Aug 25, 2016 10:45 Asia/Jakarta

Ahad pagi, 21 Agustus 2016, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayyid Ali Khamenei, dalam pertemuan dengan para imam masjid provinsi Tehran, menyebut masjid sebagai basis konsentrasi, musyawarah, muqawama, perencanaan serta gerakan sosial dan budaya.

Terkait filosofi penentuan Hari Masjid Sedunia, Rahbar mengatakan, "Hari yang pada prinsipnya adalah revolusioner ini, ditetapkan di Organisasi Kerjasama Islam (OKI) berkat penekanan dan desakan Republik Islam menyusul pembakaran Masjid Al-Aqsa oleh rezim Zionis, dengan tujuan sebagai perlawanan umat Islam terhadap Israel, dan harus diperhatikan dari sisi ini."

 

Ayatullah Khamenei menilai pembentukan masjid merupakan sebuah gagasan cemerlang Islam untuk membentuk komunitas dan hubungan masyarakat berasaskan zikir, shalat dan perhatian kalbu terhadap Allah Swt. Dalam sejarah Islam, masjid adalah pusat musyawarah, kerjasama dan pengambilan keputusan penting sosial, politik dan militer.

 

Menyinggung hubungan sosial masyarakat di setiap budaya yang terkadang terjadi di kedai-kedai kopi, kamar mandi umum, bundaran-bundaran atau berbagai klub sebagai tempat konsentrasi dan pengambilan keputusan, Rahbar menegaskan bahwa dalam Islam, masjid yang menjadi tempat berzikir dan beribadah, dipilih sebagai tempat berkumpulnya umat Islam. Gagasan ini sendiri juga menjadi faktor hidayah kalbu dan pemikiran masyarakat untuk menggapai tujuan-tujuan luhur.

 

Menurut Rahbar, ma'bad di semua agama berarti tempat beribadah, akan tetapi masjid berbeda dengan tempat beribadah umat Kristen, Yahudi atau Buddha. Di masjid Rasulullah Saw tidak hanya menunaikan shalat melainkan juga menjadikannya tempat manajemen seluruh urusan umat Islam seperti musyawarah tentang perang, pengumpulan pasukan serta pendidikan dan bimbingan masyarakat.

 

Dalam sejarah Islam kita menyaksikan bahwa masjid menjadi pusat pembelajaran. Oleh karena itu, di Masjidul Haram dan Masjid Nabi, lahir berbagai macam aliran pemikiran dan mazhab. Oleh karena itu, masjid berbeda dengan gereja atau sinagog yang hanya menjadi tempat beribadah. Rahbar juga menilai masjid sebagai basis dari semua aktivitas positif. Masjid adalah basis pembangunan pribadi manusia, penyejahteraan hati dan dunia, perlawanan terhadap musuh, kesadaran, dan pondasi pembangunan peradaban Islam. Oleh karena itu, tugas para imam masjid, selain memimpin shalat berjamaah juga menegakkan kebenaran dan keadilan serta menjelaskan agama dan hukum-hukumnya. 

 

Terkait urgensi shalat, Rahbar menegaskan, shalat harus berkualitas dan khusyu' di hadapan Allah Swt, serta jauh dari gangguan seperti kelalaian dan riya'. Dalam hal ini, para imam masjid berperan menjelaskan serta menyebarkan shalat secara verbal maupun praktis sebagai sebuah fakta indah. Shalat adalah pilar agama dan tanpa pilar sebuah bangunan akan runtuh dan hancur. Oleh sebab itu, bangunan besar agama sangat bergantung pada shalat. Beliau juga menyebut salah satu tugas penting imam masjid adalah menjelaskan urgensi dan posisi shalat untuk masyarakat.

 

Beliau menilai para imam masjid sebagai poros masjid dan mengatakan bahwa imam masjid merupakan tugas penting dan esensial. Tugas tersebut tidak boleh dipandang marginal dan kehadiran imam harus secara teratur, terprogram, serta dalam rangka meningkatkan kualitas shalat, berdialog dengan masyarakat dan membentuk sebuah komunitas makrifat untuk menjawab pertanyaan para pemuda. 

 

Ayatullah Khamenei menjelaskan bahwa penetapan masjid sebagai poros dalam masyarakat, dihidupkan kembali oleh Imam Khomeini sejak detik-detik awal Revolusi Islam. Masjid menjadi basis semua aktivitas sosial dan berperan besar dalam menguatkan perspektif masyarakat serta memotivasi mereka untuk melaksanakan berbagai aktivitas sosial.

