Mari Mengenal Lingkungan (12)
Pencemaran air laut akibat tumpahan minyak sering terjadi. Banyak hal yang menjadi penyebab seperti meledaknya anjungan minyak lepas pantai, kecelakaan kapal tanker, operasi kapal tanker, dan bangunan lepas pantai.
Tumpahan minyak merupakan salah satu jenis pencemaran yang pengaruhnya cukup besar dalam waktu jangka panjang. Tumpahan minyak di laut sering menyebabkan pencemaran yang berujung pada kerusakan sumber daya hayati dan rusaknya ekosistem bawah laut, sehingga banyak nelayan atau masyarakat sekitar tidak melaut untuk mencari ikan.
Tentu hal ini juga berdampak pada ekonomi nelayan yang setiap harinya beraktivitas di daerah tersebut. Beberapa kasus pencemaran air laut akibat tumpahan minyak harus diperhatikan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangannya demi terciptanya keberlangsungan kehidupan organisme yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu kita harus menjaga ekosistem tersebut dengan cara tidak membuang limbah, minyak, atau sampah ke laut agar ekosistem tetap terjaga.
Secara umum, dampak tumpahan atau pencemaran minyak dilaut dapat mengakibatkan terganggu atau rusaknya ekosistem laut. Minyak merupakan campuran yang kompleks, mengandung hidrokarbon jenuh bertitik didik rendah dan cepat larut dalam air. Saat minyak tumpah ke perairan, minyak tersebut dapat terapung, tenggelam larut dan menguap di perairan. Saat minyaknya terapung, penyebaran akan lebih luas karena dipengaruhi oleh arus dan angin, sedangkan minyak yang mengendap akan menutupi sedimen dasar perairan.
Kehadiran minyak akan menggangu ekosistem laut karena: a). Kehadiran minyak dapat menutupi laisan permukaan air, sehingga merusak ganggang dan plankton sehingga pembiakannya terhambat. b). Lapisan minyak yang tebal dapat menghambat proses respirasi dan fotosintesa alamiah c). Komponen minyak yang dapat larut memungkinkan timbulnya prosesperacunan secaralangsung terhadap organisme yang hidup dilaut d). Komponen yang mengendap akan menutupi sedimen dasar perairan, sehingga bisa mengganggu khidupan organisme dasar perairan.
Dampak tumpahan minyak terhadap organisme perairan mengakibatkan terganggunya proses kehidupan organisme laut. Secara fisika dan kimia, kehadiran minyak menggangu proses sel ataupun subsel pada tubuh organisme hingga besar kemungkinan terjadinya kematian. Secara fisiologis dan prilaku, kehadira minyak dapa membuat organisme stress. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa beracun dalam komponen minyak, juga senyawa beracun yang terbentuk dari proses biodegradasi.
Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick (lapisan minyak di permukaan air). Jika jumlah fitoplankton menurun, maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Terumbu karang juga akan mengalami efek letal dan subletal oleh kehadiran minyak dilaut, komponen yang mengendap akan menutupi permukaan karang sehingga secara langsung menyebabkan kematian atau secara tidak langsung mengganggu proses rerspirasi dan fotosintesa hewan zoozenthela pada karang hingga meyebabkan kematian dalam jumlah besar. Pemulihannya memakan waktu lama dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
Pencemaran minyak di laut, selain mengganggu organisme yang media hidupnya dilaut juga mengganggu organisme lain yang sering berinteraksi dengan laut tersebut baik itu mencari makan maupun aktivitas lainnya. Salah satu contoh hewan yang sering berinteraksi dengan laut adalah burung laut, karena laut merupakan tempatnya mencari makan. Secara langsung, kehadiran minyak dipermukaan laut memang tidak mengganngu burung laut yang hidupnya di udara.
Hanya saja mengingat burung laut merupakan organisme yang senang berenang saat mencari makan, maka sudah pasti minyak yang menutupi permukaan air menjadi hal yang tidak baik untuk burung laut. Saat berenang, minyak akan menempel disayap burung-burung laut, lalu mereka akan membersihkan sayapnya dengan cara dipatuk atau dijilat menggunakan paruhnya atau oleh temannya. Keadaan ini memungkinkan burung-burung tersebut meminum air yang mengandung minyak, sehingga dalam jumlah yang banyak menyebabkan terjadinya keracunan dan burung-burung itu akan mati seperti pada beberapa kasus yang pernah terjadi sebelumnya.
Selain pada burung laut, pada kasus pencemaran minyak juga mempengaruhi keberlangsungan hidup pinguin (daerah kutup). Saat mengcari makan di perairan yang tercemar minyak, besar kemungkinan pinguin juga akan mengalami kasus seperti burung laut. Dampak tumpahan minyak terhadap pantai dan mangrove yaitu menurunnya kualitas pantai dan mengrove tersebut. pada pantai, pencemaran minyak akan merusak nilai estetikanya. Residu berwarna gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan hewan. Keadaan ini semakin penting untuk diantisipasi apabila kejadian tumpahan minyak berada dekat dengan lokasi penduduk yang padat.
