Jan 03, 2018 15:07 Asia/Jakarta

Ketika Adam diturunkan ke bumi, Allah Swt telah menyerahkan bumi sebagai amanat kepada manusia untuk memanfaatkan nikmat-nikmat Ilahi serta bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan-Nya. Namun sangat disayangkan, manusia bukan saja tidak menghargai bumi dan lingkungan hidup serta bersyukur atas nikmat besar ini. Manusia yang dengan kemurahan Allah ditetapkan sebagai khalifah di bumi ternyata sangat congkak dan tak segan-segan menyiksa makhluk hidup lainnya.

Burung-burung yang terpenjara di sangkar, singa dan harimau yang dirantai di kebun binatang, hanya dimaksudkan untuk memuaskan manusia dan menjadi hiburan mereka. Ini semua menunjukkan kesombongan manusia di hadapan Tuhan yang menciptakan segala sesuatu. Dewasa ini manusia yang rakus menginginkan segala sesuatu bagi dirinya, mulai dari burung yang dipejara di sangkar hingga pohon-pohon yang ditebangi dengan sembarangan. Harga hiburan manusia saat ini adalah perusakan hutan yang menjadi paru-paru dunia. Kebodohan manusia sampai pada level di mana ia melupakan amanat Tuhan yang diberikan kepadanya.

Meski kehidupan di bumi sudah berlangsung sejak empat miliar tahun lalu, namun sekitar 200 tahun lalu energi batu bara dan minyak ditemukan dan manusia kemudian berkuasa di planet ini. Untuk waktu singkat, manusia berubah menjadi faktor penting perubahan tanpa rencana dan pemikiran di dunia. Kekuasaan manusia terhadap alam sepanjang sejarah bumi menimbulkan dampak keras dan merusak bagi lingkungan hidup.

Eskalasi penggunaan batu bara dan minyak menimbulkan polusi udara dan perubahan laut. Egoisme manusia terus meningkat di mana sumber alam musnah akibat perang atau untuk persiapan perang. Sistem politik dan ekonomi yang hanya berpikiran untuk keuntungan jangka pendek mengabaikan biaya sejati produksi setiap barang dan mengijinkan dirinya campur tangan di alam. Tak hanya itu, mereka telah menciptakan kondisi yang memicu rusaknya keseimbangan di lingkungan hidup.

Riset terbaru menunjukkan manusia saat ini menjadi penyebab utama erosi tanah dan peran destruktif manusia dalam hal ini lebih besar dari alam itu sendiri. Riset para pakar Universitas Syracuse Amerika Serikat menunjukkan bahwa proses erosi tanah di permukaan bumi yang diakibatkan manusia saat ini lebih cepat dari proses alam sebesar 10-15 kali lipat.

Data yang dikumpulkan para pakar ini dari seluruh dunia menunjukkan bahwa setiap tahun sebanyak 75 miliar ton tanah permukaan bumi mengalami erosi. Menurut Bruce Wilkinson, pakar geologi Universitas Syracuse, sebelum campur tangan manusia, proses erosi tanah terjadi secara alami dan selama jutaan tahun serta bertahap oleh angin, air dan es. Namun kini manusia mempercepat proses ini berkali-kali lipat. Dengan demikian pertanian, pembangunan dan pertambangan merupakan aktivitas terpenting manusia yang menyebabkan erosi tanah.

lingkungan hidup

Erosi merupakan suatu fenomena alam, dimana terjadi pengikisan di bagian permukaan tanah bagian atas oleh pergerakan air ataupun angin. Peristiwa tersebut bisa disebabkan oleh berbagai hal seperti karena faktor alam maupun karena ulah atau aktivitas yang dilakukan manusia, dimana aktivitas-aktivitas tersebut dapat berpengaruh pada kondisi tanah seperti hilangnya unsur hara tanah, hilangnya daya serap tanah terhadap air, maupun berkurangnya struktur tanah yang nantinya akan berpengaruh pada tanaman yang tumbuh di atasnya.

Sedangkan erosi tanah merupakan keadaan dimana lapisan tanah bagian atas menjadi menipis akibat terjadinya pengikisan tanah oleh beberapa elemen seperti angin, air, atau es. Erosi tanah juga disebabkan berdasarkan letak astronomis yang berpengaruh terjadinya erosi. Pengikisan tersebut juga bisa disebabkan oleh adanya kegiatan makhluk hidup seperti hewan yang membuat sarang atau liang di tanah, atau bisa juga karena pengaruh gravitasi.  Pada saat terjadi erosi maka tanah akan mengalami pengikisan atau longsor sehingga hanyut oleh air maupun angin.

