Feb 19, 2019 10:41 Asia/Jakarta
  • 19 Februari 2019
    19 Februari 2019

Hari ini, Selasa 19 Februari 2019 bertepatan dengan 13 Jumadil Tsani 1440 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 30 Bahman 1397 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi pada hari ini di masa lampau.

Ummul Banin, Istri Imam Ali as Wafat

1376 tahun yang lalu, tanggal 13 Jumadil Tsani 64 HQ, Ummul Banin, istri Imam Ali as meninggal dunia di Madinah dan dimakamkan di kota ini.

Setelah bertahun-tahun ditinggal oleh istrinya, Sayidah Fathimah az-Zahra as, Imam Ali as menikah dengan Fathimah Kilabiyah, lewat usulan saudaranya, Aqil yang merupakan ahli nasab yang mengetahui dengan baik keturunan Arab. Dari Fathimah Kilabiyah ini, Imam Ali as dikaruniai empat orang anak laki-laki; Abbas, Jakfar, Abdullah dan Utsman. Karena melahirkan empat orang anak laki-laki, akhirnya Fathimah Kilabiyah dijuluki Ummul Banin yang berarti ibu dari anak-anak laki.

Keempat anaknya mereguk cawan syahadah dalam peristiwa Karbala, dan ibu mereka tampak tegar dan sabar menghadapi cobaan ini.

Ketika beliau mendapat informasi tentang peristiwa Asyura, beliau membawa Ubaidullah, anak Abbas ke kuburan Baqi' dan membacakan puisi memuji anak-anaknya. Rakyat Madinah yang mendengarkan puisi yang dibacakan Ummul Banin berkumpul di Baqi' dan menangis bersama beliau.

Ummul Banin, istri Imam Ali as

Wafatnya Alim Mujahid, Ayatullah Mir Sayid Ali Ayat Najaf Abadi

76 tahun yang lalu, tanggal 30 Bahman 1321 HS, Ayatullah Najaf Abadi meninggal dunia dalam usia 74 tahun dan dikebumikan di Isfahan.

Alim mujahid Ayatullah Mir Sayid Ali Ayat Najaf Abadi lahir di kota Najaf Abad, Isfahan pada tahun 1247 Hs. Akibat sebuah kejadian, beliau baru mulai menunjukkan kecenderungannya pada agama setelah usia 20 tahun dan belajar di hauzah ilmiah Isfahan. Di sana beliau belajar kepada Sayid Mohammad Fesharaki, Sayid Abolhassan Jelveh dan Sayid Mahdi Nahvi. Setelah itu Ayatullah Najaf Abadi pergi ke Najaf, Irak.

Selama di Najaf, beliau belajar kepada guru-guru besar seperti Sayid Ismail Sadr, Mirza Muhammad Taqi Shirazi, Haj Agha Reza Hamedani, Akhond Mulla Mohammad Kazem Khorasani dan Sayid Mohammad Kazem Yazdi. Dalam waktu singkat beliau telah mencapai derajat keilmuan yang tingg baik dalam fiqih, ushul, filsafat dan irfan.

Ayatullah Najaf Abadi akhirnya kembali ke Isfahan dan mulai mengajar di sana menjadi salah satu guru paling terkenal di hauzah ilmiah Isfahan di masa penumpasan pusat-pusat keagamaan oleh rezim Reza Khan. Beliau sangat memperhatikan kewajiban amar makruf dan nahi munkar dan berjuang melawan para penguasa zalim di daerahnya.

Ketika Iran diduduki oleh pasukan asing, Ayatullah Najaf Abadi berjuang melawan tentara Rusia. Saat beliau dipenjara di Konsulat Rusia di Isfahan, rumahnya dijarah oleh para perusuh yang dan antek-antek Rusia. Di masa itu, ketika pasukan Sekutu memasuki Iran terjadi musim kelaparan yang panjang. Menyaksikan kondisi yang sulit itu, beliau bersama Mir Sayid Hassan Char Soughi mengajak orang-orang yang mampu untuk membentuk yayasan sosial guna membantu orang-orang miskin. Yayasan sosial yang dibentuk ini sangat membantu masyarakat miskin dan mayoritas organisasi-organisasi sosial yang ada saat ini di Isfahan masih merupakan peninggalan yayasan sebelumnya.

Di samping aktivitas politik dan sosial, lingkaran kuliah Ayatullah Najaf Abadi berhasil mendidik murid-murid hebat seperti Ayatullah Abulqasem Rafee Mehrabadi, Sheikh Ahmad Fayyaz, Haydar Ali Salavati, Sayid Rouhullah Khatami, Sayid Ali Allamah Fani dan Sayid Morteza Pasandideh.

Sejarah

Infiltrasi Militer AS di El Salvador Dimulai

38 tahun yang lalu, tanggal 19 Februari 1981, pemerintah AS mengeluarkan laporan mengenai semakin meningkatnya kekuatan militer komunis di El Salvador.

Pada saat itu, dunia tengah berada dalam perang dingin antara blok Barat dan blok Timur. Atas dasar laporan ini, pemerintahan Ronald Reagan secara dramatis meningkatkan bantuan militer kepada pemerintah El Salvador, yang jumlahnya mencapai 5 juta dollar.

Namun, perang saudara yang terjadi antara pemerintah junta militer El Salvador dukungan AS dan pemberontak kiri El Salvador dukungan Kuba dan Nikaragua, malah semakin meningkat. Puluhan ribu rakyat sipil menjadi korban dari perang ini. Sebuah komisi PBB yang menangani masalah ini mengkritik AS sebagai pihak yang bertanggung jawab memperkeruh keadaan di El Salvador.

Pada tahun 1992, PBB dan Presiden Costa Rica, Oscar Arias, berhasil menjadi mediator untuk menjalin perjanjian di antara faksi-faksi yang berseteru.

Militer Amerika Serikat

 

Tags