Kekuatan dan Ketangguhan Iran Perspektif Rahbar
-
Ayatullah Sayid Ali Khamenei dalam pertemuan dengan para relawan Basiji di Stadion Azadi Tehran.
Organisasi Basij Mustadhafin Iran adalah sebuah lembaga relawan rakyat yang dibentuk pada tahun 1980 atas perintah Imam Khomeini ra. Para relawan Basij memainkan peran penting selama era Perang Pertahanan Suci untuk mematahkan serangan tentara rezim Saddam.
Pasca perang, Organisasi Basij Mustadhafin memberikan pengabdian di berbagai bidang untuk membangun kembali Iran.
Selama bulan lalu, ratusan ribu relawan basiji meluncurkan gerakan jihad pembangunan di desa-desa tertinggal di seluruh Iran untuk membantu masyarakat. Mereka memberikan layanan di bidang pembangunan, kesehatan, budaya, dan pendidikan. Pada 4 Oktober 2018, para relawan basiji menggelar pertemuan akbar di berbagai kota Iran sebagai penutup kegiatan bakti sosial ini.
Di Tehran, ratusan ribu relawan basiji melakukan pertemuan dengan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei di Stadion Azadi Tehran. Pertemuan ini dilakukan di tengah situasi yang sensitif. Dari satu sisi, propaganda dan tekanan ekonomi Amerika Serikat terhadap Iran terus meningkat, dan di sisi lain, pemerintah Iran terus bekerja keras untuk mengatasi masalah ekonomi dengan mengerahkan kapasitas dalam negeri.
Pada kesempatan itu, Ayatullah Khamenei memaparkan tiga isu penting yaitu: keagungan Iran, kedigdayaan Republik Islam, dan ketangguhan bangsa Iran. "Ini bukan hanya slogan semata seperti slogan-slogan yang disampaikan orang lain. Ini adalah sebuah fakta di mana musuh bangsa Iran ingin agar kita tidak mengenali mereka atau mengabaikan mereka," ujarnya.
Menurutnya, keagungan Iran bisa disaksikan di semua periode sejarah, kecuali untuk 200 tahun sebelum Revolusi Islam yaitu selama era imperialisme di mana mereka melakukan intervensi dan menjarah Iran.
"Di sepanjang sejarah, negara kita tercinta berkibar di antara negara-negara Muslim dan dalam beberapa periode, di antara semua negara dunia di bidang sains, filsafat, politik, seni, dan kemanusiaan. Keagungan Iran adalah sebuah hal yang jelas dan setiap orang yang netral pasti akan mengakuinya," tegasnya.
Mengenai kedigdayaan dan kedaulatan Republik Islam, Ayatullah Khamenei menuturkan cukup untuk diketahui bahwa Republik Islam telah membebaskan Iran dari dominasi Inggris dan AS. Dominasi ini dimulai pada awal abad ke-19 dan negara-negara asing dengan sombong dan tanpa belas kasihan menguasai semua urusan negara.

Rezim despotik Pahlevi adalah sebuah monarki yang membuka diri bagi dominasi asing di Iran dan bergantung mutlak pada mereka. Bukti lain kekuatan revolusi dan Republik Islam adalah menyelamatkan negara dari rezim despotik dan pengkhianat bangsa.
Setelah sistem Republik Islam Iran tegak, konspirasi domestik dan asing disusun untuk menghapus sistem tersebut. Namun, kekuatan dan dukungan rakyat telah menggagalkan rencana jahat itu. Salah satu aksi terpenting untuk melenyapkan Revolusi Islam adalah memaksakan perang delapan tahun terhadap Iran melalui diktator Saddam. Konspirasi ini berhasil digagalkan berkat keberanian dan perlawanan rakyat Iran.
"Sebelum era Republik Islam, perang selalu terjadi di masa Qajar dan Pahlavi, musuh memecah wilayah tertentu dari Iran atau menempatkan pasukan di negara ini dan menundukkan bangsa Iran. Untuk pertama kalinya, bangsa Iran selama delapan tahun perang yang dipaksakan, berhasil mengalahkan front musuh yang besar, mengusir mereka dari Iran, dan menjaga integritas wilayah negara. Inilah yang disebut kedigdayaan," ungkap Rahbar.
Menurut Ayatullah Khamenei, kekuatan adalah bahwa Republik Islam mampu menaikkan kredibilitas dan wibawa negara ini di kawasan dan seluruh dunia, dan bangkit sendirian melawan front besar arogansi.
