Okt 23, 2018 10:39 Asia/Jakarta
  • Masjid Nabawi di Madinah.
    Masjid Nabawi di Madinah.

Masjid adalah basis perkumpulan kaum Muslim dan manifestasi dari persatuan dan kesatuan umat Islam. Persatuan ini merupakan unsur utama untuk keselamatan dan kelangsungan setiap masyarakat.

Semua individu baik laki-laki maupun perempuan, orang tua dan anak-anak, para tokoh dan berbagai lapisan masyarakat, semua berkumpul di tempat suci itu. Mereka duduk berdampingan atau berdiri berdempetan dalam satu barisan.

Masjid merupakan poros persatuan, solidaritas, dan persaudaraan antar sesama Muslim. Mereka secara rutin berkumpul untuk mengikuti ritual-ritual khusus seperti, shalat lima waktu atau shalat Jumat. Setiap individu – sadar atau tidak – akan mengenal pendidikan agama, merasakan pengaruh baik nilai-nilai moral, dan menumbuhkan solidaritas sosial dalam dirinya.

Seorang pakar Islam dan penulis asal Swiss, Marcel Andre Biosard mengatakan, "Masjid adalah faktor penguat solidaritas dan persatuan umat Islam di dunia. Oleh karena itu, posisi pentingnya secara sosial dan budaya tidak dapat diabaikan, terutama di era modern ketika kaum Muslim kembali memperlihatkan semangat dan kehangatan masa permulaan Islam. Masjid telah tampil sebagai pusat pendidikan spiritual dan basis gerakan kaum Muslim melawan arogansi dan hegemoni."

"Pembangunan perpustakaan dan aula di dalam masjid telah mengungkap sebuah fakta bahwa masjid dalam Islam – tidak seperti dugaan sebagian orang – tidak terbatas untuk menunaikan shalat dan ia benar-benar telah menjadi salah satu pusat politik dan budaya penting Islam. Kegiatan shalat Jumat merupakan sarana untuk perkumpulan kaum Muslim pada hari libur dan mengutarakan berbagai persoalan sosial serta membicarakan masalah kesejahteraan umat seperti, kesehatan, perumahan, keputusan politik, dan lain-lain," tambahnya.

Marcel Biosard lebih lanjut menuturkan, "Selama bertahun-tahun, meskipun adanya perpecahan dan perbedaan pandangan politik di masyarakat, perkumpulan masyarakat Muslim yang marah terhadap rezim-rezim diktator dilakukan di masjid. Mereka kemudian menyusun kebangkitan sosial dan perlawanan terhadap para diktator dan mengguncang pilar-pilar kekuasaan para boneka Barat. Ini adalah sebuah pekerjaan yang sampai sekarang tidak mampu dilakukan oleh partai-partai dan kubu oposisi di Barat."

Allah Swt memerintahkan Rasul-Nya agar melarang jemaah shalat dan orang-orang Muslim untuk mendatangi masjid yang dipakai untuk merusak persatuan masyarakat Islam. Rasulullah Saw bahkan memerintahkan para sahabatnya agar menghancurkan dan membakar masjid seperti itu.

Seperti dicatat dalam sejarah, Masjid al-Dhirar dibangun oleh sekelompok kaum munafik di daerah Quba untuk melawan Masjid Quba; masjid pertama yang didirikan oleh Rasulullah Saw setelah hijrah ke Madinah. Mereka membangun masjid tersebut untuk menyusun konspirasi terhadap Islam. Sebelum Rasul berangkat ke Perang Tabuk, orang-orang munafik meminta izin beliau tentang rencana pembangunan sebuah masjid, tetapi Rasul berkata akan memberi keputusan setelah kembali dari Tabuk.

Namun, kaum munafik tetap memulai pembangunan dan setelah pasukan Islam kembali ke Madinah dari Tabuk, mereka meminta Rasulullah untuk mendirikan shalat di Masjid al-Dhirar. Ketika itu, Rasul menerima wahyu dari Allah Swt tentang konspirasi kaum munafik dan mengetahui bahwa Masjid al-Dhirar dibangun untuk menciptakan perpecahan di antara kaum Muslim. Oleh sebab itu, beliau memerintahkan penghancuran Masjid al-Dhirar dan membakar kayu-kayunya.

Pembakaran Masjid al-Dhirar mengirim sebuah pesan kepada kaum Muslim di sepanjang masa bahwa persatuan kaum Muslim sangat penting bagi Islam. Bahkan jika sebuah masjid dibangun di samping masjid lain dengan tujuan menyulut perpecahan dan konflik di tengah umat, maka masjid yang kedua harus dihancurkan.

