Jun 29, 2022 09:26 Asia/Jakarta
  • 29 Juni 2022
    29 Juni 2022

Hari ini Rabu, 29 Juni 2022 bertepatan dengan 29 Dzulqadah 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 8 Tir 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Imam Jawad Diracuni Isterinya

1223 tahun yang lalu, tanggal 29 Dzulqadah 220 HQ, Imam Jawad as diracuni istrinya atas perintah Khalifah Mu’tasim.

Imam Jawad as

Setelah mensyahidkan Imam Ridha as, Khalifah Makmun meminta Imam Jawad as, anak Imam Ridha as agar pindah dari Madinah ke kota Baghdad. Makmun kemudian mengawinkan anak perempuannya Ummul Fadhl yang dinilai pengikut Syiah sebagai perkawinan paksaan dengan tujuan politis dengan Imam Jawad as. Imam Jawad as tidak memiliki anak dari perkawinannya dengan Ummul Fadhl. Anak-anak beliau berasal dari perkawinannya dengan Sumanah al-Maghribiya.
 
Selama menetap di Baghdad, Imam Jawad as benci dengan perilaku Makmun dan akhirnya beliau meminta izin kepada Makmun guna menunaikan ibadah haji dan dari sana beliau pergi ke Madinah dan berhenti di sana hingga Makmun meninggal dunia.
 
Pasca kekhalifahan Makmun, saudaranya Mu'tasim menjadi khalifah. Ia tidak dapat menahan kebenciannya setiap kali mendengarkan kesempurnaan dan keutamaan akhlak Imam Jawad as. Akhirnya ia memanggil Imam Jawad as agar tinggal di Baghdad. Ketika hendak berangkat, beliau harus berpisah dengan anak tercintanya Ali an-Naqi dan kuburan kakeknya Rasulullah Saw. Imam Jawad as tiba di Baghdad pada 28 Muharram 220 HQ.
 
Mu'tasim mengetahui bahwa Ummul Fadhl tidak begitu suka kepada Imam Jawad as. Karena beliau lebih memperhatikan ibu Imam ali an-Naqi as. Oleh karenanya, Ummul Fadhl senantiasa mengadukan beliau kepada Mu'tasim. Bahkan hal ini telah dilakukan berkali-kali di masa hidupnya Ma'mun, tapi tidak didengarkan olehnya. Ma'mun tahu benar mengganggu Imam Jawad as tidak maslahat bagi kekhalifahannya.
 
Pada akhirnya, Mu'tasim berhasil meyakinkan Ummul Fadhl untuk membunuh Imam Jawad as. Untuk itu ia mengirimkan racun kepada Ummul Fadhl agar dicampurkan ke dalam minuman beliau.

Seychelles Merdeka
 
46 tahun yang lalu, tanggal 29 Juni tahun 1976, Seychelles, sebuah negara kepulauan di Samudera Hindia, di lautan sebelah timur Afrika, meraih kemerdekaannya.

Seychelles awalnya dikuasai oleh Portugal kemudian berpindah ke tangan Prancis, dan akhirnya jatuh ke tangan Inggris.
 
Sejak tahun 1960, perjuangan kemerdekaan di Seychelles semakin meningkat sampai akhirnya meraih kemerdekaan enam belas tahun kemudian. Seychelles terdiri dari sekitar 100 buah pulau yang subur dan berpenduduk sekitar 80.000 orang.

Ayatullah Abolqasem Danesh Ashtiani Wafat

21 tahun yang lalu, tanggal 8 Tir 1380 HS, Ayatullah Abolqasem Danesh meninggal dunia di usia 90 tahun dan dimakamkan di komplek suci makam Sayidah Maksumah, Qom.

Ayatullah Abolqasem Danesh

Ayatullah Haj Sheikh Aboqasem Nahesh Ashtiani, lahir pada 1290 HS dari keluarga ulama di kota Ashtian. Beliau merupakan cucu Akhond Mullah Ahmad Ashtiani. Sejak kecil beliau telah mempelajari ilmu-ilmu agama dan di usia 15 tahun Ayatullah Danesh Ashtiani memasuki hauzah ilmiah Qom. Selama di hauzah ilmiah Qom, beliau melanjutkan pendidikan agamanya di bawah pengawasan Mirza Mohammad Feiz Qommi. Beliau kemudian belajar fiqih dan ushul fiqih untuk tingkatan mujtahid bersama Sheikh Abdolkareem Hairi Yazdi, Sayid Mohammad Hojjat Kouh Kamareh-i dan Sayid Mohammad Taqi Khonsari.

Kemudian selama bertahun-tahun beliau kembali ke kampung halamannya untuk berdakwah. Tapi ketika mendapat kabar datangnya Ayatullah Boroujerdi ke kota Qom, Ayatullah Danesh Ashtiani kembali ke Qom dan belajar kepada Ayatullah Boroujerdi. Beliau mendapat perhatian besar dari Ayatullah Boroujerdi, sehingga diangkat menjadi penanggung jawab perpustakaan Masjid Azam, Qom. Dalam menjalankan tugasnya, Ayatullah Danesh Ashtiani berhasil memajukan perpustakaan ini sejajar dengan perpustakaan terkenal Iran dan juga mencetak koran.

Dalam kebangkitan Islam yang dipimpin oleh Imam Khomeini, Ayatullah Ashtiani ikut melawan rezim Shah Pahlevi dan nama beliau tertera dalam pernyataan protes ulama dan pengajar hauzah ilmiah Qom. Pasca kemenangan Revolusi Islam, Imam Khomeini ra mengangkat beliau sebagai Imam Jumat kota Ashtian.

Beliau juga meninggal banyak karya tulis seperti Taqriraat Fiqh Ayatullah Boroujerdi, Majmu'ah Maqalaat, terjemah buku Saqifah dan lain-lain.