Lintasan Sejarah 17 Agustus 2017
Hari ini, Kamis tanggal 17 Agustus 2017 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 24 Dzulqadah 1438 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 26 Mordad 1396 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.
Penandatanganan Perjanjian Hudaibiyah
1432 tahun yang lalu, tanggal 24 Dzulqadah 6 HQ, dilakukan penandatanganan perjanjian Hudaibiyah.
Pada waktu itu, Rasulullah beserta sekitar 1400 kaum Muslimin, dengan tanpa membawa perlengkapan perang, berangkat dari madinah ke mekah dengan niat untuk menunaikan ibadah umrah. Namun di tengah perjalanan, di sebuah kawasan bernama Hudaibiyah, rombongan Rasulullah dicegat kaum Musyrikin.
Setelah melalui perundingan panjang antara kedua pihak, akhirnya disepakati untuk ditandatangani perjanjian Hudaibiyah, yang di antaranya berisi ketetapan bahwa tahun itu, kaum Muslimin tidak boleh memasuki Mekah untuk menunaikan ibadah haji, namun tahun depan larangan tersebut akan dicabut. Perjanjian Hudaibiyah merupakan keberhasilan diplomatis besar yang dicapai kaum Muslimin. Dua tahun kemudian, yaitu tahun delapan hijriah, kaum Muslimin bahkan berhasil menguasai kota Mekah tanpa terjadi pertumpahan darah.
Makmun Paksa Imam Ridha as Bergerak dari Madinah ke Marv, Khorasan
1238 tahun yang lalu, tanggal 24 Dzulqadah 200 HQ, Makmum paksa Imam Ridha as bergerak dari Madinah ke Marv, Khorasan.
Makmun, Khalifah Bani Abbasiah ke-7 setelah berhasil mengalahkan saudaranya Amin dan berkuasa penuh atas pemerintahan Islam, pada 24 Dzulqadah 200 HQ memutuskan untuk memindahkan paksa Imam Ridha as dari Madinah ke Marv di Khorasan yang menjadi pusat kekuasaannya.
Secara lahiriah, Makmun ingin menunjukkan dirinya sebagai pecinta Imam Ridha as, sekaligus memanfaatkan derajat keilmuan dan posisi sosial Imam di tengah-tengah masyarakat. Namun pada hakikatnya, rencana ini lebih bertujuan untuk mengawasi lebih dekat Imam Ridha as yang saat itu menjadi satu-satunya tokoh yang potensial merongrong kekuasaannya.
Khalifah Makmun dengan cerdik mencitrakan rencananya sebagai undangan kepada Imam Ridha as, padahal beliau tidak diberikan pilihan lain atau dipaksa ke Marv. Imam Ridha as juga tidak tinggal diam. Guna memahamkan substansi ajakan ini, Imam sengaja tidak mengajak seorangpun dari keluarganya agar umat Islam memahami bahwa perjalanannya ini pada intinya adalah pengasingan beliau dari Madinah ke Marv.
Makmun dapat membaca rencana Imam Ridha as dan segera memerintahkan sekelompok laki-laki dan tokoh masyarakat waktu itu, termasuk Gubernur Kota Madinah menjadi rombongan Imam dalam perjalan ke Marv. Tidak hanya menentukan rombongan yang menyertai beliau, waktu keberangkatan juga ditentukan oleh Makmun, begitu juga kota-kota yang harus dilalui mulai dari Madinah, Basrah, Khorramshahr, Ahwaz, Qom, Rey, Neishabur dan berakhir di Marw.
Imam Ridha as akhirnya pada 10 Syawal 201 HQ tiba di kota Marv.
Indonesia Merdeka
72 tahun yang lalu, tanggal 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda.
Namun, karena Belanda tidak mengaku proklamasi ini, terjadilah perang kemerdekaan selama empat tahun. Pada tahun 1947, Belanda melakukan agresi militer pertama dan berhasil kembali menduduki sebagian wilayah Indonesia.
Pada bulan Januari tahun 1948, ditandatangani perjanjian gencatan senjata bernama "penjanjian Renville". Namun, bulan Desember tahun itu pula, kembali Belanda melakukan agresi kedua. Kemudian, atas tekanan PBB, di tahun 1949 Belanda bersedia menghentikan agresinya dan menyerahkan kedaulatan kepada bangsa Indonesia.
Tawanan Iran di Penjara Irak Mulai Kembali ke Tanah Air
27 tahun yang lalu, tanggal 26 Mordad 1369 HS, Republik Islam Iran menyaksikan kembalinya para tawanan Iran yang dibebaskan setelah bertahun-tahun mendekam di penjara-penjara menakutkan rezim Baath, Irak.
Sekaitan dengan kepulangan mereka, lembaga yang mengurusi mereka (Setad Residegi be Umur Azadegan), yang dibentuk pada 22 Mordad 1369, membebaskan juga tawanan Irak. Dengan bantuan lembaga-lembaga lain, lembaga yang mengurusi pembebasan tawanan Iran berhasil melakukan tukar menukar tawanan sebanyak 40 ribu tawanan, masing-masing dari Iran dan Irak.
Para tawanan Iran dengan keimanan yang teguh berhasil menghadapi segala tekanan dan siksaan badan selama di penjara. Mereka mampu membangun hubungan sosial, sekalipun ruang lingkupnya kecil di penampungan. Mereka menunjukkan kesabarannya dan ridha dengan takdir ilahi.
Mereka disebut orang-orang bebas, karena berhasil membebaskan dirinya dari ikatan hawa nafsu.