah lewat lima setengah bulan dari pengunduran dirinya dari kursi kekhalifahan, Imam Hasan as dan keluarganya pergi ke Madinah.
Penandatanganan Perundingan KMB
72 tahun yang lalu, tanggal 2 November 1949, Indonesia dan Belanda menandatangani hasil perundingan Konferensi Meja Bundar atau KMB.
KMB diadakan di Den Haag Belanda, setahun setelah Belanda melakukan agresi militernya yang kedua pada bulan Desember 1948 terhadap Indonesia. Agresi ini mendapat kecaman internasional dan atas desakan PBB, kedua pihak mengadakan konferensi tersebut.
Hasil KMB antara lain penyerahan kedaulatan kepada Indonesia. Indonesia kemudian mendirikan Republik Indonesia Serikat dengan Ir. Sukarno sebagai presiden pertama.
Ayatullah Sayid Reza Sadr Wafat
27 tahun yang lalu, tanggal 11 Aban 1373 HS, Ayatullah Sayid Reza Sadr meninggal dunia dalam usia 73 tahun di Tehran dan dikebumikan di komplek makam suci Sayidah Fathimah Maksumah Qom.
Ayatullah Sayid Reza Sadr lahir pada 1299 HS dalam keluarga ulama di Mashad, Iran. Ayahnya adalah Ayatullah al-Udzma Sayid Sadr ad-Din Sadr, ulama dan marji besar di masanya. Setelah meninggalnya Ayatullah Abdolkareem Hairi Yazdi, ayahnya bersama dua marji mengelola Hauzah Ilmiah Qom. Ayatullah Sayid Reza Sadr kakak dari Imam Musa Sadr, pemimpin Syiah Lebanon.
Sayid Reza belajar pendahuluan ilmu agama dan tingkat menengah di Mashad dan ketika berusia 25 tahun, ia mengikuti ayahnya ke Hauzah Ilmiah Qom. Selama di kota ini, Sayid Reza belajar kepada guru-guru besar seperti Sayid Shihab ad-Din Marashi Najafi, Sayid Mohammad Mohaghegh Damad, Sayid Hassan Sadr, Sayid Mohammad Hojjat Kouhkamareh-i, Sayid Hossein Boroujerdi dan Imam Khomeini ra. Setelah itu Sayid Reza mengajar tingkat mujtahid sejak berusia 40 tahun.
Ayatullah Sayid Reza Sadr menguasai ilmu rasional dan tekstual seperti tafsir, hadis, fiqih, ushul fiqih, teologi, sejarah, sastra Arab dan Persia, filsafat, akhlak dan irfan. Ia juga menguasai bahasa Perancis dan Inggris. Sayid Reza dikenal dengan kemampuan hafalannya yang luar biasa, sekaligus ulama yang zuhud, rendah hati, tapi berani berbicara disertai tulisan yang menarik.
Sebagian karya ilmiah Sayid Reza Sadr seperti Ijtihad wa Taqlid, Tafsir Surat al-Hujurat, Quran Shenasi, Banuye Karbala dan puluhan buku lainnya.