Sep 14, 2022 19:21 Asia/Jakarta
  • Tentara Amerika di Asia Barat
    Tentara Amerika di Asia Barat

Langkah-langkah anti-kemanusiaan Amerika di tingkat dunia senantiasa ada baik di masa pemerintahan presiden dari kubu Demokrat atau Republik, tapi yang berbeda dari keduanya adalah Demokrat cenderung memilih intervensi politik, sementara Republik intervensi militer.

Meski ada langkah-langkah intervensif dan pemanfaatan kekuatan militer untuk memaksakan pengaruhnya terhadap bangsa kawasan, tapi saat ini Amerika mengalami penurunan dan kekalahan nyata. Melemahnya kekuatan Amerika di banding dengan beberapa dekade lalu, dan balasan telak yang diterima pasukan Amerika di kawasan dari arus muqawama, serta kekalahan kejahatan Amerika selama 40 tahun melawan Iran menunjukkan penurunan kekuatan Amerika dan hasil dari pukulan keras terhadap kekuatan Amerika.

Selama empat dekade lalu, Amerika Serikat melancarkan berbagai aksi-aksi permusuhan terhadap Iran. Mendorong rezim Baath Irak menyerang Iran, mendukung kelompok teroris dan anasir anti-Revolusi Islam serta mengobarkan instabilitas keamanan di perbatasan Iran dan bersikeras untuk melanjutkan perang ekonomi, termasuk langkah yang diambil Washington untuk memberi pukulan telak dan merusak Iran serta mengobarkan kerusuhan di kawasan. Langkah ini pada akhirnya malah merugikan AS dan saat ini dampak serta indikasinya bahkan terlihat di dalam masyarakat Amerika Serikat.

Kemiskinan di AS

Saat ini, 85 persen kekayaan dan kekuatan Amerika berada di satu persen komunitas negara ini, dan mereka ingin memaksakan kekuatannya kepada pihak lain, dan sejumlah kalangan masyarakat memprotes proses ini, serta berusaha mengubah sistem tersebut. Dalam hal ini, kita telah melihat protes dan gerakan seperti gerakan Occupy Wall Street.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pernyataannya menegaskan kepastian kekalahan kebijakan dan kejahatan Amerika, sifat historis dari faktor-faktor kemunduran Amerika, dan fakta bahwa Amerika ditakdirkan untuk menghilang dari panggung kekuatan dunia.

Rahbar di pidatonya seraya menjelaskan fakta bahwa Amerika sejak dulu sampai kini tidak berubah, mengingatkan, "Kejahatan yang sama, sifat serigala yang sama, upaya yang sama untuk menciptakan kediktatoran internasional dan hegemoni tanpa batas yang sama ada di Amerika saat ini, meskipun dengan lebih brutal dan kurang ajar."

Rahbar di statemennya ketika bertemu dengan anggota Lembaga Internasional Ahlulbait as (Majma Jahani Ahlulbait) dan Islamic Radio and Television Union, menjelaskan peran Amerika di tiga arus utama.

Rahbar mengungkapkan tiga arus ini mencakup:

Pendekatan pengobaran friksi antara negara-negara kawasan; Pengaruh politik dan ekonomi serta budaya di negara-negara Islam, serta kebijakan pengobaran friksi antara negara-negara Islam.

Perilaku ini, permusuhan dan konspirai ini menunjukkan fakta sejarah bahwa kekuatan dan kekayaan Amerika tidak pernah dimanfaatkan untuk keamanan dan perdamaian dunia. Amerika dahulu dan sekarang menunjukkan fakta ini.

Sejarah Amerika penuh dengan intervensi dan kejahatan terhadap bangsa-bangsa di dunia. Penggunaan senjata atom dalam pemboman Hiroshima dan Nagasaki dengan lebih dari 220.000 kematian; melakukan kejahatan perang dalam perang Meksiko antara tahun 1846 dan 1848, dengan lebih dari 10.000 kematian warga sipil, kejahatan perang di Filipina dari tahun 1899 hingga 1992, dengan sedikitnya 200.000 orang tewas, kejahatan mengerikan dalam Perang Vietnam antara tahun 1955 dan 1975, dengan ratusan ribu orang tewas, itu adalah bagian dari sejarah intervensi Amerika.

Kejahatan mengerikan di Guantanamo di penjara Abu Ghraib dan penindasan berdarah terhadap protes rakyat terhadap rasisme dan ketidakadilan yang menguasai masyarakat Amerika adalah di antara indikator perilaku Amerika lainnya.

Kejahatan AS di penjara Abu Ghraib

Sekarang dunia tahu bahwa Amerika adalah penyebab banyak perang dan telah memaksakan ketidakamanan di kawasan itu untuk kepentingan tidak sahnya. Untuk mencapai tujuan ini, Amerika telah mencari alasan dan subjek baru setiap hari untuk menyembunyikan perilaku permusuhan dan eksesnya di bawah kedok klaim seperti memerangi terorisme, menciptakan keamanan dan melindungi hak asasi manusia. Sementara salah satu faktor instabilitas dan kerusuhan di kawasan serta meningkatnya ancaman terhadap perdamaian dan keamanan global adalah unilateralisme dan intervensi militer Amerika serta intervensi di urusan negara-negara kawasan.

Hari ini, Barat dan sekutunya berbicara mengenai HAM dan kehormatan manusia, serta di sisi lain dengan terang-terangan mengkonfirmasi bantuan finansial dan persenjataan kepada teroris Suriah, Irak dan Yaman, di mana kejahatan mereka di negara-negara ini dan perang saudara yang dikobarkannya, puluhan ribu orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi.

Rahbar saat menjelaskan masalah ini mengisyaratkan poin ini bahwa Amerika mendefinisikan hal-hal sebagai norma-norma internasional, termasuk bahwa kepentingan Amerika di seluruh wilayan dunia harus menjaganya, meski mereka berjarak ribuan kilometer dari Amerika. Pendudukan Afghanistan dan Irak dengan dalih memerangi terorisme juga termasuk langkah ini yang dimulai dengan alasan untuk menciptakan keamanan, tapi bukan saja keamanan di kawasan terjamin, bahkan mengakibatkan pembunuhan banyak warga sipil, meningkatkan gelombang pengungsian, suburnya radikalisme dan instabilitas di berbagai negara, serta menyeret mereka ke arah keruntuhan.

Seluruh masalah tersebut mengindikasikan faktor utama instabilitas di kawasan adalah Amerika dan pemanfaatan merusak dari kekuatan militer dan politik Washington.

Pangkalan ilegal militer AS di Suriah

Pengalaman menunjukkan bahwa interaksi dan kerja sama negara-negara kawasan tanpa intervensi asing adalah syarat utama menerapkan keamanan permanen di kawasan. Wajar bahwa kerja sama ekonomi, politik dan keamanan akan mencapi titik yang diinginkan ketika negara-negara kawasanmampu mengambil keputusan untuk menentukan nasib kawasan. Menurut perspektif Iran, salah satu metode yang paling efisien dan efektif untuk membangun keamanan yang stabil di setiap kawasan harus menciptakan pengaturan berdasarkan kerjasama, dan partisipasi maksimum negara-negara untuk menghadapi ancaman bersama dan untuk menghilangkan alasan dan fondasi ketidakstabilan.