Mari Mengenal Lingkungan (11)
Selama beberapa dekade lalu, aktivitas manusia telah menyababkan pencemaran laut dan samudra, padahal keduanya merupakan sumber air terbesar di muka bumi.
Maraknya zat dan unsur tercemar serta berbahaya yang mengalir ke laut, serta tumpahan minyak, kimia, bahan plastik, limbah industri semakin memperparah tingkat pencemaran laut. Sementara itu, berbagai data menunjukkan bahwa kapal memberikan kontribusi pencemaran laut paling besar. Selain pencemaran suara dan udara, kapal juga kerap membuang sampah serta bahan bakarnya ke laut. Tindakan seperti ini menyebabkan kerusakan ekosistem laut.
Pencemaran laut didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya. Dalam sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar, yang sebagian besar adalah pengurai ataupun filter feeder(menyaring air). Dengan cara ini, racun yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin panjang rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic.
Sebagian besar sumber pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun melalui tumpahan. Berikut beberapa sumber polutan yang masuk ke laut. Buangan Kapal, Kapal dapat mencemari sungai dan samudera dalam banyak cara. Antara lain melalui tumpahan minyak, air penyaring dan residu bahan bakar. Polusi dari kapal dapat mencemari pelabuhan, sungai dan lautan. Kapal juga membuat polusi suara yang mengganggu kehidupan liar alam, dan air dari balast tank dapat menyebarkan ganggang/alga berbahaya dan spesies asing yang dapat mempengaruhi ekosistem lokal.
Mantan pejabat Komisi Oseanografi Antarpemerintah UNESCO (IOC) terkait hal ini mengatakan, "Lingkungan laut menjadi korban penyalahgunaan secara dima-diam dan menghadapi dampak buruk untuk jangka panjang. Misalnya pembuangan bahan bakar kapal tanker dan kebocoran minyak akibat pencucian tanker minyak di laut. Berdasarkan data yang ada kecerobohan pemilik kapal menempati 25 persen pencemaran laut melalui penyebaran karbon dioksida."
Dampak transportasi laut sangat beragam dan terkadang mengejutkan. Salah satu dampak terburuknya adalah transfer beragam penumpang tersembunyi, tanpa ada hambatan dari bumi ke arah lain. Penumpang ini adalah bakteri, virus dan beragam makhluk hidup lainnya yang masuk ke pemberat air kapal (ballast water) dan ketika kapal ini tiba di perairan lain, maka penumpang ini akan memasiki ekosistem baru.
Ballast adalah pemberat pada kapal yang biasanya digunakan oleh kapal-kapal pengangkut kargo setelah kargo tersebut dibongkar. Sehingga kapal tidak kehilangan keseimbangan saat melaju tanpa muatan. Kapal kargo yang tanpa muatan biasanya memasukkan air laut untuk pemberat, kondisi ini dinamakan “ballast”. Dahulu manusia menggunakan batu atau kayu sebagai pemberat. Saat itu, mereka tidak mengetahui telah memberikan kontribusi besar bagi lingkungan laut dan keselamatan manusia. Namun kemajuan teknologi saat ini menimbulkan kerusakan besar bagi laut dan ekosistemnya.
Riset menunjukkan bahwa hampir setiap hari lebih dari 3000 spieses hewan dan tumbuhan berpindah melalui ballast water kapal. Menurut direktur Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional Amerika (NOAA) setiap tahunnya sekitar 80 juta ton ballast water dituang di pantai Amerika. Ia menyatakan di sekitar San Francisco, diditeksi keberadaan 212 speises asing. Kasus lain yang berhasil dicatat terkait Laut Hitam ditemukan jenis baru bernama Mnemiopsis leidyi yang datang dari Amerika Utara. Speisis ini menyerang dan memusnahkan cadangan makanan ikan di kawasan tersebut serta merusak ekosistem yang ada.
Disamping itu diakhir tahun 1980-an di Atlantik utara Ctenephora Mnemiopsis leidyi secara tidak sengaja telah ditemukan di dalam laut hitam dan laut azov pada alat pemberat tangki kapal, dan telah menjadi penyebab menurunnya penangkapan ikan yang dimakannya, diantaranya larva ikan dan krustacea kecil yang akan menjadi makanan lain ikan dewasa. Mnemiopsis sangat baik untuk menyerang teritori baru, yang dapat menjadi perkembangbiakan yang sangat cepat dan membolehkan perluasan lingkungan dari suhu air dan salinitas (kadar garam dan air).
Pengaruh dari meningkatnya secara terus menerus dari penangkapan ikan yang berlebihan dan oleh Eutrophication yang dapat mendorong seluruh ekosistem jangka pendek yang menyebabkan populasi Mnemiopsis meningkat bahkan lebih cepat dari yang normal. Populasi Mnemiopsis diarea tersebut pad akhirnya telah membawa ketidaberaturan dari ketidajsengajaan perlakuan dari ctenophora-pemakan ctenophore Beroe, dan menyebakan iklim dingin dari iklim setempat dari 1991 sampai 1993 yang mana secara signifikan memperlambat metabolisme hewan. Bagaimanapun kelebihan dari plankton diarea tersebut terlihat mustahil untuk mencapai level depan Mnemiopsis.
Predator mengerikan ini hanya beberapa tahun memusnahkan tangkapan nelayan di laut Hitam dan sejak saat itu, industri perikanan laut di kawasan mengalami kerugian sedikitnya satu miliar dolar. Akibat fenomena ini, ikan lumba-lumba di laut Hitam dan laut Azov mengalami penurunan drastis akibat kelangkaan bahan makanan.