 

Lebih lanjut Rahbar menilai masjid sebagai inti muqawama (perjuangan) khususnya di sektor budaya. Jika tanpa pertahanan budaya, maka semua hal akan musnah. Beliau juga menyinggung upaya rumit dan sangat terperinci musuh dalam agenda infiltrasi budaya sejak awal Revolusi Islam Iran dan menjelaskan, target gelombang gerakan berkesinambungan dan multi-layer musuh itu adalah iman masyarakat. Yaitu faktor utama dalam kemenangan Revolusi Islam dan pembentukan Republik Islam.

 

Rahbar menegaskan, Revolusi Islam merupakan goncangan hebat bagi pilar-pilar sistem imperialis dan mengatakan, "Berkat Islam revolusi dan Revolusi Islam, impian utama kaum imperialis dunia untuk menguasai kawasan telah gagal dan pada praktiknya, Amerika Serikat gagal di wilayah Asia Barat."

 

"Jika bukan karena iman dan komitmen masyarakat terhadap Islam, Iran juga akan mengalami nasib sama seperti negara-negara lain berada di bawah payung Amerika atau non-Amerika. Oleh karena itu, mereka memendam permusuhan mendalam dan tidak akan pernah berakhir terhadap iman masyarakat," tutur Rahbar. Dalam hal ini, para pemuda menjadi target paling utama untuk agenda infiltrasi budaya serta pelemahan iman dan keyakinan masyarakat. Namun meski dengan berbagai trik tipu muslihat mereka, para pemuda mukmin dan revolusioner Iran saat ini bahkan lebih maju dibanding para pemuda pada era awal  Revolusi Islam.

 

Pada bagian lain, Rahbar menjelaskan pengaruh luar biasa dialog langsung dibanding berbagai media lain, dan masjid dalam hal ini memainkan peran besar dalam hidayah dan bimbingan budaya kepada masyarakat. Menurut beliau, di balik tugas kebudayaan juga terdapat pesan-pesan politis. Ayatullah Khamenei menilai asas aktivitas politik adalah kebudayaan dan kesadaran budaya dan menegaskan bahwa makna sejati politik bukan berarti pro si polan atau menolak yang lainnya, melainkan berarti kepemilikan perspektif makro dan kekuatan menganalisa gerakan umum masyarakat.

 

Dalam perspektif politik faktual, dengan menganalisa gerakan umum masyarakat, maka akan terjawab sejumlah pertanyaan penting yaitu: tren gaya hidup akan membawa masyarakat ke arah mana dan apakah kita sedang bergerak menuju keadilan sosial, independensi sejati dan pembentukan peradaban Islam. Atau apakah prosesnya mengacu ke arah ketergantungan terhadap Amerika Serikat dan penerimaan seluruh gaya dan metode Barat. Pada prosesnya, juga akan jelas pula tugas di hadapan berbagai masalah yang ada dan sikap di hadapan beragam sosok atau kelompok.

 

Menyoal perspektif bahwa masjid adalah tempat beribadah saja, Rahbar menandaskan, perspektif tersebut adalah milik kelompok sekuler, yang menilai agama hanya berlaku dalam lingkup kehidupan pribadi seseorang dan tidak untuk sektor sosial dan politik. Islam sekuler dan yang terbatas pada masalah-masalah ibadah pribadi, meski memiliki banyak pendukung, tidak dimusuhi kaum imperialis. Apa yang dimusuhi kaum imperialis adalah Islam yang kuat, yang membentuk seluruh sendi politik dan sosialnya, serta menggiring masyarakat dan bangsa-bangsa menuju kebahagiaan sejati di dunia dan akhirat.

 

Rahbar mengimbau para imam masjid untuk memberikan perhatian khusus kepada para pemuda dan agar mereka memiliki perspektif bahwa generasi muda memiliki posisi sangat penting dalam masyarakat. Para imam masjid juga diimbau menarik perhatian para pemuda dengan cara menciptakan daya tarik yang benar melalui perilaku dan ucapan maknawi dan irfani. Para imam masjid bertugas untuk menarik hati para pemuda menuju masjid sehingga negara dan masyarakat akan menikmati berkah besar dari kehadiran para pemuda di masjid-masjid.

 

Menurut beliau, merupakan sebuah berkah besar bila para pemuda menilai masjid sebagai rumah mereka dan tempat mereka beraktivitas. Karena masalah-masalah penting negara akan ditangani oleh para pemuda dan mereka merupakan motor penggerak masyarakat. Ketertarikan para pemuda pada masalah-masalah maknawi merupakan salah satu rahasia besar Allah Swt. Terkadang dengan satu pesan maknawi saja, kehidupan seorang pemuda dapat berubah total.