Jul 11, 2023 13:38 Asia/Jakarta

Pada 20 Juni, polisi Albania memasuki sebuah kamp di barat laut Tirana milik organisasi teroris Mujahedin-e-Khalq (MKO), karena keterlibatannya dalam "serangan teror dan siber" terhadap institusi asing.

Polisi Albania menyita 150 komputer dan menyegel 17 bangunan sambil melarang kegiatan politik ilegal di masa depan dari MKO.

Satu komandan MKO tewas dan puluhan lainnya luka-luka saat penghuni kamp teror menanggapi dengan kekerasan, mencoba menghalangi jalan kendaraan polisi dan menyerang polisi secara fisik.

Lebih dari seminggu kemudian, menyusul operasi polisi lainnya, Perdana Menteri Albania Edi Rama mengatakan kelompok itu harus meninggalkan negara itu jika ingin menggunakan tanah Albania sebagai platform untuk berperang melawan Iran.

Kamp Ashraf-3 dibangun pada 2013 setelah anggota MKO diusir dari Irak, tempat mereka berlindung dan dipersenjatai oleh mantan diktator Irak Saddam Hussein untuk melakukan serangan terhadap Iran sejak 1980.

MKO

Kamp tersebut didirikan atas permintaan AS dengan tujuan melakukan perang psikologis terhadap Iran melalui dunia maya.

Dikenal sebagai pabrik troll terbesar yang pernah ada, kamp tersebut mengoperasikan beberapa media yang menyebarkan informasi yang salah tentang Iran untuk merusak reputasinya.

Awal Juli, rapat umum MKO tahunan yang diadakan di Paris, termasuk pidato oleh pimpinan MKO, politisi anti-Iran, dan pembicara berbayar, dengan tujuan untuk menciptakan ilusi palsu tentang dukungan internasional dan rakyat yang masif untuk kelompok teroris MKO.

Penggerebekan di kamp Ashraf-3 menyebabkan ketidakpercayaan yang mendalam antara MKO dan otoritas Albania, mengakibatkan pembatasan aktivitas kelompok.

Itu juga mengungkapkan ancaman MKO terhadap keamanan nasional dan berkurangnya dukungan dari mantan sponsor mereka.

Kamp Ashraf-3 yang mahal, yang dimaksudkan untuk pengaruh politik, terbukti tidak efektif dan kemungkinan besar akan menjadi simbol kebijakan Barat yang gagal terhadap Iran.