Filosofi Hukum dalam Islam (28)
Edisi kali ini kita akan mengkaji tentang adab dan kaidah-kaidah berjihad dalam Islam. Perang dan jihad dalam Islam dilakukan dengan motivasi dan tujuan Ilahi serta bertujuan untuk mencegah dan melawan agresi musuh.
Jihad dalam Islam sama sekali tidak bisa disamakan dengan perang yang dikobarkan oleh para penguasa lalim dan mereka yang mengaku membela hak asasi manusia dan perdamaian.
Salah satu ayat al-Quran secara gamblang menjelaskan tentang empat kriteria jihad. Allah Swt berfirman, "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Baqarah, ayat 190)
Ayat ini menjelaskan empat landasan perang:
- Opsi perang diambil jika pihak lain memerangi kita
- Perang dilakukan atas motivasi Ilahi dan di jalan Allah
- Tujuan perang adalah melawan serangan serta memelihara kemuliaan dan kekuatan Islam dan kaum Muslim
- Dilarang melampaui batas-batas ketentuan Tuhan dalam perang.
Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Setiap kali Rasulullah ingin mengirim sebuah pasukan untuk berjihad, beliau mengumpulkan pasukan Islam dan bersabda kepada mereka, 'Berjihadlah atas nama Allah dan bergeraklah di jalan-Nya, jika kalian menang, maka janganlah saling berkhianat dalam pembagian harta rampasan perang. Jangan memutilasi siapa pun yang telah terbunuh dan berkomitmenlah dengan janji yang telah kalian ucapkan.
Jangan membunuh para lelaki dan wanita tua dan anak-anak. Jangan menebang pohon manapun jika tidak darurat dan jika salah seorang tentara Islam memberikan jaminan kepada salah seorang tentara kafir untuk mendengarkan ayat-ayat Allah, maka hormatilah ia. Jika ia menerima Islam dan menjadi Muslim, maka ia adalah saudara seagama kalian dan jika tidak, maka biarkanlah ia kembali ke barisan pasukannya dan mintalah pertolongan kepada Allah.'"
Dinukil dari Imam Ali as yang berkata, "Rasulullah Saw ketika ingin mengirim kami ke Yaman bersabda, 'Wahai Ali, sebelum engkau berperang dengan siapa pun, ajaklah ia kepada Islam. Aku bersumpah kepada Allah, jika Allah memberikan hidayah kepada satu orang lantaran engkau, itu lebih baik bagimu dari pada segala sesuatu yang tampak oleh matahari.'"
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as tahu betul bahwa misi jihad dalam Islam adalah memberikan hidayah kepada manusia dan membebaskan mereka dari syirik dan nifak sehingga mereka berjalan di jalan yang lurus.
Imam Shadiq as berkata, "Setiap kali perang pecah, Ali bin Abi Thalib selalu berusaha mengulur waktu agar mendekati terbenamnya matahari. Ketika ditanya alasan melakukan itu, ia menjawab, 'Pada masa itu pintu-pintu langit terbuka dan rahmat Tuhan turun bersama dengan pertolongan-Nya.
Masa itu lebih dekat dengan malam dan sungguh lebih baik jika orang-orang yang terbunuh lebih sedikit. Orang-orang yang mulai sadar dan menyesal, dapat memanfaatkan kegelapan malam dan meninggalkan jalan batil, sementara mereka yang kalah bisa melarikan diri dan meninggalkan medan perang.'"
Jadi, jelas bahwa perang dalam Islam bukanlah tujuan dan bukan prioritas utama. Islam selalu mengedepankan perdamaian, keamanan, keutamaan, dan kebebasan di tengah umat manusia sebagai sebuah prinsip yang abadi.
Jika musuh berhenti berperang dan memilih jalan damai, Allah Swt telah memberikan perintah dengan berfirman, "Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Anfal, ayat 61)
Namun, para pemimpin Barat – yang mengaku mencari perdamaian dan membela HAM dan kebebasan – melancarkan propaganda untuk mencitrakan Islam sebagai agama pedang dan kekerasan. Padahal, mereka sendiri memainkan peran kunci dalam mengobarkan semua perang di dunia seperti, Perang Dunia I dan II.
Mereka juga menumpas semua gerakan kebebasan dan kebangkitan bangsa-bangsa dengan cara yang paling kejam. Darah ribuan dan bahkan jutaan manusia tak berdosa tumbah di tangan mereka.
Dalam Revolusi Aljazair, salah satu tindakan tragis yang dilakukan Prancis – yang menganggap dirinya sebagai pelopor kebebasan – selama periode 1954- 1962 adalah menggiring seluruh penduduk dari sebuah desa kecil ke sebuah kawah di padang pasir. Kawah ini telah disirami dengan bahan bakar untuk menyambut orang-orang yang ingin membebaskan dirinya dari imperialisme dan meraih kemerdekaan. Orang-orang Aljazair dilempar ke kawah tersebut dan kemudian disulut dengan api.
Selain pembantaian massal, pemboman desa-desa, dan aksi eksekusi terhadap tentara pembebasan Aljazair, pasukan Prancis juga melakukan penyiksaan terhadap masyarakat. Penyiksaan ini telah mengingatkan orang-orang pada kekejaman era inkuisisi Abad Pertengahan.
Selama Perang Vietnam, Amerika Serikat melanggar semua prinsip-prinsip moral dan kemanusiaan dan perjanjian-perjanjian internasional. Kekejaman dan pembantaian yang mereka lakukan bahkan menyasar rumah sakit, sekolah, pusat medis, apotek, gereja, rumah penduduk, dan semua fasilitas publik yang ada di Vietnam.
Jadi, jelas bahwa Islam selalu mengejar perdamaian dan keamanan bagi umat manusia, sementara kekuatan-kekuatan arogan senantiasa mengobarkan perang di dunia. (RM)