Krisis Air Global; Kekhawatiran dan Harapan (5)
Sumber air memiliki peran signifikan bagi kemunculan sebuah peradaban. Air sangat diperhatikan dalam adat istiadat dan ritual sebuah peradaban. Dengan demikian peradaban memiliki hubungan yang tak terpisahkan dengan air serta menjadi faktor bagi naik turunnya peradaban.
Salah satu masalah terpenting sejarah sosial adalah memahami hubungan antar komunitas manusia dan sumber alam. Kemunculan, transformasi dan bahkan kemunduran sebuah peradaban berkaitan erat dengan cara mereka menyikapi sumber alam. Memang sumber alam dengan sendirinya tidak dapat membangun beradaban atau menghancurkannya.
Yang paling terpenting adalah sebuah peradaban yang tak ubahnya sebuah struktur sosial dari berbagai kemunitas manusia, bagaimana membangun sebuah tatanan sosial, lembaga dan budayanya melalui metode ekstraksi, produksi dan reproduksi sumber materi yang ada dalam jangkauannya. Dengan kata lain, setiap peradaban adalah ekspresi sebuah sistem pemikiran dan empati baik materi maupun non materi terhadap alam sekitarnya dan mekanisme untuk ekstraksi serta pemanfaatan sumber alam. Masalah ini jika tidak berujung pada determinisme geografis dan mekanisme mentah sejarah, maka akan mampu memberi hubungan bermakna yang penting dalam pembentukan peradaban dan hubungannya dengan sumber alam.
Studi banding dalam kasus ini dengan baik menunjukkan bagiamana rusaknya hubungan seimbang antara masyarakat dan sumber air bukan saja memicu krisis, bahkan di banyak kasus dapat menghancurkan sebuah peradaban. Salah satu karya penting terkait masalah ini yang membahas hubungan peradaban dan sumber air adalah karya Lisa Lucero dengan tema air Water and Ritual: The Rise and Fall of Classic Maya Rulers.
Lucero di bukunya ini menjelaskan bahwa di peradaban Maya, tingkat ketergantungan terhadap air dan sumber air yang berada di bawah penguasa memiliki dampak langsung bagi perluasan dan peningkatan kekuatan politik mereka. Di berbagai wilayah Maya terhadap istana dan gedung besar yang dibangun dan pada dasarnya sarana untuk bersaing dan rakyat dikumpulkan di musim kering dan panas di sekitar pusat pemerintahan.
Hubungan sosial dan politik yang dimiliki suku Maya secara bertahap dipengaruhi oleh berkurangnya curah air di hutan sekitar mereka. Masalah air bukan saja mempengaruhi tempat tinggal, tapi juga metode pertanian.
Siklus kontrol air dan meningkatnya kekuatan militer yang dibarengi dengan kian rumitnya kondisi, mendorong kekuatan pemerintah semakin cepat bergantung pada sumber air dan tanah pertanian. Perkembangan berikutnya menunjukkan bahwa krisis air membuat sebagian kekuasaan pemerintah berkurang dan para petani pindah ke tempat lain.
Dengan demikian, perubahan sumber air menciptakan perubahan peradaban besar di kawasan ini dan relokasi wilayah pemukiman dan pusat-pusat besar peradaban. Imigrasi penduduk akibat krisis air pada awalnya membuat ladang pertanian terbengkalai dan lapangan pekerjaan hilang serta pada akhirnya berujung pada tumbangnya sebuah peradaban dan pemerintah.
Lisa Lucero di bukunya berusaha menunjukkan sejarah peradaban Maya dan ketergantungan mereka terhadap sumber air. Ia menjelaskan bagaimana kontrol sumber air dan penemuan teknologi untuk menjaga, menyimpan dan mengendaliannya telah menjadikan air sebagai sumber kakuasaan dan dengan pembentukan pusat besar serta ritual politik khusus, sebuah pemerintahan mengalami perubahan. Di sisi lain, kelangkaan sumber air juga mendorong kehancuran sejumlah peradaban di lingkup Maya dan perubahan kekuasaan.
Di sepanjang sejarah, banyak peradaban memiliki tiga masa pertumbuhan, masa muda, pertengahan dan masa tua serta kemudian mengarah pada kehancuran. Etoilogi sejarah kemunduran peradaban ini mengatakan kepada kita bahwa kemunculan dan kehancuran mereka dikahi dari sisi beragam atas kondisi alam, padahal memeriksa dan menganalisis naik turunnya peradaban dari sudut pandang iklim dan cuaca yang diabaikan oleh sejarawan dan penulis, dapat mengungkapkan sudut tersembunyi.
Saat ini air dan iklim serta pandangan terhadap peristiwa dari perspektif ini merupakan bahasa bersama semua pihak yang tidak mencari alasan peristiwa di dunia bukan saja akibat fenomena abnormal. Jadi tidak ada keraguan bahwa migrasi manusia dan perubahan sosial terkait erat dengan perubahan iklim, dan perubahan iklim telah berkontribusi pada penghancuran peradaban.