Di bagian lain pidatonya, Rahbar berbicara tentang ketangguhan bangsa Iran dan tak terkalahkannya mereka dalam menghadapi musuh. Beliau menggambarkan bangsa Iran sebagai tak terkalahkan dan menegaskan, "Bukti dari tak terkalahkan bangsa Iran adalah karena Islam. Tak terkalahkan ini dapat disaksikan dalam kemenangan bangsa ini selama Perang Pertahanan Suci melawan invasi Saddam dan perlawanan mereka terhadap konspirasi musuh selama 40 tahun."
"Bangsa kita tidak mundur dan tidak menyerah. Kita tidak merasa lemah dan kalah di hadapan musuh, ini adalah kemenangan bangsa Iran," tegasnya.
Meski negara dan bangsa ini kuat, Rahbar tetap mengingatkan rakyat agar tidak sombong atas kesuksesan yang diraih. "Sombong atas kemenangan, tidak memiliki rencana ke depan, dan tidak punya inisiatif untuk terus mengukir kemenangan, tentu kita akan tertinggal di hadapan musuh dan menyebabkan musuh maju ke depan… Kerja keras, jihad, dan mengambil inisiatif harus terus berjalan dengan memanfaatkan berbagai potensi," tambahnya.

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menjelaskan, "Kita masih di tengah jalan, di permulaan jalan, dan kita harus mencapai sebuah puncak yang diinginkan oleh Revolusi Islam. Jadi, perlu kerja keras, sikap kompeten, keberanian, dan perencanaan, tetapi yang perlu dicatat adalah bahwa ujung tombak dari gerakan besar nasional ini adalah kalian para pemuda… kalian adalah lokomotif penggerak kereta ini."
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran selalu memberikan perhatian, kepercayaan, dan harapan kepada pemuda sebagai pembangun masa depan negara. Dalam pertemuan dengan para basiji di Stadion Azadi, Rahbar mengatakan, "Kita telah melakukan berbagai jihad selama hampir 40 tahun lalu (pasca kemenangan revolusi). Pemuda berada di garis depan di semua jihad ini, mereka adalah perintis jalan dan mereka lokomotif."
Para pemuda Iran memainkan peran besar dalam mengukir kemajuan negara. Mereka terlibat aktif dalam perlawanan menumbangkan rezim diktator Pahlevi sebelum kemenangan Revolusi Islam, memerangi kelompok separatis dan teroris pada awal kemenangan revolusi, mengabdikan diri dalam jihad pembangunan dan kemajuan negara, terjun ke medan perang selama delapan tahun pertahanan suci, bekerja keras untuk kemajuan sains dan teknologi, memerangi terorisme takfiri, dan menyumbangkan tenaga dan pikiran untuk memecahkan persoalan ekonomi.
Dalam sebuah pesan khusus untuk para pemuda, Rahbar mengatakan, "Kalian jangan berpikir bahwa jalan di depan adalah jalan tanpa rintangan. Tidak, jalan menuju kemajuan ada di depan kita, tetapi ini adalah jalur yang penuh tikungan, ada rintangan. Musuh benar-benar aktif melawan kita. Kita harus melalui jalan ini sambil menyingkirkan rintangan."
Namun, lanjutnya, ada beberapa syarat untuk mengatasi rintangan ini. Pertama, mengenali dan memahami kehadiran musuh. "Selama kita tidak tahu musuh ada di sana, kita tidak akan membangun basis pertahanan untuk melindungi diri kita," paparnya.
Kedua adalah memperkuat rasa percaya diri dan keteguhan dalam perlawanan. Menurut Rahbar, orang yang lemah, tidak percaya diri, dan oportunis, tidak akan memiliki apa-apa untuk ditampilkan di arena ini. Orang-orang yang pesimis akan melemahkan semangat orang lain, dan para pemalas akan memaksa orang lain untuk bermalas-malasan.
"Jika mereka (munafikin) berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. Dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim." (Surat At Taubah ayat 47)
Dan ketiga adalah mengidentifikasi zona serangan. "Di zona mana kita sedang berperang dengan musuh? Kita harus mengidentifikasi itu dengan tepat. Kita harus memahami ancaman musuh. Jadi, semua orang harus memiliki pemahaman yang tepat tentang dunia pertarungan," tegas Ayatullah Khamenei. (RM)