Erosi tanah menyebabkan lapisan permukaan tanah bagian atas menjadi menipis. Terjadinya erosi tanah tersebut akan memberikan dampak yang cukup besar, baik itu pada tempat asal terjadinya erosi (on-site) maupun di tempat lainnya (off-side). Berikut dampak atau bahaya yang ditimbulkan oleh erosi tanah.

Dampak dari erosi tanah on site biasanya akan dapat dirasakan secara langsung oleh pihak yang mengelola tanah tersebut, yaitu penurunan tingkat produktivitas tanah. Produktivitas tanah yang menurun dapat ditandai oleh beberapa hal seperti : Hilangnya kesuburan tanah akibat hanyutnya pertikel-partikel atau mineral-mineral dalam tanah, sehingga sulit dijadikan lahan untuk bercocok tanam. Penurunan hasil panen. Peningkatan biaya penggunaan pupuk. Penurunan kemampuan tanah dalam menyerap air (infiltrasi). Hal ini nantinya dapat mengakibatkan peningkatan limpahan air di permukaan tanah dan pada akhirnya dapat terjadi banjir. Terjadinya perubahan struktur tanah. Perubahan profil tanah. Lahan menjadi tandus.

Dampak yang dirasakan oleh lingkungan di luar lahan terjadinya erosi tanah juga sangat besar dirasakan. Erosi tanah akan menyebabkan sedimentasi yang mengakibatkan kerugian besar bagi kehidupan sekitar, seperti terjadinya pendangkalan waduk atau sungai. Tertimbunnya bangunan maupun lahan-lahan pertanian. Penurunan tingkat kualitas air. Menghambat kelancaran transportasi air. Rusaknya ekosistem di air.

Kerusakan alam lainnya yang ditimbulkan oleh manusia adalah meningkatnya suhu udara atau dikenal dengan pemanasan global. Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.

Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik; pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).

lingkungan hidup

Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. Dalam hal ini manusia memiliki saham besar dalam produksi karbondioksida. Sementara itu, peningkatan suhu udara di muka bumi menimbulkan perubahan iklim yang berujung pada terjadi angin topan, kekeringan, kendala di produksi pangan serta maraknya wabah.

Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.

Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun 1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281 ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm (peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100, karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.

Salah satu ulah manusia yang mempercepat kerusakan lingkungan hidup adalah penggundulan hutan sebagai paru-paru dunia. Berdasarkan laporan PBB, setiap warga Amerika rata-rata bertanggung jawab atas penyebaran 22 ton karbondioksida setiap tahun, semantara untuk penghuni bumi di wilayah lain, rata-rata mereka setiap tahun memproduksi enam ton karbondioksida. Sejatinya warga Amerika sama dengan empat mobil dalam memproduksi karbondioksida.

Deforestasi (penggundulan hutan atau penebangan hutan) adalah proses penebangan pohon untuk membuat ruang bagi lahan pertanian, industri dan berbagai kebutuhan lain seiring meningkatnya populasi manusia. Penebangan pohon berlebihan untuk alasan apapun akan berdampak merugikan pada keseimbangan lingkungan.

Salah satu kerugian utama penggundulan hutan adalah terganggunya siklus air. Pohon bertanggung jawab menarik air dari tanah untuk melepaskannya ke atmosfer melalui proses penguapan. Penebangan hutan menyebabkan gangguan pada siklus air dan membuat lingkungan menjadi lebih kering yang mengarah pada perubahan iklim.

Hutan menggunakan karbon dari atmosfer selama proses fotosintesis. Itu sebab, menebang pohon akan meningkatkan jumlah karbon dan gas rumah kaca di lingkungan. Selain itu, pembakaran hutan akan menghasilkan sejumlah besar emisi karbon dioksida ke udara. Karbon dioksida dan gas rumah kaca lainnya seperti oksida nitrogen dan metana diketahui memerangkap panas di atmosfer, sehingga meningkatkan suhu rata-rata permukaan bumi.

Peningkatan suhu permukaan bumi dan lautan lazim disebut sebagai pemanasan global.Kenaikan suhu ini pada akhirnya akan menyebabkan permukaan laut meningkat akibat mencairnya gletser dan es di kutub. Kenaikan permukaan air laut merupakan ancaman serius bagi kehidupan di bumi sehingga diperlukan langkah-langkah untuk mencegah hal itu terjadi.

Tags