Ghasem Azizi, anggota dewan ilmiah Geografi Alam Universitas Tehran meyakini, tidak ada definisi tetap tentang peradaban yang diterima dunia dan mengatakan, di berbagai literatur yang berkaitan, peradaban dimaksudkan untuk menyebut komunitas yang bertumpu pada infrastruktur tetap seperti kota, peluang penyimpanan makanan, sistem perairan dan cocok tanam. Artinya mereka karena sangat bergantung dengan lokasi dan tempat maka mereka dengan mudah tidak mampu bergerak mengakses air dan udara lebih baik ketika terjadi perubahan iklim atau berpindah ataupun mengganti bahan makanan.
Dalam sejarah dunia, setiap peradaban yang telah melembagakan jaringan infrastruktur dasar yang luas dengan beragam elemen telah menjadi lebih berkelanjutan dan berumur panjang. Peradaban besar seperti Mesir, Cina, Roma, dan Iran, yang merupakan salah satu peradaban paling terkenal dalam sejarah, telah memiliki kondisi iklim dan proporsi geologis yang mendasarinya.
Kursus studi naik turunnya peradaban dalam pandangan peradaban menunjukkan bahwa mereka telah memfokuskan penelitian dan temuan mereka hanya pada penyebab perang, keunggulan atas pesaing, perluasan wilayah teritorial, dan sejenisnya. Namun, ada hubungan yang dalam antara penyebab perang, superioritas dan gagasan pembangunan teritorial dan perubahan iklim.
Peradaban Sumeria lahir dari pengembangan sistem irigasi di selatan " Hilal Subur " (The Fertile Crescent) dengan fokus pada perluasan organisasi politik dan spesialisasi tenaga kerja. Mengalami dan melewati masa kekeringan telah menghasilkan teknologi yang lebih baik untuk penyimpanan biji-bijian dan aturan penyimpanan air. Perkembangan ini, selama dan setelah kekeringan, menyebabkan munculnya negara-negara terpusat dan komunitas yang dikategorikan dan tahun 2300 SM, kekaisaran pertama di dunia kota Akkad, dekat Baghdad saat ini mulai berkembang.
Perubahan iklim juga mempengaruhi pengorganisiran ragam komposisi dan mekanisme kehidupan peradaban. Fokus di bawah pemerintah pusat dan pengklasifikasian masyarakat yang tidak memiliki sistem seperti saat ini, seluruhnya dipengaruhi oleh perubahan iklim.
Contoh lain adalah kemunculan peradaban dan budaya Eropa barat yang sangat dipengaruhi instabilitas iklim di abad pertengahan. Di contoh ini, Osilasi Atlantik Utara (NAO) positif untuk waktu yang lama dan perubahan iklim di sistem borjuis (kapital) Eropa yang dipimpin oleh feodal memainkan peran vital.
Jika kita tempatkan petani sebagai dasar dari perubahan peradaban Eropa, maka akan kita sadari bahwa perubahan postif iklim sangat berpengaruh di kelanggengan dan kemajuan peradaban ini.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selama berabad-abad, saluran air telah menjadi sumber penemuan pertanian besar, investasi, dan bahkan kekuatan kerajaan besar. Selain itu, sungai telah memainkan peran penting dalam banyak kisah manusia, lagu, dan kepercayaan. Faktanya adalah bahwa saluran air yang terus mengalir ini memiliki banyak rahasia, dari budaya asli dan lokal hingga masakan dan gaya hidup masyarakat di daerah tersebut.
Tidak ada keraguan bahwa alasan paling penting bagi keberlangsungan beberapa peradaban adalah akses mereka terhadap air, yang tidak hanya memberi mereka air segar tetapi juga memainkan peran kunci dalam pertanian, perdagangan, transportasi, dan pertahanan. Peradaban seperti Kekaisaran Romawi, Peradaban Mesir, dan Kekaisaran Venetian semuanya didasarkan pada akses ke air dan ini memungkinkan mereka untuk berkembang dan bertahan hidup.
Sementara di Iran, peradaban besar seperti peradaban Persia tumbuh di dekat danau dan sungai Sivand dan Kor atau peradaban Shush di dekat sungai Dez dan Karun. Sejarah telah memberikan banyak bukti tentang pentingnya air di belakang peradaban, dan prediksi menunjukkan bahwa air sangat penting bagi perkembangan manusia di milenium ketiga. Migrasi manusia dan perubahan sosial terkait erat dengan perubahan iklim.
Di masa lalu ada aliran geografi politik yang percaya pada " determinisme geografis " dan menganggap segala sesuatu dipengaruhi oleh alam, dalam arti bahwa lingkungan mendorong kehidupan manusia. Faktanya adalah bahwa kehidupan manusia di masa lalu tanpa teknologi canggih telah sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kami tidak lagi memiliki keyakinan itu karena dengan teknologi canggih, meskipun dengan biaya yang sangat tinggi, manusia masih dapat hidup di Antartika.