Selain itu, laut Kaspia yang terletak di utara Iran dan tercatat sebagai laut tertutup juga tak luput dari serangan predator ini. Meski laut Kaspia adalah laut tertutup, namun selama beberapa tahun terakhir, Rusia membangun tunel pelayaran Volga sepanjang 101 km yang menghubungkan laut ini dengan laut utara. Akibatnya pencemaran dari laut utara memasuki laut Kaspia dan mengancam ekosistem di kawasan ini.
Predator bersayap dan mirip ubur-ubur ini mengancam ekosistem laut Kaspia setelah sebelumnya dengan ganas memakan plankton dan sumber makanan ikan di laut Hitam. Uniknya predator ini cukup kuat di saat kelangkaan sumber makanan dan minimnya oksigen. Predator ini juga mampu bertahan di suhu panas antara 1,3 hingga 32 derajat celcius dan memiliki reproduksi yang cepat. Populasi cepat predator ini di laut Kaspia menghabiskan cadangan makanan ikan Common Kilka. Musnahnya ikan Common Kilka secara bertahap mengancam keberlangsungan ikan yang lebih besar di laut Kaspai seperti Kaviar.
Tumbuhan asing juga sama bahayanya dengan hewan asing. Salah satunya adalah rumput Pennywort yang berasal dari Amerika Utara dan tersebar di Jerman, Belanda dan Inggris. Rumput ini selain menutupi permukaan air dan menyebabkan akuatik kekurangan nafas, juga menciptakan kesulitan bagi jalur pelayaran kapal. Di Australia rumput laut Asia dengan daun hitam dengan cepat menutupi kawasan dan menggantikan tumbuhan laut yang penting bagi perkembangan ikan.
Sementara itu, laut Mediterania selama beberapa tahun lalu juga kedatangan 100 spesies asing. Salah satunya adalah rumput laut pembunuh yang tersebar dari akuarium museum oceanografi Monaco. Predator ini menyebabkan kemusnahan sejumlah spesies dan tanaman lokal serta merusak lingkungan hidup. Salah satu pakar dari universitas Finlandia mengatakan, tragedi ini menjadi peringatan bagi masyarakat pelayaran internasional dan membuat mereka sadar akan ancaman dari penumpahan air asing.
Menurut para pakar, dampak masuknya spesies asing ke ekosistem baru mayoritasnya tidak dapat dipulihkan dan ekosistem ini tidak memiliki peluang untuk kembali ke awalnya. Para pakar meyakini bahwa industri pelayaran harus berusaha mempertahankan masa depan yang stabil dan untuk meraih tujuan ini, pertama adalah ancaman besar bagi lingkungan hidup akibat transfer tak tepat air dan spesies asing berbahaya harus dihentikan. Namun apa langkah yang harus diambil dalam masalah ini?
Para pakar terkait hal ini mengatakan, solusi terbaik adalah mencegah pengosongan air pemberat sebelum proses sterilisasi. Namun begitu, ini bukan solusi pasti dan sempurna. Untuk mencegah transfer spesies asing ada banyak metode. Di antaranya pemindahan oksigen vital, filter air dan menempatkan air di bawah sinar ultraviolet.
Selain pencemaran bahan kimia dan penimbunan sampah baik di permukaan atau kedalaman laut, polusi suara juga termasuk ancaman bagi lingkungan hidup laut.
Kehidupan laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari sumber seperti kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara.
Hewan laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia yang sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat).
Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Frontiers in Ecology and the Environment mengungkapkan bahwa polusi suara menyebabkan kerusakan pada cumi-cumi. Pada penelitian yang dipimpin oleh Michel André dari Technical University of Catalonia, Barcelona, cumi-cumi mengalami kerusakan sel dalam statocyst, organ kecil yang berfungsi sebagai penyeimbang milik invertebrata air sesaat setelah terkena suara berfrekuensi rendah antara 50 hingga 400 Hz.
Dengan waktu yang lebih lama, serat otot membesar dan pada beberapa kasus, muncul lubang besar. "Intensitas rendah pada studi saja menyebabkan kerusakan parah. Bagaimana jika terjadi terus-menerus akubat polusi suara," jelas André. Kerusakan pada statocyst memengaruhi kemampuan berburu, menghindar dari predator, serta reproduksi. Selain itu, kerusakan ini juga diperkirakan membuat ribuan cumi terdampar dan mati di beberapa tempat.
Pada tahun 2004, ribuan cumi-cumi Humboldt ditemukan mati di pantai Oregon, empat tahun kemudian ratusan cumi-cumi mengalami nasib yang sama di lokasi yang sama. Awalnya, sebab dari kejadian ini diperkirakan karena perubahan arus laut dalam, namun penelitian terbaru mengatakan bahwa hal ini dikarenakan polusi suara. Di tempat lain, seekor cumi-cumi raksasa terdampar di Asturias, Spanyol.
Suara dalam air bisa mencapai jarak jauh dengan cepat. Banyak spesies bawah laut yang amat sensitif terhadap suara. Lumba-lumba dan paus merupakan dua contoh satwa lain yang rentan terhadap polusi suara akibat aktivitas manusia. Penemuan ini menimbulkan banyak pertanyaan baru, apakah polusi suara berpengaruh terhadap seluruh kehidupan laut? Apa efek lain yang diakibatkan oleh kebisingan? Seberapa luas polusi suara sudah mempengaruhi kehidupan laut?