Jul 19, 2022 09:27 Asia/Jakarta
  • 19 Juli 2022
    19 Juli 2022

Hari ini Selasa, 19 Juli 2022 bertepatan dengan 19 Dzulhijjah 1443 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 28 Tir 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Kelahiran Ayatullah Sayid Muhammad Thabathabai
 
185 tahun yang lalu, tanggal 19 Dzulhijjah 1258 HQ Ayatullah Sayid Muhammad Thabathabai lahir di Karbala (sebagian menyebut Tabriz sebagai tempat kelahirannya) dan dibawa ke Iran pada usia 2 tahun.

Sejarah

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya, Ayatullah Thabathabai belajar filsafat dan akhlak pada Mirza Abu al-Hassan Jelveh dan Sheikh Hadi Najm Abadi. Kemudian beliau pergi ke Najaf, Irak belajar kepada Mirza Shirazi.
 
Pasca peristiwa pengharaman tembakau oleh Mirza Bozourgh Shirazi, Allamah Thabathabai kembali ke Tehran dan mulai melakukan perjuangan politiknya lewat Revolusi Konstitusi. Ayatullah Sayid Muhammad Thabathabai merupakan ulama pejuang dan termasuk pemimpin utama Revolusi konstitusi.
 
Ayatullah Thabathabai bekerjasama dengan Ayatullah Sayid Abdullah Behbahani yang juga merupakan salah satu pemimpin revolusi ini berjuang melawan penindasan Dinasti Qajar. Ketika Ain al-Daulah menjadi Perdana Menteri Mozaffaredin Shah, tekanan terhadap para pejuang semakin keras. Alaeddin, Gubernur Tehran menangkap sejumlah pedagang dan mengikat mereka di kayu. Menyaksikan hal itu, kedua rohaniwan pejuang ini bersama-sama rakyat berlindung di kompleks makam suci Hazrat Abd al-Azhim di kota Rey dan melakukan aksi mogok di sana.
 
Aksi mogok ini menjadi cikal bakal Revolusi Konstitusi di Iran. Namun pasca ditutupnya parlemen oleh Muhammad Ali Shah Qajar, Ayatullah Sayid Abdullah Behbahani diasingkan dan Ayatullah Thabathabai ditahan di rumahnya.
 
Ayatullah Sayid Muhammad Thabathabai selain seorang pejuang di jalan Allah, juga seorang ulama. Oleh karenanya, beliau tidak pernah lupa mendidik murid. Akhirnya, setelah menanggung segala penderitaan dalam perjuangannya, ulama pejuang ini meninggal dunia pada usia 81 tahun dan dimakamkan di kompleks makam suci Hazrat Abd al-Azhim di kota Rey.

Ayatullah Muhammad Husein Kasyif Al-Ghita Wafat

67 tahun yang lalu, tanggal 28 Tir 1334 HS, Ayatullah Mohammad Hossein Kasyif al-Ghita meninggal dunia di usia 77 tahun dan dikebumikan di Najaf al-Asyraf, Irak.

Ayatullah Mohammad Hossein Kasyif al-Ghita

Ayatullah Muhammad Husein Kasyif al-Ghita lahir dari keluarga ulama sekitar 1255 HS di kota Najaf, Irak. Di masa remaja, beliau mempelajari tingkat dasar ilmu-ilmu agama dan setelah itu belajar pada guru-guru besar seperti Akhond Khorasani, Sayid Mohammad Kazem Yazdi dan Mirza Hossein Nouri. Beliau dengan cepat melalui semua tingkat keilmuan dan pasca wafatnya Allamah Yazdi, beliau menjadi marji yang ditaklidi banyak Muslimin.

Ayatullah Kasyif al-Ghita sepanjang hidupnya mendidik para pelajar agama. Selain itu, demi menyebarkan ajaran Islam, beliau juga mengunjungi negara-negara Islam dan berpidato di universitas dan pusati ilmu Mesir, Iran dan Palestina. Beliau termasuk ulama yang mewajibkan partisipasi ulama dan rakyat dalam urusan politik dan sangat memperhatikan masalah yang ada hubungannya dengan pemerintahan. Itulah mengapa beliau punya peran penting dalam gerakan-gerakan nasional Irak. Dengan dimulainya Perang Dua I, beliau pro aktif dalam gerakan perjuangan rakyat Irak melawan penjajah Inggris.

Sekalipun Ayatullah Kasyif al-Ghita memiliki banyak aktivitas sosial dan politik, tapi beliau tidak lupa menuliskan pikiran-pikirannya. Beliau menulis Tahrir al-Majallah dalam 5 jilid, al-Murajat al-Raihaniyah dalam 2 jilid, catatan pinggir Ain al-Hayat dan al-Siasah al-Huseiniah.

Gerakan Sandinista Menang
 
43 tahun yang lalu, tanggal 19 Juli 1979, perlawanan rakyat Nikaragua yang dipimpin oleh gerakan Sandinista, berhasil mencapai kemenangan dengan tergulingnya pemerintahan Anastasio Somoza Debayle.

Sejarah

Sebelumnya, Presiden Nikaragua adalah Jenderal Anastasio Somoza yang tewas tertembak tahun 1956. Ia digantikan oleh anaknya, Luis Somoza.
 
Pada tahun 1967, Luis Somoza digantikan oleh adiknya, Anastasio Somoza Debayle yang mendapat dukungan dari AS. Ketidakpuasan yang timbul di tengah-tengah rakyat memicu gerakan perlawanan dan kelompok gerilyawan Sandinista yang berhaluan kiri merupakan kelompok yang berjuang di garis depan dalam usaha penggulingan kekuasaan Somoza. Dalam gerakan perlawanan rakyat ini, 40.000 orang tewas dan lebih dari 200.000 lainnya kehilangan tempat tinggal.
 
Setelah kemenangan Sandinista, AS mengorganisasi gerakan anti-Sandinista atau gerakan Contra, yang dananya diambil dari penjualan senjata AS kepada Iran, sehingga memunculkan skandal besar dalam dunia politik AS yang disebut sebagai "Skandal Iran-Contra".