Meraih Hikmah Bulan Ramadan (12)
Malam ke-19 Ramadan adalah penetapan takdir, sementara pengukuhannya adalah pada malam ke-21, dan penandatanganannya pada malam ke-23.
Pada 10 hari ketiga (10 hari terakhir) bulan suci Ramadan, terdapat malam-malam yang bersinar bak permata di antara malam-malam dalam setahun.
Malam-malam Lailatul Qadar menciptakan kesempatan murni dan unik bagi hamba-hamba Allah SWT dan memanggil mereka kepada kedekatan kepada-Nya. Malam ke-23 bulan suci ini adalah malam rahmat lainnya.
Dalam riwayat disebutkan bahwa Nabi Agung Muhammad SAW melipat dan menggulung tempat tidurnya pada 10 hari terakhir bulan suci Ramadan dan menjaga keluarganya tetap terjaga untuk berdoa dan beribadah kepada Allah SWT, terutama pada malam ke-23 Ramadan. Mereka kemudian bersama-sama berdoa kepada Allah SWT.
Salah satu malam dari malam ke-19, ke-21, dan ke-23 Ramadan adalah malam Lailatul Qadar. Menurut riwayat, kemungkinan Lailatul Qadar ada pada salah satu dari tiga malam tersebut, namun malam ke-23 kemungkinannya lebih besar.
Dalam beberapa riwayat lain disebutkan bahwa masing-masing dari tiga malam tersebut memiliki manfaat dari Lailatul Qadar, yang secara urut, pentingnya malam-malam ini meningkat dari malam ke-19, ke-21 hingga malam ke-23.
Dalam sebuah riwayat dari Imam Ja'far Shadiq as disebutkan bahwa takdir ditentukan pada malam ke-19, pengukuhannya pada malam ke-21, dan tanda tangannya pada malam ke-23. Itulah mengapa malam ke-23 berperan sangat penting dalam menentukan nasib para hamba.
Imam Ridha as berkata, "Malam ini disebut Lailatul Qadar, karena apa yang berhubungan dengan tahun, seperti baik, buruk, kerugian, keuntungan, rezeki (penghidupan dan mata pencaharian), dan dari ini, kematian dan kelahiran diukur (ditentukan) pada malam itu."
Banyak yang meyakini bahwa malam Lailatul Qadar tidak ditentukan dengan pasti di antara malam-malam bulan suci Ramdan agar kita memuliakan malam-malam Ramadan sebagaimana Allah SWT menyembunyikan keridhaan-Nya di antara segala bentuk ibadah agar manusia memperhatikan semua ibadah.
Mungkin Anda juga pernah mengalami bahwa pada waktu tertentu, cakrawala baru telah terbuka untuk Anda. Pengalaman ini mungkin terjadi pada seseorang setelah bertahun-tahun dan hanya sekali, tetapi dalam Islam, Allah SWT selalu menyediakan kondisi untuk perubahan seseorang dan bahkan menentukan waktu tertentu sehingga manusia pada waku tersebut memiliki kesadaran diri baru dan pertumbuhan baru.
Lailatul Qadar adalah salah satu dari peluang-peluang ini, yang terjadi pada bulan suci Ramadan. Artinya adalah bulan di mana manusia mensucikan ruh dan jiwanya dengan berpuasa dan beribadah serta siap untuk menerima cahaya ilmu dan makrifat, serta hidayah. Kesempatan yang disediakan bagi manusia agar menjadi titik balik dalam hidupnya.
Malam ke-23 adalah malam ketika kita harus dengan sadar memperhatikan nasib dan takdir kita, dan apa yang telah kita lakukan sejauh ini. Allah SWT menganggap malam ini lebih baik dari seribu bulan yang berarti panjang umur seorang manusia.
Efek dan berkah dari satu malam yang dihabiskan berjam-jam dalam perhatian dan pikirannya (tafakkur) bisa lebih berharga daripada seumur hidup tanpa tujuan.
Memikirkan tentang awal dan akhir kehidupan, asal dan tujuan pengembara dunia ini, yaitu manusia, dan tugas yang harus dia lakukan dalam perjalanan yang singkat dan berisiko ini, menciptakan Basirah dalam diri manusia.
Mungkin saja Basirah dan wawasan ini akan mengubah jalan hidup manusia menuju kebahagiaan dan keselamatan.
Menurut al-Quran, malam adalah "wadah dan bejana" naiknya spiritual manusia. Karena saat itulah alam materi tersembunyi dari mata, dan langit yang indah dan tak terbatas menampakkan dirinya dengan dunia yang penuh misteri.
Dalam al-Quran, Allah SWT meminta Nabi-Nya untuk menghabiskan sebagian malam dengan beribadah dan berdoa, dan Dia telah menjanjikan kepada mereka yang beribadah dan berdoa pada malam hari, posisi yang baik dan terpuji.
Dengan kata lain, malam adalah waktu untuk menerima berkah dari Alam Malakut. Ketenangan malam dan doa di dalamnya menghubungkan manusia dengan dunia lain.
