Jan 21, 2019 10:52 Asia/Jakarta
  • Lintasan Sejarah 21 Januari 2019.
    Lintasan Sejarah 21 Januari 2019.

132 tahun yang lalu, tanggal 21 Januari 1887 dimulai pembangunan Menara Eiffel di Perancis.

Menara ini dibangun sebagai pintu masuk Exposition Universelle, Pameran Dunia yang merayakan seabad Revolusi Perancis. Menara ini dinamai sesuai dengan nama perancangnya, Gustave Eiffel. Eiffel sebenarnya berancana membangun menara di Barcelona untuk Pameran Universal 1888, tapi para pihak yang bertanggung jawab di balai kota Barcelona menganggapnya aneh dan mahal dan tidak cocok dengan kota itu.

Setelah penolakan Rencana Barcelona, Eiffel mengirim drafnya kepada pihak yang bertanggung jawab untuk Pameran Universal di Paris, dimana ia membangun menaranya setahun kemudian, yaitu 1889. Menara ini diresmikan tanggal 31 Maret 1889 dan dibuka tanggal 6 Mei.

Ketika menara selesai dibangun tahun 1889, struktur ini menjadi yang tertinggi di dunia, gelar yang dipertahankan hingga 1930 ketika Chrysler Building di New York City (319 m atau 1.047 kaki) selesai. Menara ini sekarang yang tertingggi kelima di Perancis dan paling tinggi di Paris, dengan struktur tertinggi kedua Tour Montparnasse (210 m atau 689 kaki), meskipun akan dikalahkan oleh Tour AXA (225.11 m atau 738.36 kaki).

Haj Mulla Ismail Sabzewari Meninggal

128 tahun yang lalu, tanggal 14 Jumadil Awal 1312 HQ, Haj Mulla Ismail Sabzewari, seorang ulama hadis dan al-Quran terkemuka abad ke 13 hijriah, meninggal dunia.

Haj Mulla Ismail Sabzewari Beliau dilahirkan di Sabzewar, timur laut Iran.

Mulla Ismail menuntut ilmu hikmah dan filsafat dari Haj Mula Hadi Sabzewari, filsuf terkemuka pada zaman itu. Setelah itu, Mula Ismail melanjutkan pendidikannya ke hauzah ilmiah di kota Najaf, Irak dan setelah mencapai derajat mujtahid, beliau kembali ke Iran. Mulla Ismail Sabzewari meninggalkan banyak karya penulisan, di antaranya berjudul Majma'un-Nurain.

Imam Khomeini ra.

Imam Khomeini Mengawali Kuliah Hukumat-e Islami di Najaf

49 tahun yang lalu, tanggal 1 Bahman 1348 HS merupakan hari pertama Imam Khomeini ra mengawali mata kuliah Wilayah Faqih atau Hukumat-e Islami.

Setelah Imam Khomeini ra melewati beberapa tahun dari masa pengasingannya di Najaf al-Asyraf, beliau tetap memimpin gerakan menentukan melawan rezim Shah Pahlevi dengan mengajak para pemuda dan kalangan akademi untuk mengkaji kembali seluruh undang-undang Islam. Di samping itu, beliau kemudian menyampaikan mata kuliah Hukumat-e Islami dalam 12 pertemuan di masjid Syeikh Anshari.

Pembahasan ilmiah mengenai pemerintahan Islam ini tidak hanya membuktikan tidak terpisahnya agama dan politik kepada Hauzah Ilmiyah, tapi juga dapat diterima di lingkungan akademi. Bahkan pembahasan ini menjadi teori sempurna dan ilahi bagi pemerintahan Islam. Dampak dari teori ini juga mampu menepis ketidakpercayaan diri umat Islam di linkungan budaya Barat.

Ucapan Imam Khomeini ra dalam pembahasan ini dikemudian hari dicetak dalam bentuk buku dengan judul Hukumat-e Islami. Sekalipun SAVAK Iran melarang beredarnya buku ini, namun secara sembunyi-sembunyi buku ini sampai juga kepada para pejuang Islam di dalan negeri Iran. Buku ini pada mulanya hanya berada di tangan para pengikut Imam Khomeini ra dan dikaji secara serius, tapi tidak terlalu mendapat perhatian dunia, namun pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, buku ini menjadi rujukan penting terkait teori pemerintahan Islam.

Tags