Mar 15, 2022 19:40 Asia/Jakarta
  • Pasukan Amerika di Asia Barat
    Pasukan Amerika di Asia Barat

Kinerja Amerika Serikat berulang kali menunjukkan dirinya tidak dapat dipercaya dan di mana saja selalu mengobarkan fitnah, kerusakan, friksi dan perang, serta menentang kepentingan berbagai bangsa; Tapi penentangan ini gagal di banyak bidang.

Amerika mengalokasikan dana 7 miliar dolar untuk intervensi militer besar-besaran di Asia Barat, tapi intervensi ini malah mengobarkan huru hara lebih besar di kawasan dan bahkan membuat Amerika sendir menghadapi tantangan serius.

Amerika sebelum krisis di Afghanistan, Suriah dan Irak menempatkan sekitar 60.000 hingga 70.000 personel militernya di Asia Barat. Dan di tahun 2019, penjualan senjata Amerika di Asia Barat mencapai 25,5 miliar dolar dan sepertiga penjualan senjata dunia dimonopoli Amerika Serikat.

Pertanyaannya adalah apa kepentingan AS di Asia Barat dan mengapa negara ini melakukan intervensi besar-besaran di kawasan ini ?

Minyak pernya menjadi kepentingan paling utama Amerika Serikat di Asia Barat, tapi kini minyak Asia Barat sepertinya tidak begitu penting bagi Washington. Amerika telah menjauh dari ketergantungan dari minyak Asia Barat, dan menurut sejumlah pengamat, Amerika meraih independensi energi.

Minyak

Tapi sejumlah pengamat masih menekankan bahwa Amerika sampai kini masih membutuhkan minyak Asia Barat. Faktanya Amerika juga memproduksi minyak mentah ringan, dan oleh karena itu tidak membutuhkan impor minyak mentah berat dari Asia Barat. Impor minyak Amerika dari Asia Barat tahun 2001 sekitar 2,8 juta barel perhari, dan di tahun 2019 sekitar 1,9 juta barel perhari.

Di sisi lain, harga minyak Amerika juga terpengaruh kondisi Asia Barat, tapi dampaknya lebih terbatas, karena 21 persen konsumen minyak dunia dari jalur Selat Hormuz dan setiap peristiwa di Teluk Persia pasti akan mempengaruhi harga minyak dunia. Secara umum, di banding dengan sepuluh tahun lalu, urgensi Asia Barat bagi keamanan energi Amerika mulai menurun, tapi minyak Asia Barat sampai kini masih memiliki posisi khusus bagi Amerika. Seperlima dari minyak dunia melintasi Selat Hormuz dan negara-negara produsen minyak Asia Barat sampai kini menjamin ekspor sepertiga minyak dunia.

Terlepas dari isu energi dan minyak; Isu strategis bagi merika adalah menjaga rezim Zionis Israel sebagai pangkalan pengaruh dan paling pasti dari sekutu Amerika di Asia Barat yang termasuk salah satu tujuan mendasar dan strategis Amerika.

Tujuan lain dari kehadiran Amerika di kawasan sepertinya mendukung negara-negara sekutu Washington, khususnya Arab Saudi; Tapi kebijakan Amerika di bidang ini tidak pasti. Misalnya pada September 2019, ketika instalasi minyak Arab Saudi mendapat serangan balasan pasukan Yaman, dan produksi minyak Saudi turun hingga 5,7 juta barel perhari, Presiden AS saat itu, Donald Trump mengatakan bahwa ini serangan terhadap Arab Saudi bukan terhadap AS. Pada Oktober 2019, Trump juga menuntut penarikan pasukan Amerika dari Suriah. Kedua kubu AS di DPR (Demokrat dan Republik) menentang permintaan Trump tersebut dan meyakini bahwa langkah ini sama halnya dengan mengkhianati sekutu regional Amerika di kawasan.

Rand Paul, senator Republik Amerika menilai kebijakan keliru negara ini dan intervensinya yang melebihi batas di krisis Suriah sebagai faktor munculnya tempat persembunyian yang aman bagi teroris Asia barat dan merembetnya huru hara ke utara Irak. Ia menyebut salah satu alasan kian kuatnya kelompok teroris Daesh (ISIS) adalah pengiriman senjata Amerika bagi sekutu kelompok ini di Suriah. Ia mengatakan, "Daesh di Suriah adalah sekutu kita. Kita memberi senjata kepada milisi untuk mengusir pasukan loyalis pemerintah Damaskus, dan kita juga membuat tempat aman bagi anasir ini di Suriah. Menurut saya, intervensi kita di Suriah telah memicu kondisi saat ini di Irak."

Michael Flynn, mantan ketua dinas intelijen pertahanan Pentagon dalam sebuah wawancara dengan televisi Aljazeera menyatakan bahwa pertumbuhan Daesh adalah hasil langsung dukungan Amerika Serikat terhadap pemberontak Suriah dan unsur utama pasukan mereka adalah al-Qaeda Irak.

Michael Flynn

Fakta ini menunjukkan bahwa Amerika Serikat diluarnya menunjukkan sebagai pendukung perdamaian dan keamanan di dunia, berusaha meraih ambisi invasinya dengan mengobarkan instabilitas di dunia.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei di bagian ucapannya saat bertemu dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin September 2018 menyinggung kekalahan Amerika di Asia Barat dan mengatakan, "Amerika dengan memanfaatkan kondisi yang ada saat itu di negara-negara Asia Barat, berusaha mengkompensasi pukulan telak Mesir dan Tunisia di Suriah dan dengan menumbangkan pemerintahan pro-muqawama, tapi kini sepenuhnya gagal."

Rahbar menyebut mengendalikan Amerika adalah suatu keniscayaan dan menambahkan, "Amerika Serikat sebuah ancaman bagi kemanusiaan dan masih ada peluang untuk mengendalikannya."

Hal ini juga ditekankan Rahbar di pertmuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Rahbar menjelaskan, "Persatuan dan kerja sama negara-negara Islam pastinya akan menjadi peluang untuk menyelesaikan tantangan di kawasan, dan oleh karena itu, kubu arogan khususnya Amerika khawatir atas kerja sama dekat negara-negara Islam dan terbentukan sebuah kekuatan Islam."

Kesimpulannya dapat dikatakan bahwa kebijakan strategis yang ditekankan dan ditindaklanjuti Rahbar adalah mengusir Amerika dari kawasan Asia Barat. Pendekatan yang urgensinya kembali pada menjamin kepentingan nasional negara-negara dan bangsa kawasan ini. Menurut perspektif Ayatullah Khamenei, kehadiran dan intervensi Amerika di Asia Barat menjadi faktor pengobaran krisis, instabilitas, kerusuhan dan friksi. Dan ini dapat diakhiri melalui kerja sama timbal balik bangsa dan pemerintah di kawasan ini. (MF)