Lintasan Sejarah 8 Februari 2017
Hari ini, Rabu tanggal 8 Februari 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 10 Jumadil Awal 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 20 Bahman 1395 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari di tahun-tahun yang lampau.
Imam Baihaqi, Ahli Hadis Wafat
980 tahun yang lalu, tanggal 10 Jumadil Awal 458 HQ, Abu Bakar Fakhruz Zaman Ahmad bin Hasan yang lebih dikenal dengan Imam Baihaqi meninggal dunia di kota Neishabour dan dimakamkan di Baihaq, dekat Neishabour.
Imam Baihaqi merupakan guru ahli hadis, seorang penghapal al-Quran yang hidup secara sederhana. Beliau banyak melakukan perjalanan ke pelbagai tempat untuk mendapatkan hadis Rasulullah Saw.
Beliau banyak meninggalkan karya tulis seperti al-Arba’in, al-Asma wa as-Shifat, al-I’tiqad, al-Ba’ts wa an-Nusyur.
Muhammad bin Hazim Hamedani Meninggal
854 tahun yang lalu, tanggal 10 Jumadil Awal 584 HQ, Muhammad bin Hazim Hamedani yang terkenal dengan julukan Zainuddin, seorang ulama hadis terkemuka, meninggal dunia di Bagdad.
Hazimi merupakan seorang penghapal Hadis dan al-Quran terkemuka di zamannya.
Hazimi meninggal dunia pada usia 35 tahun dan dalam waktu singkat tersebut, dia melahirkan banyak karya penulisan, di antaranya berjudul al-I'tibar fi Bayaanin-Naasikh wal Mansuukh.
Carl Wilhelm Scheele Lahir
275 tahun yang lalu, tanggal 8 Februari tahun 1742, Carl Wilhelm Scheele, seorang ahli kimia terkemuka Swedia daan salah satu peletak dasar ilmu kimia modern, terlahir ke dunia.
Sejak usia empat belas tahun, Scheele bekerja magang di sebuah apotek hingga delapan tahun kemudian. Dia menggunakan waktu luangnya untuk melakukan berbagai eksperimen kimia dan mempelajari pekerjaan standar dalam ilmu kimia.
Di antara penemuan yang dihasilkan oleh Scheele adalah zat chlorine, baryta, uric acid, dan molybdic acid. Satu-satunya buku yang ditulis oleh Scheele berjudul "Udara dan Api", yang diterbitkan tahun 1777.
Ayatullah Haj Mirza Ali Nouqani Wafat
68 tahun yang lalu, tanggal 10 Jumadil Awal 1370 HQ, Ayatullah Haj Mirza Ali Nouqani, seorang faqih, teolog dan penyair meninggal dunia.
Ayatullah Haj Mirza Ali Nouqani meninggal di usia 70 tahun di kota Mashad akibat serangan jantung dan dimakamkan di komplek makam suci Imam Ridha as.
Ayatullah Ali Nouqani lahir pada 1300 HQ di daerah Nouqan, Mashad dan hingga berusia 27 tahun beliau belajar kepada sejumlah guru besar seperti Adib Neishabouri pertama, Haj Syeikh Hassanali Tehrani dan Haj Sayid Abbas Shahroudi di Hauzah Ilmiah Mashad. Setelah itu beliau pergi ke Najar al-Asyraf, Irak untuk melanjutkan pendidikannya dan belajar kepada Akhound Khorasani, Sayid Mohammad Kazhem Yazdi dan Syariat Isfahani.
Setelah mencapai derajat ijtihad, beliau kembali ke kota Mashad. Selama berada di kota kelahirannya, Ayatullah Ali Nouqani dikenal sebagai orator hebat dan ahli debat. Selain menguasai ilmu-ilmu keagamaan, beliau juga membuat bait-bait puisi dan menulis kaligrafi dengan tulisan Nasta’liq dengan baik.
Pangkalan Angkatan Udara Iran Diserang
38 tahun yang lalu, tanggal 20 Bahman 1357 HS, salah satu pangkalan Angkatan Udara Iran di kota Teheran, diserang oleh para pendukung rezim Shah.
Serangan ini terjadi menyusul pernyataan baiat dan dukungan dari Angkatan Udara Iran kepada Imam Khomeini dan Revolusi Islam yang disampaikan sehari sebelumnya.
Begitu masyarakat mendengar berita tentang serangan ini, mereka langsung turun ke jalan-jalan dan mendatangi pangkalan milter tersebut. Massa yang hanya membawa senjata ringan non-militer membantu Tentara AU Iran yang tengah bertahan melawan serangan dari pendukung Shah. Akhirnya, para penyerang tersebut berhasil diusir dan dengan demikian, dimulailah tahap terakhir dari perjuangan rakyat Iran untuk menggulingkan rezim Shah.
Pemerintahan Militer di Tehran Diperpanjang
38 tahun yang lalu, tanggal 20 Bahman 1357 HS, para jenderal rezim Shah di Iran memperpanjang masa pemerintahan militer di Tehran.
Dengan langkah ini, mereka berusaha mencegah bantuan rakyat terhadap anggota Angkatan Udara Iran yang telah berpihak kepada revolusi, yang saat itu tengah diserang oleh pasukan pengawal kerajaan. Selain itu, mereka berharap, dalam tenggang waktu itu, Imam Khomeini dan para pendukungnya bisa ditangkap atau dibunuh.
Imam Khomeini dalam menangggapi hal ini, menyerukan kepada rakyat agar tidak memperdulikan pemerintahan militer tersebut. Rakyat Iran pun meneruskan aksi-aksi demonstrasi mereka dan terjadilah bentrokan di berbagai pangkalan militer yang masih setia kepada Shah.