Sep 29, 2020 10:33 Asia/Jakarta
  • 29 September 2020
    29 September 2020

Hari ini, Selasa 29 September 2020 bertepatan dengan 11 Safar 1442 Hijriah atau menurut kalender nasional Iran tanggal 8 Mehr 1399 Hijriah Syamsiah. Berikut kami hadirkan beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi hari ini.

Lailatul Harir, Malam Terakhir Perang Shiffin

1404 tahun yang lalu, tanggal 11 Shafar 38 HQ, malam terakhir perang Shiffin yang dikenal dengan nama Lailatul Harir.

Peta perang Shiffin

Pada malam itu, pasukan Muawiyah merasakan sangat kedinginan, sehingga mereka mengeluarkan suara lolongan mirip anjing. Kata Harir sendiri dalam bahasa Arab berarti suara anjing.

Imam Ali as dengan memegang pedang Dzul Fiqar dan mengendarai kuda Nabi Saw memukul musuh. Setiap kali pedang beliau menghantam pedang musuh beliau mengucapkan takbir dan itu berarti seorang mati ditebas pedang beliau. Diriwayatkan bahwa pada malam itu saja Imam Ali as berhasil membunuh lebih dari 500 orang dan beliau sibuk berperang hingga subuh. Perang begitu hebat sehingga pedang beliau bengkok dan dengan lututnya beliau kembali meluruskannya.

Dalam perang ini, banyak tentara Imam Ali as yang gugur syahid, termasuk Ammar bin Yasir, Uwais al-Qarni, Hasyim Mirqal, anak Hasyim Khuzaimah bin Tsabit, Shafwan bin Hudzaifah, Abdullah bin Badil bersama saudaranya Abdurrahman bin Badil, Abdullah bin Harits saudara Malik al-Asytar. Mereka ini merupakan sahabat khusus Imam Ali as.

Sementara di pasukan Muawiyah banyak yang terbunuh dan perang ini berlangsung selama 14 bulan. Akhirnya dengan kelicikan Amr bin Ash dan kemunafikan sebagian orang seperti Asy’ats bin Qais al-Kindi perang Shiffin berakhir dengan perundingan.

Bulgaria Menyerah Kepada Pasukan Sekutu

102 tahun yang lalu, tanggal 29 September 1918, Bulgaria menyerah kepada pasukan Sekutu dalam Perang Dunia Pertama, setelah mengalami berbagai kekalahan.

Bulgaria

Dalam perang ini, Bulgaria bersekutu dengan Jerman, Utsmani, dan Austria-Hongaria. Pasukan aliansi tersebut bertempur melawan pasukan sekutu yang terdiri dari Perancis, Inggris, Rusia, dan Italia.

Menyusul kegagalan Bulgaria dalam perang Makedonia, ditandatanganilah "Perjanjian Solonik" pada tanggal 15 September 1918. Perjanjian itu ditandatangani oleh Bulgaria dan Sekutu di kota Solonik, Yunani. Satu setengah bulan kemudian, pada tanggal 15 November, Jerman juga menyerah dan Perang Dunia Pertama berakhir dengan kemenangan Sekutu.

Ayatullah Sayid Mohammad Sadegh Lavasani Wafat

30 tahun yang lalu, tanggal 8 Mehr 1369 HS, Ayatullah Sayid Mohammad Sadegh Lavasani meninggal dunia dalam usia 84 tahun dan dimakamkan di kompleks makam suci Sayidah Fathimah al-Maksumah as.

Sejarah

Ayatullah Sayid Mohammad Sadegh Lavasani lahir dari keluarga agamis di Najaf, Irak sekitar tahun 1285 HS. Menginjak usia remaja, ia bersama ayahnya pergi ke kota Hamedan dan setelah beberapa waktu tinggal di sana, ia pindah ke kota Arak untuk melanjutkan pendidikan agamanya. Ayatullah Lavasani di usia 17 tahun berhijrah ke kota Qom setelah dibentuknya Hauzah Ilmiah Qom oleh Ayatullah Sheikh Abdolkareem Hairi Yazdi. Beberapa tahun Qom, Ayatullah Lavasani sempat sekamar dengan Imam Khomeini ra.

Selama di kota Qom, selain belajar kepada pendiri Hauzah Ilmiah Qom, Ayatullah Lavasani juga belajar kepada guru-guru besar seperti Sayid Mohammad Taghi Khonsari, Sayid Mohammad Hojjat, Mohammad Ali Shah Abadi dan Mirza Javad Agha Maleki Tabrizi. Ia belajar fiqih dan ushul fiqih tingkat mujtahid, irfan dan filsafat dari mereka dan setelah itu meninggalkan Iran menuju Najaf, Irak. Di kota suci ini, Ayatullah Lavasani belajar kepada guru-guru besar lainnya seperti Agha Dhiya ad-Din al-Iraqi dan Mirza Abolhassan Meshkini.

Ayatullah Lavasani diangkat oleh para marji besar Qom untuk mengelola Madrasah Feiziah dan Dar as-Shifa, Qom pada tahun 1314 HS selama 6 tahun. Setelah dimulainya kebangkitan Islam yang dipimpin oleh Imam Khomeini ra, ia berkali-kali mengeluarkan pernyataan dukungannya kepada Imam Khomeini dan setelah beliau diasingkan ke Turki, Ayatullah Lavasani diangkat menjadi wakil penuhnya di Tehran. Sepak terjangnya dalam memajukan kebangkitan Islam ini mengkhawatirkan rezim Shah Pahlevi yang membuatnya diasingkan di daerah Hashtpar di Talesh selama tiga tahun. Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, Ayatullah Lavasani tetap menjadi sahabat dan pendukung setia Imam Khomeini ra tanpa memegang jabatan apapun.