Lintasan Sejarah 27 Februari 2020
Imam Ali Al-Hadi as Gugur Syahid
1187 tahun yang lalu, tanggal 3 Rajab 254 HQ, Imam Ali bin Muhammad al-Hadi as keturunan generasi ke sembilan Rasulullah Saw, gugur syahid.
Imam al-Hadi as dilahirkan pada tahun 212 Hijriah di sekitar kota Madinah dan berada di bawah bimbingan ayah beliau, Imam Jawad as. Setelah Imam Jawad meninggal, Imam Ali al-Hadi diangkat sebagai imam kaum Muslimin. Salah satu julukan beliau adalah Imam Hadi, yang artinya orang yang memberi petunjuk.
Beliau mengajarkan Islam kepada umat Muslim dan menjawab berbagai pertanyaan dan persoalan yang diajukan kepadanya. Di samping itu, Imam Hadi dikenal juga kedermawanannya. Tidak seorang fakir miskinpun yang pergi dari rumahnya dengan kekecewaan. Karena ketinggian ilmu dan kemuliaan akhlaknya itu, Imam Hadi amat dicintai umatnya dan hal ini menimbulkan kedengkian penguasa saat itu, yaitu raja Dinasti Abasiah.
Karena itulah beliau akhirnya dibunuh dan gugur syahid.
Salah satu di antara hadis Imam Ali al-Hadi as adalah, "Berhati-hatilah terhadap orang yang tidak menjaga kehormatan dan kemuliaan dirinya sendiri."

Meninggalnya Ayatullah Sayid Ali Kouh Kamareh-i
89 tahun yang lalu, tanggal 8 Isfand 1319 HS, Ayatullah Sayid Ali bin Sayid Ali Naqi Kouh Kamareh-i meninggal dunia dan dikuburkan di komplek pekuburan suci Fathimah Maksumah as di kota Qom.
Ayatullah Kouh Kamareh-i lahir di kota Tabriz dan menyelesaikan tingkat dasar dan menengah pendidikan agama di kota kelahirannya dan setelah itu, untuk melanjutkan studinya, Ayatullah Sayid Ali Khouh Kamareh-i pergi ke hauzah ilmiah Najaf, Irak.
Di Najaf beliau belajar kepada guru-guru besar seperti Mirza Habibollah Rashti, Mulla Muhammad Fadhil Irawani dan Mulla Muhammad Fadhil Sharabyani. Setelah belajar bertahun-tahun di Najaf beliau mencapai derajat keilmuan yang tinggi.
Ayatullah Sayid Ali Kouh Kamareh-i kemudian kembali ke kota kelahirannya dan melaksanakan kewajiban agamanya. Ayatullah Sayid Ali Kouh Kamareh-i adalah ayah dari marji besar Syiah Ayatullah al-Udzma Sayid Muhammad Hojjat Kouh Kamareh-i.

Kereta di India Terbakar
18 tahun yang lalu, tanggal 27 Februari 2002, sebanyak 59 penumpang tewas saat kereta Sabarmati Express yang membawa ratusan peziarah Hindu terbakar di Gujarat, India.
Peristiwa ini memicu kerusuhan yang menimbulkan banyak korban jiwa.
Kereta naas tersebut baru saja meninggalkan stasiun Godhra di bagian barat India, saat api mulai membakar sejumlah gerbongnya. Ratusan penumpangnya yang mayoritas adalah peziarah yang baru kembali dari kota Ayodhya langsung panik dan berusaha keluar melalui jendela.
Peristiwa mengenaskan tersebut terjadi saat kondisi negara bagian Gujarat tengah memanas. Beberapa minggu sebelum kejadian, sekitar 14 ribu warga Hindu berkumpul di Ayodhya untuk membangun kuil di atas reruntuhan mesjid yang hancur akibat serangan kaum fundamentalis Hindu.
Rencana pembangunan kuil tersebut ditentang warga Muslim Ayodhya yang menginginkan mesjid mereka dibangun kembali. Alhasil, sejumlah bentrokan pecah di beberapa kota Gujarat.
Kabar tewasnya peziarah Hindu dalam kebakaran kereta memicu kerusuhan lebih lanjut di Gujarat. Akibatnya, pemerintah menutup sejumlah sekolah dan pasar serta memberlakukan jam malam.
Kerusuhan yang pecah pasca kebakaran kereta tersebut menewaskan tidak kurang dari 1.000 warga Gujarat. Untuk menenangkan keadaan, pemerintah India membentuk tim penyelidik khusus yang diketuai hakim agung India saat itu, Umesh Chandra Banerjee.
Pada bulan Januari 2005, tim penyelidik merilis hasil temuannya yang menyimpulkan kebakaran terjadi akibat ketidak-sengajaan, dan bukan karena ulah kelompok Muslim. Hal ini dengan sendirinya membatalkan tuduhan pihak kepolisian yang menyalahkan kelompok Muslim sebagai pelaku pembakaran.