Sep 25, 2018 17:30 Asia/Jakarta
  • Media sosial
    Media sosial

Perhatian harus diberikan pada perubahan identitas individu di dunia maya. Identitas, memiliki tiga unsur, elemen personal, budaya dan sosial. Masing-masing memainkan peran penting dalam pengembangan kepribadian individu. Internet adalah panggung budaya dan sosial yang menempatkan individu pada berbagai posisi, peran dan gaya hidup.

Di ruang publik ini, keterampilan dan kemampuan budaya baru diperlukan untuk beraktivitas dengan setting simbolis. Situs pribadi adalah contoh modern bagaimana pengguna internet memperkenalkan dirinya kepada publik global dan menggunakan berbagai sarana untuk mengungkapkan perspektif, afeksi, minat dan pendapatnya. Miller seorang psikolog Amerika menyinggung pentingnya dan keterkaitan situs pribadi dan berkata: "Katakan padaku apa saja link Anda saya akan memberi tahu Anda siapa Anda sebenarnya."

Dengan banyaknya pilihan dan sarana media publik, termasuk internet, yang diberikan kepada para pemuda dan anggota keluarga, mereka selalu berhadapan dengan berbagai jenis perilaku dengan sebuah dorongan baru. Suasana seperti itu akan menciptakan identitas yang tidak menentu dan selalu berubah, terutama dari generasi ke generasi dengan semakin banyaknya dorongan baru dibandingkan generasi sebelumnya. Selain itu, melalui media massa, masyarakat menyusun kembali batasan hipotetis antara ruang publik dan pribadi, dan ini adalah kesempatan yang dimanfaatkan para pemuda.

Media sosial

Pemuda, khususnya pada masa puber, yang merupakan tahap pembentukan identitas dan upaya menemukan nilai dan membenamkannya dalam kepribadiannya, menghadapi volume informasi massif di Internet dan dia harus menemukan jati dirinya di dunia maya ini. Secara perlahan internet berpotensi memiliki efek negatif pada identitas pemuda.

Selain itu, beberapa ciri khas kepribadian seperti usia, pendidikan, lokasi, dan jenis kelamin, terkadang hilang di internet. Misalnya, banyak orang yang mengobrol di chat room dengan keterangan pribadi tidak nyata dan berbicara dengan lisan karakter tersebut kepada audiens atau lawan dialog mereka. Karakter palsu itu diperkenalkan kepada audiens. Karakter-karakter rekayasa ini saling memberikan efek luar biasa satu sama lain, bersama konsekuensi negatifnya bagi individu dan keluarga.

Internet lahir dari dalam masyarakat modern Barat dan oleh karena itu segala sesuatu yang dapat diakses di internet adalah dalam rangka menjawab tuntutan manusia modern Barat dan diterima di masyarakat Barat. Masalah ini sekarang telah menimbulkan berbagai masalah moral dan budaya di dunia Barat.

Oleh karena itu, salah satu ancaman terpenting internet dan dunia maya bagi komunitas dan keluarga Muslim adalah pengaruh dan penyusupan nilai-nilai dan moral Barat melalui penggunaan teknologi ini terhadap keluarga serta penggoyahan pondasi keluarga. Keluarga adalah sebuah area di mana nilai moral dan parameter nilai, merupakan elemen terkuat dalam menjaga hubungannya. Penggunaan internet untuk mengakses pornografi dan situs berkonten asusila memiliki konsekuensi bagi keluarga, termasuk masalah perkawinan dan perselisihan antarpasangan dan masalah seksual untuk anak-anak.

Selain itu, dewasa ini kita menyaksikan penyebaran jaringan komunikasi maya, yang disambut khalayak, terutama kaum muda. Selain manfaat komunikasi cepat dan mudah, jaringan ini memudahkan orang berkomunikasi dan tanpa perkenalan secara proporsinal. Ini juga merupakan ancaman bagi anggota keluarga, karena dengan komunikasi yang tidak terkendali dan inkonvensional ini, terdapat banyak bahaya, termasuk pemisahan individu dari keluarga dan pertemanan yang berbahaya. Karena alasan tersebut, fenomena ini menuntut kontrol ketat orang tua atas interaksi dan hubungan putra-putri mereka dengan lawan jenis.

