Des 11, 2022 10:12 Asia/Jakarta
  • 11 Desember 2022
    11 Desember 2022

Hari ini Ahad, 11 Desember 2022 bertepatan dengan 16 Jumadil Awal 1444 Hijriah Qamariah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 20 Azar 1401 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Ali Imad Ad-Daulah Ad-Dailaimi Wafat 

1106 tahun yang lalu, tanggal 16 Jumadil Awal 338 HQ, Ali bin Buyeh yang dikenal dengan sebutan Imad ad-Daulah, pendiri Dinasti Alu Buyeh meninggal dunia.

Sejarah

Ali Imad ad-Daulah bersama dua adiknya Rokn ad-Din Hassan dan Moiz ad-Daulah Ahmad di awal kebangkitan mereka di kota Gilan dan Tabarestan membantu Makan Dailami dan setelah itu bergabung dengan Mardavich bin Ziyar.

Imad ad-Daulah kemudian diangkat Mardavich sebagai gubernur Karaj, tapi beberapa tahun kemudian mereka berselisih paham yang berujung pada perang di antara keduanya. Dengan meninggalnya Mardavich pada 323 HQ, Imad ad-Daulah menguasai Kerman dan perlahan-lahan menguasai Fars, Kerman dan daerah-daerah di sekitarnya.

Hal ini membuat pemerintahan Abbasiah terpaksa melepas seluruh daerah kekuasaannya di Iran. Tahun 329 HQ, Imad ad-Daulah berhasil mencapai daerah Tabarestan untuk menumpas penentangnya dan setelah itu menguasai Khouzestan.

Pada 337 HQ, Ali Imad ad-Daulah jatuh sakit dan segala urusan pemerintahan diserahkan kepada anak saudaranya dan setahun setelah itu ia meninggal dunia.

Ayatullah Dastgheib Gugur Syahid

41 tahun yang lalu, tanggal 20 Azar 1360 HS, Ayatullah Dastgheib gugur syahid di usia 68 tahun saat akan mengimami shalat Jumat. Pelaku pengeboman itu adalah kelompok anti-Revolusi Iran.

Ayatullah Dastgheib

Ayatullah Sayid Abdul Hossein Dastgheib lahir pada tahun 1292 Hs di kota Shiraz di lingkungan keluarga ilmuwan. Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya dan pengantar ilmu-ilmu keislaman, dalam usia 22 tahun ia pergi kota Najaf, Irak untuk menuntut ilmu. Di Najaf, Ayatullah Dastgheib, belajar pada guru-guru besar seperti Sayid Abul Hasan Isfahani, Sheikh Mohammad Kazhim Syirazi dan Sayid Mirza Agha Estahbanati.

Selama bertahun-tahun menimba ilmu di kota Najaf, Ayatullah Dastgheib akhirnya mencapai derajat mujtahid. Namun beliau belum merasa cukup dengan apa yang diraihnya dan berusaha mencari seorang guru akhlak dan irfan yang benar-benar mampu membawanya ke dalam lembah keimanan. Pada akhirnya upaya ini membawa beliau bertemu dengan ustad akhlak terkenal waktu itu, Mirza Mohammad Ali Qazi Tabrizi dan menjadi salah satu murid khususnya.

Bersamaan dengan kebangkitan Islam di Iran yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra, Ayatullah Dastgheib ikut sejak tahun 1341 dan pada tanggal 15 Khordad 1342 (5 Juni 1953) beliau ditangkap dan diasingkan ke Tehran. Setelah itu beliau beberapa kali ditangkap oleh pemerintah Shah Pahlevi. Di masa perjuangan ini beliau bersama empat ulama besar lainnya mengeluarkan pernyataan mencabut Shah dari kepemimpinannya.

Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, Ayatullah Dastgheib ditempatkan di sejumlah posisi penting seperti wakil warga Shiraz di Dewan Ahli Kepemimpinan dan Imam Jumat serta wakil Imam Khomeini ra di provinsi Fars. Selain sejumlah pelayanan yang diberikan kepada warga, beliau juga banyak menulis karya ilmiah seperti "Adab dari al-Quran, Mikraj, Iman, Dosa-dosa Besar, Qalb Salim, Cerita-cerita Menakjubkan dan lain-lain.

Ali Alatas Meninggal Dunia

16 tahun yang lalu, tanggal 11 Desember 2008, DR.H.C. Ali Alatas S.H. meninggal dunia dalam usia 76 tahun di Singapura.

Lambang dan Bendera Indonesia

Ali Alatas lahir di Batavia (sekarang Jakarta) pada 4 November 1932. Ia adalah seorang diplomat Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (1988-1998, dua kali masa jabatan penuh). Hingga wafatnya, ia menjabat sebagai Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Myanmar, Utusan Khusus Presiden RI untuk masalah Timur Tengah, dan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden.

Pendidikan dasar kediplomatan diperoleh di Akademi Dinas Luar Negeri Jakarta (lulus 1954) dan di Fakultas Hukum UI (lulus 1956). Selanjutnya ia menggeluti dunia pers hingga awal 1950, kemudian ia masuk Direktorat Ekonomi Antarnegara departemen Luar Negeri. Karier sebagai diplomat dijalaninya di berbagai perwakilan Indonesia, seperti Thailand, Amerika Serikat, dan PBB. Ia pernah juga menjadi seketaris Adam Malik ketika Adam Malik menjadi Menteri Luar Negeri (1970-1976) dan Wakil Presiden RI (1978-1982).

Kariernya mulai berkembang sewaktu menjabat sebagai staf perwakilan Indonesia di PBB. Di sana ia aktif dalam menggalang suara G77, kelompok negara-negara berkembang di lembaga dunia tersebut. 

Penghargaan yang diterimanya, di antaranya, adalah Bintang Mahaputera Utama dan beberapa penghargaan dari luar negeri dan gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Diponegoro pada tahun 1996.

Tags