Mari Mengenal Lingkungan (14)
Setelah air dan udara, unsur lain dan penting yang membentuk lingkungan hidup adalah tanah. Tanah selain tempat kehidupan makhluk darat, khususnya manusia, juga termasuk lingkungan spesial bagi beragam kehidupan flora dan fauna, termasuk tanaman.
Tanah jaminan bagi makanan manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, tanah tercatat sebagai pondasi dan asas produksi, keamanan pangan dan swasembada berbagai negara, kerena jika tanah musnah atau kehilangan fungsinya maka manusia, negara atau bahkan bumi tidak akan mampu menjadi tempat hidup.
Selain itu, tanah merupakan jembatan penghubung antara pembangunan permanen, menjaga keselamatan manusia, dan ekosistem. Direktur FAO, José Graziano da Silva, tanah yang sehat bukan saja penting bagi bahan makanan, bahan bakar, fiber dan bahan obat-obatan, bahkan juga bagi ekosistem manusia. Tanah memainkan peran signifikan dalam siklus karbon dioksida, menyimpan serta menfilter air, meningkatkan fleksibilitas terkait banjir dan kekeringan. Tanah juga pemurni yang baik di alam, karena karaktereristiknya sebagai salinisasi. Karakteristik ini.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen.
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu), dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam).
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, coklat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap seringkali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi.
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fasa cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan lempung sehingga kekurangan makropori.
Mengingat sejarah dunia, kehancuran bumi lebih cepat ketimbang musnahnya sumber alam minyak. Kini pegunungan tinggi di Amerika Utara berubah menjadi gurun yang luas. Lahan pertanian dan padang rumput ditutupi tanah mati serta akibat badai yang terjadi setiap delapan tahun, warga terpaksa bermigrasi. Dalam beberapa tahun terakhir kita juga menyaksikan badai seperti ini di Cina dan menyerang Sungai Kuning serta merusak sebagian tanah di kawasan ini.
Di Haiti, erosi juga merusak sepertiga tanah subur dan membuat para petani menyerah. Selain itu, sebagian besar wilayah negara-negara Afrika menderita kemiskinan akibat erosi bumi. Sistem perairan tak standar di Australia, Timur Tengah dan India membuat tanah di muka bumi terkontaminasi garam. Di bagian Asia seperti Kazakhstan, Uzbekistan dan Cina utara, setiap tahun gurun semakin luas hingga 3600 kilo meter persegi.
Sementara di Asia Tenggara yang penuh dengan hutan tropis juga terancam erosi bumi. Wilayah ini meski memiliki beragam flora dan fauna, namun kini banyak hewan dan tumbukan yang musnah akibat hancurnya hutan. Berdasarkan prediksi pakar, hingga tahun 2100, hutan tropis di Asia Tenggara terancam musnah hingga 75 persen. Ada potensi wilayah ini akan mengalami nasib seperti Haiti.
Tanah merupakan dasar dari 95 % produksi pangan dunia. Tetapi, banyak masyarakat tidak dapat memahami keterkaitan antara pentingnya keadaan tanah dengan pangan, air, iklim, keanekaragaman hayati, dan kehidupan. Inilah alasannya mengapa PBB mengadakan Hari Tanah Sedunia pada tanggal 5 Desember, yang menyoroti pentingnya peran tanah di seluruh dunia dalam hal ketahanan pangan dan nutrisi dunia.
Degradasi atau penurunan sifat-sifat alami tanah, seperti yang ada di lembah Quomogomong di Lesotho, saat ini mempengaruhi 33% tanah di seluruh dunia yang disebabkan oleh erosi, salinisasi atau proses berakumulasinya garam yang terlarut di dalam tanah, kepadatan, asidifikasi atau pengasaman, pencemaran kimiawi dan penurunan kandungan unsur hara.
Hal mengenai tanah menjadi bagian penting dalam konferensi perubahan iklim, seperti perubahan penggunaan lahan dan drainase atau pengaliran pada tanah organik untuk pertanian yang saat ini menanggung 10% dari seluruh emisi gas rumah kaca. Menurut para ahli, kejadian seperti ini hampir dua kali lipat setelah 50 tahun lalu dan akan meningkat 30% menjelang tahun 2050, apabila tidak ada usaha lebih untuk menguranginya.
Tanah dapat membantu melawan dan menyesuaikan diri terhadap perubahan iklim melalui peran pentingnya dalam siklus karbon melalui penyerapan karbon dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Kebanyakan karbon organik di seluruh dunia tersimpan di samudera dan tanah yang ada di bumi. Sebagai contoh, setiap tanah yang ada di hutan menyimpan sekitar 45% karbon yang setara dengan biomassa hutan global.
Saat ini, lebih dari setengahnya dari 1,5 milyar hektar tanah yang dapat ditanami di bumi ini sudah terdegradasi atau bahkan parah, baik kehilangan struktur atau kesuburannya. Petani kecil yang sangat miskin berusaha keras untuk menghasilkan hasil pangan yang cukup dengan sering kali mengolah tanah secara berlebihan dan tidak mengusahakan untuk melakukan praktek-praktek konservasi tanah yang berkelanjutan.
Walaupun tanah di bumi ini semakin tidak subur, kecenderungan ini dapat diubah dengan ketentuan negara-negara mengambil alih dalam mendorong praktek-praktek pengelolaan yang berkelanjutan dan penggunaan teknologi yang tepat. Banyak kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesuburan tanah juga mencakup kepemilikan tanah jangka panjang dan akses jalan.