Acaman berbahaya lainnya adalah sebagian orang, terutama kaum muda, menggunakan jaringan Internet untuk memenuhi tuntutan biologis mereka dengan mengakses konten pronografi serta untuk berkenalan dengan tujuan berrkencan. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa banyak pengguna chat room tertarik dengan obrolan erotis, dan menggunakan teknologi ini karena ketidakpuasan dengan hubungan perkawinan, keinginan untuk berteman dengan lawan jenis dan tuntutan kompleks seksual dan batin. Masalah ini telah menciptakan banyak masalah psikologis dan dampak negatif seksual bagi individu dan keluarga bahkan masyarakat.

Media sosial

Internet karena memiliki mekanisme yang tidak terkontrol dalam hubungan seksual, menimbulkan fenomena seksualitas dan erotisme yang sangat meluas, karena ulah para pengelolanya serta berkembangya perspektif komersialisasi masalah seks. Fenomena ini merusak seluruh norma etis dan mengancam budaya, terutama budaya relijius seperti budaya Islam. Sayangnya, kemungkinan anak-anak remaja akan mengalami fenomena yang disebut "baligh dini" karena mengakses konten pornografi, dan akibatnya akan menunjukkan perilaku seksual di luar batas.

Penggunaan internet meningkat setiap hari karena kemajuan komunikasi, seperti dengan lahirnya smartphone. Sejauh hal itu dapat dikatakan bahwa telah penggunaan internet berlebihan dan penggunaan adiktif dari fenomena kehidupan modern itu. Apa yang menyedot para pengguna menggunakan internet berlebihan dan berisiko kecanduan adalah budaya membesar-besarkan sebuah fakta. Pembesaran fakta merupakan kriteria dunia maya dalam menyikapi sebuah koten terkait fenomena, individu, dan interaksi. Di ruang maya, indera manusia juga sangat terlibat, sehingga manusia menjadi bagian dari ruang ini.

Berbagai bentuk penggunaan berlebihan ini dapat dibagi menjadi lima kategori umum: pertama, kecanduan hal-hal seksual dan ini  yang paling umum. Kedua, kecanduan hubungan online, mencari teman dan mengisi kekosongan dalam hidup. Ketiga, kecanduan hubungan ekonomi; tujuannya adalah berjudi atau berdagang. Keempat, kecanduan pengumpulan informasi, keinginan untuk mengumpulkan informasi rahasia dan terselubung beserta faktanya, atau karena rasa ingin tahu yang berlebihan. Kelima, kecanduan pada komputer untuk bermain game online.

Menurut sebuah studi oleh American Psychiatric Association, ada tujuh kriteria untuk mendeteksi kecanduan internet, di mana jika ini disaksikan selaa dua bulan pada diri seseorang maka dapat dikatakan dia adalah pecandu internet. Kriteria ini meliputi kesabaran, gejala beranjak, waktu penggunaan internet melebihi dari yang dibutuhkan, kecenderungan konstan mengendalikan perilaku, menghabiskan banyak waktu untuk urusan yang berkaitan dengan Internet, mengurangi aktivitas sosial, pekerjaan dan rekreasi serta terus menggunakan internet meski mengetahuiu efek negatifnya.

Peningkatan volume kecanduan internet di kalangan remaja dan pemuda telah terbukti dan tidak dapat dipungkiri. Orang tua dan orang-orang sekitar harus berusaha mempertimbangkan berbagai cara untuk mengatasi masalah ini. Kecanduan internet adalah semacam ketergantungan perilaku yang digunakan seseorang untuk mengatasi berbagai masalah dalam hidupnya. Dampaknya akan menimbulkan kerugian fisik, psikologis, keuangan, keluarga, sosial dan pekerjaan. Orang yang kecanduan internet sejatinya kecanduan pada apa yang dia lakukan di internet atau perasaan ketika ia melakukanya di internet.

Media sosial

Banyak pula yang berusaha memecahkan masalah, kendala, dan kebutuhannya dengan melakukan pencarian solusi di internet. Beraktivitas berlebihan di internet akan menyebabkan kecanduan, kegelisahan dan depresi, sulit tidur atau bahkan insomnia dan kehilangan fokus, serta munculnya berbagai masalah fisik dan mental, yang pada akhirnya akan menyebabkan gangguan sosial dan keluarga. Kurangnya kontrol terhadap perilaku, depresi, kehilangan kesempatan pendidikan dan pekerjaan, kesepian, stres dan kegelisahan konstan, kegugupan, kecemasan mental dan gangguan obsesif kompulsif termasuk di antara efek buruk kecanduan pada internet.

Tags