Sep 15, 2020 16:56 Asia/Jakarta

Sejak Maret 2018, China mengumumkan peningkatan anggaran pertahanan yang terbesar dalam tiga tahun terakhir dan menetapkan target pertumbuhan 8,1 persen dibanding 2017, serta mendorong program modernisasi militer.

Pada saat itu, anggaran pertahanan 2018 ditetapkan sebesar 1,1 triliun yuan atau Rp2.384 triliun. China mengembangkan kemampuan militer baru, termasuk jet tempur siluman, kapal induk dan peluru kendali anti-satelit.

Perdana Menteri China Li Keqiang dalam pidato di parlemen mengatakan, China mengembangkan semua aspek latihan militer dan kesiapan perang, dan dengan tegas serta dengan teguh menjaga kedaulatan nasional, keamanan dan kepentingan pembangunan.

Anggaran belanja pertahanan 2018 ditetapkan, sementara pertumbuhan perekonomian China naik 6,9 persen pada tahun sebelumnya, di mana ini percepatan pertama sejak 2010. Ini artinya target pertumbuhan ekonomi di sekitar 6,5 seperti tahun 2017 telah terlampaui.

Pada 2017, anggaran pertahanan ditetapkan naik hanya 7 persen jadi 1,044 triliun yuan atau Rp2.254 triliun, sekitar seperempat dari rencana anggaran pertahanan Amerika Serikat tahun 2018. Pada 2016, anggaran ditingkatkan 7,6 persen.

Ada indikasi bahwa China ingin mengembangkan apa yang mereka sebut kemampuan pertahanan di Laut China Selatan, dan diperkirakan akan berujung pada kehadiran kapal perang dan pesawat di sana secara rutin, atau bahkan dikerahkan di sana secara permanen.

Menurut laporan Military and Security Developments Involving the People's Republic of China yang dikutip dari website www.defense.gov, China kini disebut sebagai kekuatan militer terbesar saat ini, bahkan Kementerian Pertahanan kekuatan militer Negeri Tirai Bambu melebihi Paman Sam.

Sejak 2019, militer China (PLA) disebut terus membuat kemajuan dalam pembaruan angkatan bersenjatanya. China dikatakan melakukan sejumlah reformasi. Mulai dari membangun sistem militer modern hingga memperkuat kompetensinya untuk melakukan operasi.

Disebutkan bahwa China telah mencapai kesetaraan atau bahkan melampaui AS dalam beberapa bidang modernisasi militer, termasuk pembuatan kapal, di mana RRC memiliki angkatan laut terbesar di dunia, dengan kekuatan tempur keseluruhan sekitar 350 kapal dan kapal selam termasuk lebih dari 130 kombatan permukaan utama.

Data itu juga memuat bahwa ini tak sebanding dengan Angkatan Laut AS. Di mana AS hanya memiliki 293 kapal pada awal 2020. Berdasarkan dokumen Pentagon, China adalah negara penghasil kapal teratas di dunia berdasarkan tonase dan meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pembuatan kapal untuk semua kelas angkatan laut.

Rudal balistik dan jelajah China juga dikatakan lebih maju. Negara yang dipimpin Presiden Xi Jinping ini mampu mengembangkan kekuatan rudal konvensionalnya karena tidak dibatasi oleh perjanjian internasional apapun.

Menurut laporan tersebut, China memiliki lebih dari 1.250 rudal balistik yang diluncurkan di darat dan rudal jelajah yang diluncurkan dari darat dengan jangkauan antara 500 dan 5.500 km.

China juga disebutkan memiliki salah satu kekuatan besar dunia termasuk S-400 dan S-300. Keduanya ada sistem rudal teknologi Rusia. Moderenisasi militer akan dilakukan terus hingga 2035. PLA ditargetkan menjadi militer kelas dunia pada akhir 2049.

Namun China membantah laporan AS dan menyebut Pentagon membuat laporan yang "tidak bertanggung jawab".



"Kami mendesak pihak AS untuk meninggalkan mentalitas perang dingin yang sudah ketinggalan zaman dan pola pikir zero-sum game," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Hua Chunying dikutip dari AFP.



Dia menambahkan, berhenti mengeluarkan laporan yang tidak bertanggung jawab dari tahun ke tahun, mengambil pandangan objektif dan rasional tentang niat strategis China dan pembangunan pertahanan nasional.

China dan AS terlibat ketegangan di sejumlah titik. Tidak hanya perdagangan, kedua negara juga bersitegang tentang industri teknologi dan juga Hong Kong, Taiwan serta Laut China Selatan. (RA)