Jun 15, 2019 18:09 Asia/Jakarta
  • Gadis Muslim memegang poster dengan kutipan dari Martin Luther King Jr selama protes di pusat kota Toronto, Kanada pada 30 Januari 2017.
    Gadis Muslim memegang poster dengan kutipan dari Martin Luther King Jr selama protes di pusat kota Toronto, Kanada pada 30 Januari 2017.

Anak-anak di setiap negara merupakan kelompok yang paling rentan di tengah masyarakat dan wajib mendapat perlindungan, namun anak-anak Muslim di Eropa tidak luput dari gangguan dan serangan kebencian yang dilakukan oleh kubu anti-Islam.

Hasil riset oleh seorang pakar terapis anak dan urusan keluarga menunjukkan bahwa anak-anak Muslim di Inggris selalu menjadi korban kekerasan rasial dan anti-Islam, dan ini telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka. Meningkatnya kebencian dan rasisme sedemikian rupa sehingga beberapa anak Muslim bahkan takut pergi ke masjid.

Siham Elkassem, pakar terapis anak dan urusan keluarga dari Vanier Children's Services London, telah melakukan riset tentang serangan Islamophobia terhadap anak-anak Muslim di Inggris. Dia mengatakan, "Banyak anak-anak berbicara tentang betapa menakutkannya menjadi Muslim."

Studi ini dilakukan dengan dukungan King's University College dan Pusat Sumber Daya Muslim untuk Dukungan dan Integrasi Sosial. Hasil studi mencatat bahwa anak-anak Muslim merasa tidak aman karena agama mereka. Dia telah mewawancarai 25 murid Muslim di kelas 6, 7 dan 8 di sebuah sekolah dasar setempat.

Dalam penelitian Elkassem, ketakutan akan penargetan adalah salah satu persoalan terpenting dalam kehidupan sehari-hari anak-anak Muslim. Para pelajar Muslim mengatakan dalam penelitian itu bahwa mereka akan diejek jika berpegang teguh pada keyakinan agamanya, mereka selalu diperingatkan bahwa anak-anak Muslim harus angkat kaki dari Inggris.

Banyak siswa Muslim mengalami tekanan mental setelah menyadari bahwa sikap teman sekelas dan tetangga mereka terhadap mereka benar-benar berbeda dari anggapan umat Islam itu sendiri. "Mereka merasa tidak aman karena mereka Muslim," kata Elkassem.

Elkassem memperingatkan bahwa fanatisme dan diskriminasi ini berdampak buruk pada anak-anak Muslim. Dia memandang dukungan dan kerja sama berbagai lapisan masyarakat dengan para korban diskriminasi sebagai cara yang efektif untuk menyelesaikan persoalan ini.

Kelompok ekstrem kanan di Eropa gencar melakukan kampanye anti-Muslim dan anti-imigran di Eropa.

Sejumlah stereotip dikaitkan dengan Islam dan para pengikutnya. "Mereka sering diserang oleh orang-orang yang tidak mengerti agama," kata Mihad Fahmy, seorang pengacara di London. Fahmy mengetuai komite hak asasi manusia untuk Dewan Nasional Muslim Kanada.

"Mereka menganggap (anak-anak Muslim) berasal dari keluarga seksis, padahal anggapan itu keliru dan benar-benar jauh dari fakta. Tapi, prasangka seperti itu berdampak buruk bagi anak-anak dan remaja Muslim. Itu membuat mereka sedikit mempertanyakan siapa mereka, karena mereka tahu asumsi-asumsi ini berputar-putar di kepala orang-orang," jelasnya.

Serangan Islamophobia terhadap anak-anak Muslim di Eropa merupakan sebuah indikasi dari pertumbuhan sentimen anti-Muslim di tengah masyarakat Benua Biru dan munculnya sebuah generasi di Eropa, yang memiliki kebencian besar terhadap komunitas Muslim. Di sisi lain, rasa percaya diri dan kepribadian anak-anak Muslim rusak sejak usia kanak-kanak.

Salah satu nilai kebanggaan masyarakat Barat adalah toleransi dan kebebasan berekspresi. Konstitusi negara-negara Barat dan budaya mereka menyatakan kepribadian manusia dan kepercayaan mereka harus dihormati. Namun, praktek Islamophobia dan sentimen anti-Muslim di Eropa benar-benar tidak seirama dengan klaim masyarakat Barat.