Pemimpin mazhab Syiah, Imam Jakfar Shadiq as – demi persatuan kaum Muslim – berpesan kepada seluruh pengikut Syiah bahwa barang siapa yang hadir bersama saudaranya Ahlu Sunnah dalam shalat jamaah dan berdiri di barisan pertama, maka ia seperti orang yang telah mengeluarkan pedang dari sarungnya dan siap berjihad di jalan Allah Swt." (Ushul al-Kafi, jilid 3, bab shalat)

Ucapan tersebut menekankan pada persatuan dan solidaritas di antara kaum Muslim seperti pesan Rasulullah Saw, dan nilainya tidak kurang dari berjihad dengan musuh agama Allah. Masjid yang mampu memperkokoh persatuan kaum Muslim dan merangkul banyak jemaah, tentu saja ia lebih diridhai oleh Allah Swt.

Kehadiran pengikut berbagai mazhab di sebuah masjid merupakan indikasi bahwa perbedaan akidah dan mazhab, tidak mampu merusak barisan persatuan kaum Muslim. Oleh karena itu, salah satu tugas masjid adalah menegakkan persatuan dan solidaritas di tengah umat. Orang-orang yang shalat di dalamnya juga harus memupuk persatuan dan menyingkirkan kedengkian. Mereka harus memperlihatkan persatuan dan kekompakannya kepada musuh-musuh Islam.

Masjid Agung Kairouan di Tunisia.

Sejarah Masjid Agung Kairouan di Tunisia

Pada seri kali ini, kita akan berkenalan dengan Masjid Agung Kairouan di Tunisia. Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Uqbah, karena dibangun oleh pendiri kota Kairouan, Uqbah ibn Nafi' pada tahun 50 Hijriah di area seluas 9.000 meter persegi. Masjid Agung Kairouan merupakan salah satu tempat ibadah tertua di Dunia Islam dan kemudian menjadi model untuk semua masjid di Maghreb. Di masjid inilah adzan pertama kali berkumandang di bumi Afrika dan memiliki kedudukan istimewa dalam sejarah Islam.

Masjid Agung Kairouan pada awalnya terbilang sangat kecil dan atapnya hanya ditopang oleh tiang-tiang yang tegak lurus. Namun, seiring perkembangan zaman dan di berbagai fase sejarah Islam, bangunan suci ini mengalami perubahan signifikan dan didekor dengan sangat indah. Sekilas bentuk luar masjid tersebut terlihat seperti sebuah benteng untuk melindungi daerah-daerah di sekitarnya.

Masjid Uqbah ini memiliki lima kubah dan sembilan gerbang atau pintu, di mana enam buah darinya langsung terhubung ke halaman masjid, dua buah gerbang untuk ruang shalat, dan gerbang kesembilan adalah akses menuju ke Maqsura. Maqsura adalah ruang shalat khusus yang dipakai untuk para pejabat dan tokoh penting lainnya.

Dinding Masjid Kairouan terbuat dari batu dan batu bata yang keras. Menara-menara masjid ini dianggap sebagai menara yang paling indah di bumi Afrika dan disebut-sebut sebagai menara tertua dalam Dunia Islam. Menara masjid ini memiliki arsitektur yang khas, di mana ia terdiri dari tiga tingkat dan di bagian paling atas terdapat kubah kecil. Di lantai paling bawah masih terdapat inskripsi latin di balok batu besar zaman Rowami.

Dengan tampilan yang sangat kokoh dan dekorasi yang indah, menara Masjid Kairouan tampil sebagai struktur yang harmoni dan menakjubkan. Menara-menara ini berfungsi sebagai tempat pengawas dan untuk mengumandangkan adzan.

Mimbar masjid dibuat dari kayu dengan penuh ukiran cantik pada abad ke-9 Masehi. Di antara semua mimbar di Dunia Islam, tentu saja ini adalah contoh tertua dari mimbar yang masih dipertahankan hingga saat ini. Mimbar ini terdiri dari perakitan lebih dari 300 potongan kayu berukiran halus dengan sangat indah.

Kemegahan dan keindahan Masjid Kairouan telah mengundang rasa takjub. Dekorasi yang sederhana dan menawan di menara dan pintu-pintunya adalah cerminan dari sebuah mahakarya dalam arsitektur Islam. (RM)