Karena pentingnya periode waktu ini, Allah SWT telah bersumpah pada malam hari dan menurunkan al-Quran di malam hari. Perjalanan mikraj Nabi Muhammad SAW juga terjadi pada malam hari.
Sekarang, malam yang paling menonjol adalah malam Lailatul Qadar, berada di hadapan kita. Malam ini adalah puncak dibukanya pintu dalam suasana doa dan penghambaan dan tumbuh suburnya rahmat Allah SWT. Pada malam Lailatul Qadar ini, kita duduk dan malakukan muhasabah dan membasuh wajah kita dengan air mata.
Malam Lailatul Qadar adalah malam rahasia dan permohonan kepada Allah SWT serta kebangkitan diri. Rasulullah Saw bersabda, "Allah memberi umatku Lailatul Qadar, dan tidak ada umat sebelumnya yang memiliki berkah ini."
Salah satu doa yang paling utama pada bulan suci Ramadan, khususnya pada malam-malam Qadar, adalah Doa Jushan Kabir. Doa ini membuka pintu cahaya dan pengetahuan (makrifat) bagi setiap manusia. Jika diperhatikan maknanya ketika melafalkan setiap kalimat doa ini, tidak diragukan lagi bahwa manusia akan berubah dan akan bersujud di hadapan kebesaran Sang Pencipta.
Doa Jaushan Kabir memiliki seratus ayat dan setiap ayat berisi 10 nama dari nama-nama Allah SWT, kecuali ayat 55, yang berisi 11 nama Allah SWT. Oleh karena itu, secara total doa ini mengandung 1001 nama Allah SWT.
Nama-nama ini ditempatkan bersebelahan sedemikian rupa sehingga selain serasi dan seimbang, dalam banyak hal, nama dan sifat juga sama dan mirip dari segi huruf akhir.
Mengenai keutamaan membaca doa Jaushan Kabir disebutkan bahwa Nabi Agung Islam SAW bersabda, "Tidak ada hamba dari umatku yang membaca doa ini tiga kali atau satu kali pada bulan suci Ramadan, kecuali karena penelitian(pemahaman) bahwa Allah SWT mengharamkan tubuhnya dari api neraka, dan surga menjadi wajib baginya."
Doa-doa seperti Jaushan Kabir yang berisi nama-nama dan sifat-sifat yang indah dari Tuhan Yang Maha Esa terdengar oleh semua orang pada malam-malam ini. Masjid penuh dengan jemaah yang ingin menyegarkan ruh dan jiwa mereka melalui doa dan munajat.
Setelah menjelaskan kedudukan dan tanggung jawab manusia serta pentingnya Lailatul Qadar dalam menentukan kebahagiaan umat manusia, pemandu acara dan penceramah mengadakan acara sumpah dengan al-Quran, Nabi dan Ahlul Bait as dengan menggunakan al-Quran sebagai saksi dan perantara, untuk mendapat pengampunan dari Allah SWT dan memohon untuk ditempatkan di jalan keselamatan.
Amalan ini merupakan tafsir dari sabda Rasulullah SAW yang mengingatkan manusia dalam Hadis Tsaqalain: " Jika kalian menginginkan keselamatan, jangan pisahkan diri kalian dari al-Quran dan Itrahnya."
Al-Quran adalah kitab yang menentukan dan menunjukkan jalan menuju kebahagiaan manusia. Oleh karena itu, hubungan antara manusia dengan al-Quran pada malam ini sangat mulia dan terpuji. Keistimewaan al-Quran adalah menghidupkan hati, menyembuhkan hati dan membimbing dan memberi petunjuk semua manusia.
Oleh karena itu, pada malam Lailatul Qadar, membaca al-Quran dan merenungkan ayat-ayatnya yang menyentuh hati adalah awal dari jalan baru dalam kehidupan manusia dan pendahuluan untuk membawanya ke sumber kebaikan.
Rasululllah SAW menekankan pentingnya untuk membaca al-Quran dan bersabda, masing-masing dari kalian yang ingin berbicara dengan Allah SWT, maka bacalah al-Quran.
Pada Lailatul Qadar, seorang hamba berdoa dengan khusyuk. Ia mengungkapkan penyesalan atas gunungan dosa yang membebani punggungnya. Air matanya mengalir dan memohon pengampunan. Fase ini adalah awal dari fase yang indah dari hubungan manusia dengan Tuhan.
Imam Ja'far Shadiq as berkata, "Berbahagialah orang-orang yang rukuk dan sujud pada malam ini, orang-orang yang mempertimbangkan kesalahan-kesalahan masa lalu dan menitikkan air mata. Aku berharap orang-orang seperti ini tidak putus asa di hadapan kebenaran."
Ya Allah, kami menghadap ke ambang rahmat-Mu dengan mengharap ampunan-Mu pada malam Lailatul Qadar. Kami akan terjaga dari malam hingga subuh dan kami akan menyirami benih cinta-Mu di hati dengan air mata. Kami berharap Engkau akan menerangi malam gelap dosa-dosa kami dengan matahari pengampunan-Mu. (RA)