Seperti kawasan ekowisata, rekreasi, benda purbakala, cagar alam dan harta karun di dasar laut yang terkena minyak dapat rusak atau berkurang nilai keindahannya sehingga nilai jualnya akan berkurang. Keruskan dari pencemaran minyak terhadap komunitas mangrove lebih ke gangguan fisik. Biasanya lapisan minyak akan menutupi seluruh sistem perakaran mangrove, sehingga di mulut-mulut lenti sel akan terputus. Minyak juga akan menutupi kulit kayu, akar penyangga dan pnheumatophora yang berfungsi dalam pertukaran CO2 dan O2. Hal ini dapat menurunkan kadar oksigen dalama akar mengrove 1-2% dalam waktu 2 hari.
Pada bibit mangrove,minyak akan merusak proses germinasi pada mangrove. Berdasarkan penelitian, secara umum kehadiran minyak pada mangrove akan mengganggu proses pertumbuhan (pada anakan), menyebabkan terjadinya defoliasi (gugur daun) dan berakhir pada kematian, Dalam pencemaran minyak berat, mangrove dapat mati dalam waktu 48-72 jam.
Isu pencemaran minyak di laut untuk pertama kalinya muncul setelah tragedi tenggelamnya kapal tanker Tori Canyon tahun 1967 di dekat pantai Inggris dan terbelah menjadi dua. Di tragedi ini sekitar 100 ribu minyak mentah tumpah ke laut dan angkatan udara Inggris membombardir kapal naas tersebut hingga hancur serta sisa minyaknya terbakar guna mencegah meluasnya pencemaran.
Dengan demikian tragedi ini menjadi titik balik bagi negara-negara dunia untuk memperhatikan ancaman potensial tersebut, karena pencemaran minyak bukan hanya mengancam laut dan kapal, namun ancaman lebih besar lagi. Terik matahari akan membuat minyak di atas laut menguap dan kemudian akan turun ke bumi melalui air hujan serta kabut. Hal ini mengancam produksi pertanian, manusia dan hewan.
Berdasarkan data yang ada, setiap tahun terjadi tragedi tumpahan minyak ke laut sebanyak 14000 kasus, mayoritas kasus ini memiliki dimensi kecil dan mudah ditangani, namun begitu tetap saja menimbulkan bencana. Maret1989, ketika Exxon Valdez, sebuah kapal tanker minyak menuju Long Beach, California,menghantam karang di Prince William Sound dan menumpahkan 260.000 hingga 750.000 barel (41.000 hingga 119.000 m3 ) minyak mentah. Hal ini dianggap sebagai salah satu bencanalingkungan paling dahsyat yang disebabkan oleh manusia.
Peristiwa Exxon Valdez adalah yang terbesar yang pernah di perairan AS sampai 2010 tumpahan minyak Horizon Deepwater, dalam halvolume tumpahan. Namun, lokasi terpencil Prince William Sound, dapat diakses hanya dengan helikopter, pesawat, atau perahu, Upaya respon pemerintah dan industri sulit dan berat dilakukan karena pajak rencana yang ada untuk respon cukup tinggi. Daerah ini merupakan habitat salmon,berang-berang laut, anjing laut dan burung laut. Minyak yang awalnya diekstraksi di ladang minyak Teluk Prudhoe, pada akhirnya menutupi 1.300 mil (2.100 km) dari garis pantai, dan 11.000 mil persegi (28.000 km2) dari laut. CEO Exxon, Lawrence Rawl, membentuk tim respon perusahaan.
Salah satu kawasan laut yang senantiasa terancam pencemaran minyak adalah Teluk Persia di selatan Iran.Teluk Persia yang memiliki 25 terminal besar minyak tercatat selat paling sibuk di dunia dengan trafik minyak sekitar 30 persen dunia. Selat Hormuz setiap tahun menjadi tempat lalu lalang 20-30 ribu kapal tanker. Tumpahan minyak puluhan ribu ton akibat kepadatan lalu lintas kapal tanker membuat kawasan ini menjadi daerah paling tercemar di dunia.
Pencemaran minyak di laut pastinya memiliki dampak destruktif bagi tumbuhan, hewan dan ekosistem laut. Hal ini karena sisa-sia minyak mengurangi jalur oksigen serta mengakibatkan kematian banyak makhluk hidup di laut atau paling tidak melemahkan proses fotosintesis tumbuhan. Selain itu, tetesan minyak yang terkena tubuh hewan laut membuat mereka menghadapi kematian.
Burung laut pun tak luput dari dampak mematikan tragedi tumpahnya minyak di laut. Minyak membuat sayap mereka lengket dan tidak dapat terbang. Tak hanya itu, karakteristik insulasi bulu pun rusak dan burung terancam dinginnya air laut dan mati. Bocoran minyak Deepwater Horizon (atau Bocoran minyak BP) adalah bocoran minyak yang terjadi di Teluk Meksiko pada akhir Mei atau awal Juni 2010 dan merupakan tumpahan minyak terbesar di lepas pantai dalam sejarah AS.[1] Sumber minyak adalah dari dasar laut 10,000 feet (3,000 m) di bawah permukaan. Peristiwa ini menyebabkan malapetaka lingkungan, karena memengaruhi habitat binatang laut. Tercatat 6000 burung mati dalam insiden ini. Pemerintah Amerika Serikat menyebut BP sebagai pihak yang bertanggung jawab.
Deepwater Horizon adalah anjungan lepas pantai yang berusia 9 tahun. Anjungan ini dibangun oleh Hyundai Heavy Industries. Pada tanggal 20 April 2010, sejumlah gas keluar dari sumur dan meledak. Sebagian besar pegawai anjungan dievakuasi dengan perahu dan helikopter. Tanggal 22 April 2010, minyak bumi mulai keluar.