Aug 04, 2020 17:11 Asia/Jakarta

Petugas penegak hukum federal berpakain preman menangkap sejumlah pemrotes di Portland, Oregon, Amerika Serikat, terkait perintah eksekutif Presiden Donald Trump untuk melindungi monumen.

Sejumlah video yang beredar secara online menunjukkan petugas berpakaian preman dan tanpa identitas jelas menggunakan cara fisik dan kendaraan tidak resmi untuk mengangkut pemrotes yang ditangkap.

Pemrotes menggelar aksi mengritik ketidakadilan rasial di Portland pada Jumat, 17 Juli 2020. Gubernur Portland, Kate Brown, yang berasal dari Partai Demokrat, mengritik tindakan petugas itu.

Kate Brown menuduh agen-agen federal Amerika Serikat telah menyalahgunakan kekuasaan secara terang-terangan. Mereka dengan berpakaian preman dan dengan menggunakan mobil-mobil tertentu, menahan para pengunjuk rasa di Portland.

Petugas federal, yang dikerahkan oleh Presiden Donald Trump, juga telah menembakkan gas air mata dan amunisi yang tidak mematikan ke kerumunan demonstran.

Sebelumnya, Sekretaris Keamanan Dalam Negeri Chad Wolf menyebut para pemrotes sebagai "gerombolan yang beringas".

Para aktivis telah memprotes kebrutalan polisi sejak pembunuhan warga kulit hitam George Floyd oleh polisi kulit putih pada 25 Mei 2020.

Pada tanggal 17 Juli 2020, Jaksa Agung Oregon Ellen Rosenblum mengatakan bahwa departemen kehakiman mengajukan gugatan terhadap pemerintah federal atas penahanan para demonstran "tanpa kemungkinan penyebab".

"Taktik ini harus dihentikan. Mereka tidak hanya membuat tidak mungkin bagi orang untuk menegaskan hak Amandemen Pertama mereka untuk memprotes secara damai, namun mereka juga menciptakan situasi yang lebih tidak stabil di jalan-jalan kita," kata Rosenblum dalam sebuah pernyataan.

Menurut laporan Oregon Public Broadcasting (OPB) yang dikumpulkan dari para saksi, para petugas penegak hukum federal menyamar dengan pakaian  preman keluar dari mobil tertentu untuk menangkap pengunjuk rasa tanpa penjelasan, dan mereka kemudian dibawa pergi.

Pada pertenganan Juli 2020, terjadi peningkatan kekerasan terhadap pengunjuk rasa anti-rasisme di Amerika, yang dikerahkan dua minggu lalu oleh Trump untuk memadamkan kerusuhan sipil.

Berdasarkan laporan OPB, sejak setidaknya 14 Juli 2020, agen-agen federal telah keluar dari kendaraan tanpa tanda di seluruh kota, dan menangkap pengunjuk rasa tanpa sebab.

Mark Pettibone, seorang demonstran menggambarkan bagaimana dia pada 15 Juli 2020 ditangkap dan dimasukkan ke dalam sebuah mobil van yang berisi orang-orang bersenjata.

Menurut Pettibone, dia dibawa ke sel tahanan di gedung pengadilan federal, tempat dia membaca hak penangkapannya. Setelah dia menolak untuk menjawab pertanyaan, dia dibebaskan tanpa catatan kutipan atau penangkapan.

Menurut OPB, petugas federal telah mendakwa setidaknya 13 orang dengan kejahatan yang terkait dengan protes sejauh ini.

"Mereka menculik orang-orang," kata seorang pria yang merekam dengan kamera saat sekelompok orang yang diduga petugas berpakaian preman menangkap seorang pemrotes pada Jumat, 17 Juli 2020.

Seorang demonstran di Portland, Conner O’shea, mengatakan sejumlah agen mengejarnya menggunakan kendaraan sipil pada Rabu. Ini terjadi saat dia dan temannya Mark Pettibone sedang berjalan kembali ke mobil mereka.

Unjuk rasa memprotes anti-rasialisme terjadi setelah seorang polisi kulit putih bernama Derek Chauvin menangkap seorang pria kulit hitam bernama George Floyd pada 25 Mei 2020 di Minneapolis. Floyd meninggal dunia setelah Chauvin menindih leher belakang pria kulit hitam itu selama sekitar 9 menit dengan lututnya. (RA)

Tags