Berdasarkan penelitian Siham Elkassem, gelombang Islamophobia di Eropa telah merambah ke dunia anak-anak Muslim. Ini adalah sebuah sinyal bahaya bagi masyarakat Eropa, karena berlanjutnya situasi ini akan mengarah pada penguatan gerakan ekstrem kanan dan kubu anti-Islam di Eropa. Saat ini saja, kubu ekstrem kanan telah menjadi ancaman terhadap integrasi dan solidaritas budaya di negara-negara Eropa.

Salah satu faktor yang diduga mendorong sebagian pemuda Muslim Eropa bergabung dengan kelompok takfiri dan teroris adalah kekecewaan, diskriminasi, dan pelecehan yang mereka alami di masyarakat Barat. Pemerintah dan media-media Barat tidak akan memperoleh keuntungan dari kampanye Islamophobia dan sentimen anti-Muslim.

Mereka mungkin dapat membenarkan praktek Islamophobia di Eropa dengan menerapkan pembatasan tertentu terhadap minoritas Muslim, seperti melarang jilbab untuk wanita Muslim atau memberlakukan pembatasan pada Muslim di pusat-pusat Islam dan masjid-masjid, tetapi dalam jangka panjang, kebijakan ini akan memiliki dampak negatif yang sangat besar bagi masyarakat Barat.

Kampanye Islamophobia dan sentimen anti-Muslim secara perlahan akan menjauhkan masyarakat Barat dari rasionalitas, toleransi, dan sikap saling menghormati, serta membahayakan keamanan politik dan sosial mereka.

Tentu saja, komunitas Muslim di Barat tidak akan bersikap pasif atau menyerah di hadapan kampanye Islamophobia. Mereka melakukan berbagai kegiatan dan mengambil langkah-langkah untuk memperkenalkan Islam sebagai agama yang mencintai perdamaian, keadilan, dan toleransi kepada masyarakat Barat.

Salah satu keteladanan Rasulullah Saw adalah lemah lembut dan berakhlak mulia. Dalam al-Quran, akhlak mulia dianggap sebagai salah satu kesempurnaan pribadi manusia.

Salah satu faktor utama penyebaran Islam dari Timur ke Barat adalah kepribadian yang penyayang dan akhlak mulia Rasulullah Saw. Nabi Muhammad adalah bapak dari umat ini, tidak hanya pada masanya, tetapi juga bagi seluruh umat manusia sampai hari kiamat.

Dalam beberapa tahun terakhir, komunitas Muslim di Barat meningkatkan kegiatan sosial untuk melawan kampanye Islamophobia serta memperkenalkan Islam sejati kepada Barat.

Salah satu kegiatan dakwah kaum Muslim adalah memperkenalkan sosok Rasulullah Saw. Pada perayaan Natal, komunitas Muslim di Eropa dan AS mengirim kartu ucapan selamat ke rumah-rumah warga Kristen dengan menulis pesan-pesan dari ajaran Islam dan kedudukan Nabi Isa as dalam al-Quran. Mereka berusaha menyebarluaskan semangat kasih sayang dan persahabatan di masyarakat Barat.

Menjelang Tahun Baru, Perhimpunan Pelajar Iran di London membagikan kartu ucapan Natal kepada masyarakat Kristen dengan mencantumkan pesan dari al-Quran tentang Nabi Isa as.

Salah satu anggota Pusat al-Quran di timur London, Doktor Mohammad Fahim mengirim kartu ucapan selamat Natal kepada Paus, Ratu Inggris, para politisi, gereja-gereja, dan para tetangganya yang Kristen. Kebiasaan ini sudah dilakukannya selama 10 tahun. Biasanya ia membagikan 4.000 kartu ucapan selamat Natal dengan desain gambar Masjid al-Aqsa dan ayat-ayat al-Quran kepada para politisi Inggris dan kenalannya.

"Kartu ucapan ini kami kirim kepada keluarga Kerajaan Inggris, anggota parlemen, gereja-gereja, Paus, para pemimpin Uni Eropa, dan para tetangga, dan menariknya kami juga menerima balasan yang indah," ujarnya.

Mohammad Fahim menuturkan, "Saya bangga bahwa setiap tahun Ratu dan Perdana Menteri Inggris serta Paus membalas kartu ucapan saya. Saya berharap kartu-kartu ini bisa membantu menghapus kesalahpahaman tentang Islam." (RM)