Pesona Iran yang Mendunia (103)
Salah seorang ahli astronomi dan matematika perempuan di dunia adalah Bibi Monajameh dari Iran.
Sejarah mencatat, perempuan ilmuwan yang bersinar di era dinasti Khwarazmian ini mampu menunjukkan kemampuannya di bidang matematika dan astronomi, sehingga disebut sebagai salah satu astronom dan ahli matematika Iran pertama dalam sejarah dunia sains.
Tidak ada banyak informasi rinci tentang kehidupan Bibi Monajameh atau Monajameh Nishabur. Astronom dan matematikawan Iran dilahirkan tahun 600 Hq di kota Nishabur, Khorasan raya dalam keluarga yang berpendidikan. Ayahnya Kamal al-Din Semnani adalah pimpinan Syafei Nishabur, dan ahli astronomi Sultan Muhammad Khwarazmshah. Sedangkan ibunya adalah keturunan Muhammad bin Yahya, ahli hukum terkenal dari Khorasan.
Bibi Monajemeh mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang astronom, dan bersinar terang sebagai ilmuwan astronomi di masanya, hingga masuk jajaran lingkaran ilmuwan istana di era Sultan Jalaluddin Khwarazmshah, dan kemudian sultan Alauddin Kaikobad.
Bibi Monajameh memiliki keahlian khusus dalam astronomi dan astrologi dari ayahnya. Ia tidak hanya dalam mahir di bidang astronomi, tetapi juga dalam ilmu-ilmu terkait lain yang mencapai puncak reputasinya.
Suami Bibi Monajameh, Majid Al-Ddin Muhammad Tarjuman adalah sayid dari daerah Gor di Gorgan. Dia termasuk salah satu pejabat di lingkaran Sultan Jalaluddin Khwarazmshah yang menjabat sebagai sekretaris istana. Majd al-Din kemudian terpilih sebagai pejabat tinggi dinasti Seljuk. Kemudian ia dipindahkan ke posisi penerjemah, dan menjadi duta besar istana bagi penguasa daerah.
Bibi Monajameh memiliki kedudukan khusus dalam pemerintahan Jalaluddin Kharazmshah. Sultan Khwarizm memiliki perhatian besar terhadap astronomi, dan mereka mengandalkan Bibi Monajemah untuk melakukan berbagai pekerjaan penting dan berkonsultasi dalam masalah astronomi.
Bahkan sejumlah sumber sejarah menyebutkan bahwa Bibi Monajameh berada di medan perang bersama Jalaluddin Khwarazmshah ketika menghadapi Mongol. Ketika salah satu amir Seljuk, Kamal al-Din Kamyar, pergi ke kedutaan dekat Khwarazm Shah, ia mendengar reputasi Bibi Monajameh, dan menyampaikan masalah ini kepada raja Seljuk.
Masa kerajaan Jalaluddin Khwarazmshah berakhir dengan setelah kalah menghadapi Mongol. Bibi Monajameh selaku penasehat istana telah menyampaikan saudara raja, Ghiyat al-Din, tetapi sultan tidak mempedulikannya hingga terbunuh oleh konspirasi dalam pertempuran dengan orang-orang Mongol.
Kematian Jalaluddin Khwarazmshah menyebabkan Bibi dan suaminya kehilangan pendukung utamanya. Kemudian mereka bermigrasi ke Damaskus dan diterima oleh Sultan Ashraf Mozafar al-Din Musa Ayoubi. Sultan Ayoubi menyambut Bibi Monajameh dan keluarganya dengan hangat dan penuh hormat.
Sultan Seljuk, Alauddin Kaikobad yang mengetahui reputasi Bibi, mengirim seorang duta besar untuk meminta Bibi bersama keluarganya ke Konya. Sultan Seljuk menjadikannya sebagai penasehat kerajaan dengan kedudukan tinggi di istananya.
Ketika terjadi pertempuran antara Sham dan Seljuk Rum, Bibi mengumumkan prediksi kemenangan Sultan Alauddin Kaikobad menang, dan ternyata sesuai dengan ramalannya hingga perang berakhir. Setelah itu, Sultan Kaikobad semakin percaya pada kemampuan Bibi Monajemah dan memberinya gelar "Khal'at Soltani".
Atas pertimbangan Bibi Monajameh, raja saljuk memberikan jabatan sebagai kepala administrasi kerajaan dan menjuluki Majd Al-Din sebagai "Tarjaman" kepada suaminya, Majd Al-din Muhammad. Jabatan tersebut berlangsung hingga akhir hayatnya. Bibi Monajameh meninggal pada tahun 679 H dan dimakamkan di Damaskus.
Putra Bibi Monajemeh, Nasseruddin Hussein, dijuluki sebagai "Ibnu Bibi" karena ibunya yang terkenal. Dia hidup hingga akhir periode akhir dinasti Seljuk di Asia Kecil. Ibn Bibi termasuk jajaran pejabat kerajaan Seljuk di Rum. Ia menjabt sebagai kepala "Divan Tafra", atau sekretaris kerajaan.
Amir Naser al-Din Hussein adalah salah satu sejarawan dan penulis penting abad ketujuh Hq. Dia menulis sebuah buku dalam bahasa Farsi, berjudul "Al-Amar al-Ala'iyat fi al-'Umur al-Ala'iyat," yang dikenal sebagai "Sejarah Ibnu Bibi,". Buku ini menjadi karya paling penting tentang sejarah dinasti Seljuk Rum. (PH)