Jun 23, 2020 18:33 Asia/Jakarta
  • Kumpulan buku-buku Syeikh Mufid.
    Kumpulan buku-buku Syeikh Mufid.

Artikel ini akan mengkaji peran Muhammad bin Muhammad bin Nu'man (Syeikh Mufid) dalam memperkuat identitas mazhab Ahlul Bait Nabi as.

Setelah memasuki periode keghaiban Imam Mahdi as, khususnya keghaiban panjang, salah satu bahaya yang mengancam mazhab Ahlul Bait adalah kesalahan dan penyimpangan yang disengaja atau tidak disengaja yang dilakukan oleh sebagian individu.

Fenomena ini menyebabkan munculnya bid'ah dan berkurangnya sesuatu yang menjadi ajaran asli Syiah, sehingga batas teritorial mazhab Ahlul Bait menjadi kabur.

Di masa kehidupan para imam maksum as, mereka menjadi rujukan untuk menyelesaikan bahaya-bahaya yang muncul, sebab mereka adalah pusat rujukan yang sahih untuk menemukan kebenaran. Dengan begitu kesalahan dan penyimpangan dapat segera diatasi.

Namun, situasinya benar-benar berbeda ketika imam maksum tidak berada di tengah umat. Dari satu sisi kebutuhan baru selalu muncul di tengah masyarakat yang harus dijawab oleh agama. Di sisi lain karena umat tidak memiliki akses lagi ke imam maksum, perbedaan pendapat berpotensi muncul di antara para ulama yang dianggap sebagai hal yang lumrah.

Dalam situasi seperti itu, beragam pandangan dan interpretasi tentang prinsip-prinsip dan cabang agama akan bermunculan. Situasi ini berpotensi mengubah arah sebuah mazhab secara total dalam jangka panjang. Di sini, para ulama perlu memainkan salah satu tugas pentingnya dan menentapkan tapal batas bagi mazhab Syiah sebagai sebuah sistem pemikiran dan amaliyah. Mereka perlu membuat kerangka dari segi keyakinan dan amaliyah.

Penentuan tapal batas ini tentu dengan memanfaatkan petunjuk yang diwariskan oleh para imam maksum. Tapal batas ini akan memungkinkan para ulama dan pemikir Syiah untuk membedakan antara penyimpangan fundamental yang telah keluar dari landasan mazhab dan perbedaan pandangan di tingkat internal mazhab, yang merupakan sesuatu yang alamiah dan tidak dapat dihindari. Dengan cara ini, mereka harus mencegah penyimpangan fundamental. Pekerjaan seperti ini belum pernah dilakukan sebelum zaman Syeikh Mufid.

Sebelum Syeikh Mufid, belum terbentuknya batas teritorial untuk mazhab Syiah telah membawa banyak kerugian. Misalnya, mazbah Syiah belum memanfaatkan landasan akal dari satu sisi dan terjebak dalam praktik qiyas (perbandingan atau persamaan) di sisi lain, ini merupakan dua penyimpangan yang tidak disengaja dalam mazhab Syiah.

Syeikh Mufid.

Qiyas dalam fikih adalah penetapan suatu hukum dan perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam sebab, manfaat, bahaya, dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi sama. Qiyas tidak bisa menjadi pegangan dan tidak punya nilai ilmiah.

Dalam ilmu kalam yang mengkaji prinsip akidah dan pandangan dunia religius atas dasar argumentasi akal dan nash, juga terjadi percampuran antara sebagian pemikiran Muktazilah dan ideologi Syiah. Oleh sebab itu sebagian mengira kedua mazbah ini sebagai sama, padahal tidak demikian. Muktazilah tidak menerima prinsip dasar mazhab Syiah yaitu konsep imamah (kepemimpinan).

Jadi, pekerjaan Syeikh Mufid sebagai seorang yang menetapkan tapal batas mazhab Ahlul Bait, sangat penting. Ulama besar ini terjun ke arena sulit ini dengan memperhatikan kebutuhan zaman dan dengan mengandalkan kekuatan intelektualnya. Terbukti ia mampu melakukan pekerjaan yang luar biasa dan sensitif ini.

Berkat upaya tak kenal lelahnya, mazhab Ahlul Bait dalam fikih dan kalam dengan tanda-tanda dan karakteristik khususnya, dapat dikenali dan dipahami oleh para ulama, tanpa salah menilai ajaran mazhab lain sebagai ajaran Syiah.

Demi mencapai tujuan besar ini, Syeikh Mufid melakukan serangkaian kegiatan ilmiah dan di sini akan disinggung beberapa kegiatan yang paling penting. Di bidang fikih, ulama besar ini menulis buku al-Muqni'ah. Kitab ini memuat hampir semua persoalan fikih dan menjabarkan metode sahih dalam menyimpulkan hukum dari sumber-sumbernya.  

Syeikh Mufid menulis buku al-Tadzkirah fi Ushul Fiqh, di mana untuk pertama kalinya mengumpulkan kaidah-kaidah istinbath hukum fikih sehingga dapat mengeluarkan fatwa berdasarkan kaidah tersebut.

Dalam ilmu kalam, Syeikh Mufid mengundang semua ulama kalam dari mazhab-mazhab lain di masanya untuk berdiskusi. Di antara berbagai mazhab kalam, diskusi dengan Muktazilah berlangsung panjang, karena ia memiliki kemiripan dengan Syiah di sebagian pokok-pokok mazhab.

Kemiripan ini menyebabkan sebagian orang secara keliru menganggap kedua aliran ini adalah satu atau bahwa Muktazilah adalah sumber dari banyak akidah Syiah.

Makam Syeikh Mufid.

Syeikh Mufid menolak kesamaan keduanya dan mengkritik ajaran mazhab Muktazilah. Ia menulis buku Awail al-Maqalat fi al-Madzahib wa al-Mukhtarat untuk menjelaskan perbedaan antara Syiah dan Muktazilah.

Dapat disimpulkan bahwa Syeikh Mufid adalah ulama Syiah pertama yang menentukan tapal batas mazhab Syiah dalam masalah fikih dan kalam sehingga orang tidak keliru dalam mengenalnya.

Syeikh Mufid meninggal dunia pada tahun 413 Hijriyah setelah melakukan perjuangan yang tulus di bidang agama. Puluhan ribu orang ikut menyalati jenazahnya. Ia telah menerangi sebagian besar dari dunia Islam dengan ilmu dan makrifatnya selama 50 tahun.

Berbagai peristiwa pahit dan berdarah di ibukota pemerintahan Abbasiyah serta fanatisme buta, tidak mampu memadamkan pelita ilmu Ahlul Bait ini. Jenazah Syeikh Mufid awalnya dimakamkan di rumahnya di Baghdad dan kemudian makamnya dipindahkan ke Kompleks Makam Imam Jawad as di Kazhimain, Irak.

Syeikh Thusi berkata, "Baik kawan maupun lawan turut serta dalam menyalati dan menangisi kepergiannya. Tangisan atasnya sangat kelihatan di mana aku tidak pernah melihat tangisan yang lebih nyata dari pada meninggalnya Syeikh al-Mufid."

Syeikh al-Mufid dan perjuangannya akan selalu dikenang sepanjang masa. Ia telah memainkan peran besar dalam pengembangan fikih dan kalam serta mazhab Ahlul Bait. (RM)