Jun 11, 2020 10:27 Asia/Jakarta
  • 11 Juni 2020
    11 Juni 2020

Hari ini, Kamis tanggal 11 Juni 2020 yang bertepatan dengan penanggalan Islam 19 Syawal 1441 Hijriah Qamariah. Sementara menurut kalender nasional Iran, hari ini tanggal 22 Khordad 1399 Hijriah Syamsiah. Berikut ini peristiwa bersejarah yang terjadi di hari ini di tahun-tahun yang lampau.

Ibnu Mandah, Faqih dan Ahli Hadis Lahir

1007 tahun yang lalu, tanggal 19 Syawal 434 HQ, Ibnu Mandah meninggal dunia dalam usia 78 tahun di kota Isfahan dan dikebumikan di kota ini.

Sejarah

Abu Zakaria Yahya bin Abdul Wahhab yang lebih dikenal dengan Ibnu Mandah, seorang faqih, ahli hadis dan ahli sejarah keturunan Iran. Ia merupakan keturunan terakhir dari keluarga besar Ibnu Mandah. Setelah belajar ilmu agama, ia melakukan perjalanan ke pelbagai tempat untuk belajar dari ilmuwan dan ulama daerah itu. Setelah menguasai ilmu itu, ia kemudian mengajarkannya dan meluangkan waktu untuk menulis.

Banyak ilmuwan dan ulama Baghdad yang belajar kepadanya. Salah satunya adalah Abdul Qadir Gilani (Abdul Qadir Jailani). Sejarawan dan ahli hadis ini banyak meninggalkan karya tulis seperti buku Biografi Tabrani.

Hendra Gunawan, Maestro Lukis Indonesia Lahir

102 tahun yang lalu, tanggal 11 Juni 1918, Hendra Gunawan dilahirkan pada di Bandung, Jawa Barat.

Image Caption
Image Caption
Image Caption
Lambang Negara Republik Indonesia

Hendra Gunawan adalah salah satu maestro lukis Indonesia. Ia membentuk Sanggar Pusaka Sunda pada tahun 1940-an bersama pelukis Bandung dan pernah beberapa kali mengadakan pameran bersama. Revolusipun pecah, Hendra ikut berjuang. Baginya antara melukis dan berjuang sama pentingnya. Pengalamannya di front perjuangan banyak memberi inspirasi baginya. Dari sinilah lahir karya-karya lukisan Hendra yang revolusioner.

Lukisan “Pengantin Revolusi”, disebut-sebut sebagai karya empu dengan ukuran kanvas yang besar, tematik yang menarik dan warna yang menggugah semangat juang. Nuansa kerakyatan menjadi fokus dalam pemaparan lukisannya. Pada tahun 1947, ia mendirikan sanggar Pelukis Rakyat bersama temannya, Affandi. Dari sanggar ini banyak melahirkan pelukis yang cukup diperhitungkan seperti Fajar Sidik dan G. Sidharta.

Selain melukis, mematung juga merupakan bagian dari kesehariannya. Hasilnya, patung batu Jenderal Sudirman di halaman gedung DPRD Yogyakarta. Keberpihakannya pada rakyat membuatnya harus mendekam di penjara selama 13 tahun antara tahun 1965-1978, karena ia tercatat sebagai salah seorang tokoh Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakjat).

Ayatullah Sheikh Mojid Ad-Din Mahallati Wafat

21 tahun yang lalu, tanggal 22 Khordad 1378 HS, Ayatullah Sheikh Mojid ad-Din Mahallati meninggal dunia di usia 73 tahun dan dimakamkan di kota Shiraz.

Sejarah

Ayatullah Sheikh Mojid ad-Din Mahallati lahir ke dunia pada 1305 HS di kota Najaf, Irak. Semasa kecilnya beliau mengikuti ayahnya ke Shiraz, Iran dan di sana beliau mempelajari sastra dan ilmu-ilmu keagamaan kepada ayahnya. Bersamaan dengan itu, beliau melanjutkan pendidikannya hingga berhasil meraih S1 bidang hukum dan pada tahun 1325 HS, beliau resmi memasuki hauzah ilmiah Qom.

Ketika di Qom, Ayatullah Mahallati belajar kepada guru-guru besar seperti Ayatullah al-Udzma Sayid Hossein Boroujerdi, Sayid Mohammad Mohaghgheq Damad, Mohammad Ali Araki, Imam Khomeini ra, Allamah Thabathabai dan lain-lainnya. Beliau menjadi ulama Qom yang terkenal.

Pada tahun 1337 HS, Ayatullah Mahallati bersama ulama lainnya mendirikan majalah Maktab Eslam dan beliau menulis sejumlah artikel di bidang hukum Islam dan mengkomparasikannya dengan hukum internasional.

Ayatullah Mahallati kembali ke kota Shiraz pada usia 35 tahun dan memulai aktivitasnya mengajar dan mendidik para pemuda di sana. Beliau juga aktif menulis dan menyebarkan ajaran agama serta tidak lupa mendirikan beberapa yayasan sosial. Pada masa Revolusi Islam dan Kebangkitan 15 Khordad, beliau bersama ayahnya sempat ditahan dan dipenjarakan oleh rezim Shah.

Pasca pembebasan, Ayatullah Mahallati bersama ayahnya memimpin perjuangan melawan rezim Shah bersama rakyat dan ulama provinsi Fars. Akibatnya beliau diasingkan dari Shiraz pada tahun 1351 ke kota Iranshahr, Zahedan dan Yazd selama 14 bulan.

Ayatullah Mahallati berkali-kali melakukan perjalanan ke negara-negara Eropa dan Amerika. Dengan penjelasannya yang lugas dan diperkuat dengan logika, beliau berhasil memperkenalkan masyarakat di sana dengan prinsip-prinsip Islam.