Nov 04, 2020 22:01 Asia/Jakarta

Sebuah kelompok yang mengadvokasi hak-hak tahanan Palestina menyuarakan keprihatinan serius tentang kondisi kesehatan seorang tahanan Palestina yang telah melakukan mogok makan selama lebih dari tiga bulan sejak dia ditangkap oleh pasukan rezim Zionis Israel.

Kepala Otoritas Urusan Tahanan Palestina Qadri Abu Bakar, pada hari Minggu (1/11/2020) mengatakan, Maher al-Akhras secara bertahap kehilangan kemampuan penglihatan dan pendengarannya dan menjadi tidak dapat berbicara di samping bahaya lain yang mengancam organ vitalnya.

Dia menambahkan, hampir 100 hari setelah mogok makan tahanan Palestina ini, otoritas Israel masih menolak untuk membebaskannya dan bersikeras bahwa al-Akhras harus menyelesaikan penahanan administratifnya saat ini.

Qadri Abu Bakr menekankan bahwa al-Akhras telah bersumpah untuk tidak mengakhiri mogok makan kecuali segera dibebaskan atau dipindahkan ke rumah sakit Palestina di Tepi Barat.

Menurut Qadri Abu Bakr, al-Akhras mengtahui bahwa otoritas Israel dapat memperpanjang penahanannya lagi.

"Upaya Palestina tidak berhenti dalam mendukung al-Akhras dalam pertempuran heroik ini dengan memantau kondisinya di level tertinggi," ujarnya.

Al-Akhras, 49 tahun, ayah dari enam anak ini, ditangkap secara ilegal pada 27 Juli 2020 dan ditahan di bawah perintah penahanan administratif, tanpa dakwaan. Hal ini menyebabkan dia melakukan mogok makan untuk mencari keadilan.

Dokter telah memperingatkan kerusakan pada beberapa organ tubuh tahanan Palestina tersebut seperti pada ginjal, hati, dan jantung.

Menutur dokter, indera pendengaran dan berbicara al-Akhras juga telah terpengaruh oleh dampak dari mogok makan tersebut.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa telah menyerukan pembebasan segera al-Akhras. (RA)

Tags