Mencermati Pemberhentian Menteri Perang Rezim Zionis
(last modified Thu, 07 Nov 2024 04:28:45 GMT )
Nov 07, 2024 11:28 Asia/Jakarta
  • Yoav Galant dan Benjamin Netanyahu
    Yoav Galant dan Benjamin Netanyahu

Tindakan Benjamin Netanyahu, Perdana Menteri Rezim Zionis, memecat Yoav Galant, Menteri Perang Zionis memperburuk situasi krisis di Tel Aviv.

Netanyahu memberhentikan Yoav Galant dari Kementerian Perang Rezim Zionis dan menunjuk Israel Katz sebagai gantinya.

Netanyahu mengakui tidak ada lagi kepercayaan antara dirinya dan Galant; Oleh karena itu, ia memilih Israel Katz, Menteri Luar Negeri Rezim Zionis, sebagai Menteri Perang.

Gideon Sa'ar juga telah terpilih sebagai Menteri Luar Negeri Rezim Zionis yang baru.

Televisi Zionis Kan melaporkan, Para pemimpin Shin Bet, Kepala Staf Umum Militer dan Menteri Perang yang diberhentikan (Yoav Galant) sedang berkonfrontasi langsung dengan Benjamin Netanyahu.

Pertemuan antara Netanyahu dan Galant mengenai pemecatannya hanya berlangsung tiga menit, dan Netanyahu secara pribadi menyerahkan surat pemecatan kepada Galant.

Situs web Zionis Walla mengutip kerabat Netanyahu yang mengatakan bahwa ia bermaksud memecat Kepala Staf Gabungan Militer, Herzi Halevi, serta Ronen Bar, kepala Shin Bet, organisasi intelijen dan keamanan dalam negeri rezim Zionis.

Benjamin Netanyahu dan Yoav Galant

Yoav Galant, dalam reaksi pertamanya terhadap pemecatannya mengatakan, Undang-undang pengecualian bagi Yahudi Ortodoks (Haredi) tidak dapat diterima dan mereka harus dikirim ke medan perang. Kita harus membebaskan tawanan Israel (Zionis) secepatnya. Tujuan ini dapat dicapai meskipun ada beberapa konsesi yang menyakitkan. Melakukan penyelidikan formal dan sistematis terhadap apa yang terjadi sangatlah penting.

Pemecatan Galant disambut baik oleh kelompok Zionis ekstrim yang memiliki perbedaan pendapat yang kuat dengannya di kabinet.

Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional Rezim Zionis yang ekstremis menyambut baik perubahan ini dan mengatakan, Saya mengucapkan selamat atas pemecatan Galant; Tidak mungkin memenangkan perang dengannya.

Berbeda dengan Zionis ekstrim, tapi di sisi berlawanan, beberapa pejabat dan politisi Zionis yang kritis terhadap kinerja Netanyahu dalam perang Gaza, mengkritik keras pemecatan Menteri Perang Zionis dan memperingatkan krisis situasi politik di Tel Aviv.

Avigdor Lieberman, mantan Menteri Perang Rezim Zionis menanggapi pemecatan Galant dengan mengatakan, Jika memungkinkan untuk memecat Menteri Pertahanan (Perang) di tengah perang, maka orang lain dapat menggantikan perdana menteri yang gagal memenuhi tugasnya.

Naftali Bennett, mantan Perdana Menteri Rezim Zionis bereaksi terhadap pemecatan Yoav Galant dari Kementerian Perang dalam sebuah pesan dan menekankan bahwa Benjamin Netanyahu sudah gila.

Yair Golan, pemimpin Partai Demokrat Rezim Zionis juga menulis tweet sebagai tanggapan atas pemecatan Galant dari Kementerian Perang dan menyerukan protes nasional di Wilayah Pendudukan.

Berlanjutnya perang Gaza telah memperburuk keretakan di Tel Aviv, dan pemecatan Galant akan menjadi titik awal runtuhnya kabinet Netanyahu.

Dua faksi utama di kabinet, Zionis ekstrim dan pendukung Netanyahu di partai sayap kanan Likud, sangat berbeda pendapat dengan kelanjutan perang Gaza selama berbulan-bulan.

Krisis ekonomi di wilayah-wilayah pendudukan memiliki tren yang eksponensial dan masalah ini telah menyebabkan terbentuknya protes jalanan yang meluas.

Gangguan Netanyahu dalam perundingan gencatan senjata perang Gaza juga membuat proses perundingan menjadi tidak jelas dan dalam situasi ini pembebasan para tawanan Zionis ditunda.

Situasi kritis di Tel Aviv merupakan akibat dari menciptakan krisis dan hasutan Zionis dalam perang Gaza.

Khayalan Netanyahu untuk mengalahkan dan mengusir Hamas dari Gaza menimbulkan konsekuensi serius bagi Perdana Menteri Rezim Zionis itu.

Sebagian besar penguasa rezim Zionis juga sangat tidak puas dengan tindakan Netanyahu dan menganggap situasi kritis di Wilayah Pendudukan adalah akibat kekalahan tentara Zionis melawan kelompok pejuang Palestina dalam perang Gaza.(sl)