Sabotase terhadap Tanker Minyak Iran
Sebuah kapal tanker milik Republik Islam Iran pada Jumat pagi, 11 Oktober 2019 meledak dan terbakar di Laut Merah serangan roket. Kapal tanker minyak Sabiti mengalami kerusakan parah di dua bagian ketika sedang melintas laut merah.
Kapal tanker itu mengalami ledakan di salah satu bagian badannya yang menyebabkan kebocoran minyak ke laut ketika berada di perairan sekitar 60 mil dari pelabuhan Jeddah, Arab Saudi.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Sayid Abbas Mousavi menanggapi aksi sabotase terhadap kapal tanker minyak Iran di Laut Merah ini dengan mengatakan, investigasi yang dilakukan oleh perusahaan kapal minyak nasional Iran menunjukkan bahwa tanker minyak Iran dua kali diserang di dekat koridor yang melintasi Laut Merah timur, dengan jarak sekitar setengah jam.Selama beberapa bulan terakhir terjadi beberapa tindakan destruktif terhadap tanker minyak Iran di Laut Merah.
Serangan terbaru terhadap kapal tanker Iran di Laut Merah telah memicu reaksi media dari beberapa negara, termasuk Rusia dan Cina. Tentu saja, Republik Islam Iran telah berulangkali memperingatkan ada pihak di dalam dan luar kawasan yang ingin menyulut instabilitas.
Diako Hosseini, Direktur Program Studi Global beberapa waktu lalu menyampaikan kecurigaan mengenai serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Laut Oman hanya beberapa minggu setelah serangan serupa terhadap kapal tanker lain di pelabuhan Fujairah di lepas pantai Uni Emirat Arab menimbulkan spekulasi tentang faktor-faktor di balik serangan tersebut.
Serangan teroris terhadap kapal barang memiliki konsekuensi yang luas dan serius. Juni lalu, dua kapal tanker minyak di Laut Oman menjadi sasaran serangan dahsyat. Media dan kalangan politik menggambarkan ledakan itu sebagai langkah mencurigakan terhadap manuver dan keterlibatan militan dalam mendorong kawasan Teluk ke arah perang dan meningkatkan tekanan terhadap Iran.
Analis politik Timur Tengah Qassim Ezzeddin mengatakan, langkah ini sebagai upaya sebagian pihak menyeret kondisi Teluk menuju tepi jurang perang.
Skenario yang telah terjadi di kawasan selama beberapa bulan terakhir, termasuk aksi brutal pasukan Inggris di Selat Gibraltar untuk menangkap kapal tanker minyak Iran, semuanya sejalan dengan agenda meningkatkan tensi ketegangan di kawasan. Ini adalah jalan Gedung Putih dan sekutu-sekutu garis keras AS untuk mewujudkan kepentingan mereka melalui aliansi melawan Iran.
Serangan kemarin terhadap kapal tanker minyak Iran juga harus dilihat dalam konteks lanjutan tekanan maksimum terhadap Tehran. Masalahnya, arus ini juga mengganggu keamanan dan stabilitas kawasan. Mengulangi peristiwa semacam ini jelas berbahaya karena akan memberikan landasan bagi instabilitas lebih lanjut yang tidak akan pernah dimiliki manapun di kawasan.. Pembajakan di Teluk Persia dan perairan internasional menjadi permainan berbahaya yang tidak akan berakhir tanpa upaya kolektif.
Juru bicara kemlu Iran menyatakan, semua tanggung jawab aksi sabotase ini, termasuk pencemaran lingkungan yang parah akibat daerah tersebut harus ditanggung oleh para pelaku petualangan berbahaya ini.
Sekretaris Dewan Tinggi Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani mereaksi penyerangan terhadap kapal tanker Iran di Laut Merah dan mengatakan, para perompak laut dan pelaku kejahatan di perairan internasional tidak akan dibiarkan tanpa balasan.
Ali Shamkhani menjelaskan bahwa aksi tersebut dilakukan untuk mengacaukan pelayaran kapal-kapal dagang. Dia menuturkan hasil penyelidikan terhadap rekaman video dan temuan-temuan intelijen, mengungkap benang merah insiden berbahaya ini.
Ia menambahkan, komite khusus penyelidikan serangan ke kapal tanker Iran, SABITI yang terjadi di dekat pesisir pantai Arab Saudi, di Laut Merah oleh dua rudal itu, sudah dibentuk dan laporannya segera diserahkan ke instansi terkait untuk diambil langkah berikutnya.
Sehubungan dengan aksi-aksi sabotase beberapa bulan terakhir terhadap kapal tanker Iran, Happiness dan Helm di Laut Merah, Shamkhani menuturkan, upaya mengacaukan perairan internasional dapat menciptakan bahaya yang mengkhawatirkan atas perekonomian global.
Ia menegaskan, yang harus bertanggung jawab atas langkah provokatif ini adalah orang yang merencanakan, orang yang mengeksekusi dan para pendukungnya. (RA)