Lintasan Sejarah 8 November 2021
Hari ini Senin, 8 November 2021 bertepatan dengan 2 Rabiul Tsani 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 17 Aban 1400 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.
Ibnu Mu’taz Tewas
Tanggal 2 Rabiul Tsani 296 HQ, Ibnu Mu’taz, seorang penyair dan sastrawan Arab zaman Dinasti Abbasiah, dibunuh atas perintah dari penguasa saat itu.
Ibnu Mu’taz dilahirkan di Samara. Irak, pada tahun 247 Hijriah, dan merupakan putra dari Mu’taz, khalifah Dinasti Abbasiah ke-13. Ibnu Mu’taz adalah seorang pencinta sastra dan syair sehingga rumahnya menjadi tempat berkumpulnya para ilmuwan dan sastrawan.
Setelah kematian khalifah Muktafa, Ibnu Mu’taz diangkat menjadi khalifah, namun mendapatkan penentangan dari sekelompok orang sehingga akhirnya terguling. Setelah itu, Muqtadar Abbasi naik ke kursi kekhalifahan dan atas perintahnya pula, Ibnu Mu’taz dibunuh. Karya Ibnu Mu’taz berjudul, “Asy’aarul Muluk” dan “Kitaabul Badi’i“.
Margaret Mitchell Lahir
121 tahun yang lalu, tanggal 8 November 1900, Margaret Mitchell, seorang penulis Amerika terkenal, terlahir ke dunia di kota Atlanta, Georgia.
Selama beberapa waktu, Mitchell menuntut ilmu di fakultas kedokteran, namun setelah kematian ibunya, ia sangat terpukul dan berhenti kuliah. Sejak usia 22 tahun, Mitchell memulai karir di bidang penulisan dan selama beberapa waktu bekerja sebagai wartawan.
Nama Margaret Mitchell menjadi terkenal ke seluruh dunia atas novel legendarisnya yang berjudul "Gone With The Wind". Novel ini, hingga kini terus dicetak ulang dan telah diterjemahkan dalam hampir seluruh bahasa di dunia.
Imam Khomeini: Dilarang Berunding dengan Utusan Carter Soal Tawanan!
42 tahun yang lalu, tanggal 17 Aban 1358 HS, Imam Khomeini ra mengeluarkan perintah larangan berunding dengan utusan Presiden Amerika Jimmy Carter soal tawanan.
Pada tanggal 13 Aban 1358 (4 November 1979) Kedutaan Besar Amerika atau yang lebih dikenal sebagai sarang spionase diduduki oleh "Mahasiswa Pengikut Garis Imam". Menyusul dukungan Imam Khomeini ra atas aksi yang dilakukan para mahasiswa, pemerintahan sementara Mahdi Bazargan mengundurkan diri.
Sekalipun tidak berharap demikian, Imam Khomeini ra akhirnya menerima pengunduran pemerintahan Bazargan. Sementara anggota kabinet pemerintahan sementara juga berharap Imam Khomeini ra tidak menerima permintaan pengunduran diri itu. Karena telah beberapa kali pemerintahan sementara berniat mengundurkan diri, tapi tidak diterima oleh Imam Khomeini ra.
Oleh karenanya, pemerintahan sementara mulai menekan para mahasiswa agar membebaskan para tawanan yang ditahan dari Kedubes AS di Tehran itu. Sementara itu, selain Imam Khomeini ra menerima pengunduran diri pemerintahan sementara, ternyata beliau tidak memperkenalkan pemerintahan baru, tapi menyerahkan pemerintahan kepada Dewan Revolusi, hingga terbentuknya parlemen pertama. Berbeda dengan pemerintahan sementara yang lebih solid, Dewan Revolusi terdiri dari anasir-anasir moderat, ekstrim, rohaniwan dan non-rohaniwan.
Pengunduran diri pemerintahan sementara dan pengalihan urusan pemerintahan kepada Dewan Revolusi membuat pupus segala harapan yang ada pada pemerintah Amerika untuk membebaskan para tawanan itu. Bagi mereka penyelesaian segera masalah ini menjadi semakin sulit. Hal ini menambah kegelisahan mereka. Saat ini mereka menghadapi ketegasan Imam Khomeini ra.
Pada tanggal 17 Aban 1358 (8 November 1979) Imam Khomeini ra mengeluarkan perintahnya sebagai berikut:
"Sesuai informasi yang ada, para wakil khusus Carter tengah menuju Iran. Mereka berkeinginan mengunjungi kota Qom dan bertemu dengan saya. Oleh karenanya, saya perlu mengingatkan bahwa pemerintah Amerika sebagai pelindung Shah telah menyatakan penentangannya secara terang-terangan terhadap Iran. Selain itu, sesuai yang telah disebutkan, Kedutaan Besar Amerika di Iran telah menjadi sarang spionase musuh-musuh kita yang anti-kebangkitan suci Islam.
Dengan demikian, tidak mungkin akan terjadi pertemuan saya dengan wakil-wakil khusus Amerika. Selain itu, 1. Anggota Dewan Revolusi tidak berhak menemui mereka. 2. Tidak ada seorang pejabat Iran-pun yang boleh bertemu dengan mereka. 3. Bila Amerika menyerahkan Shah yang telah lengser dan musuh nomor wahid Iran kepada kita dan tidak lagi memata-matai revolusi kita, pada saat itu baru terbuka jalan untuk merundingkan sebagian hubungan yang bermanfaat bagi bangsa Iran.”