Nov 14, 2020 18:21 Asia/Jakarta

Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan telah menandatangani apa yang dia sebut sebagai "perjanjian menyakitkan" dengan Azerbaijan untuk mengakhiri perang di wilayah Nagorno-Karabakh. Pernjanjian ini ditengahi oleh Rusia.

Pernyataan yang diutarakan pada Selasa dini hari, 10 November 2020 dilontarkan beberapa jam setelah pejabat etnis Armenia di wilayah yang disengketakan menegaskan bahwa kota utama Shusha (dikenal sebagai Shushi di Armenia) telah diambil alih oleh pasukan Azerbaijan.

Menurut pernyataan Pashinyan, perjanjian itu akan berlaku mulai pukul 1 pagi pada hari Selasa mengakhiri enam minggu pertempuran sengit yang telah menyebabkan ratusan orang tewas.

Dia menggambarkan keputusan tersebut sebagai "sangat menyakitkan bagi dirinya secara pribadi dan juga untuk rakyat Armenia.

Pashinyan mengatakan bahwa keputusan itu diambil setelah "analisis mendalam tentang situasi militer" yang telah melihat pasukan Azerbaijan memperoleh keuntungan besar dan mendekati Stepanakert, pusat utama di kawasan tersebut.

Tapi menurut PM Armenia, perjanjian itu adalah "solusi terbaik untuk situasi saat ini".  

Di sisi lain, seorang juru bicara Kremlin mengatakan bahwa para pemimpin Rusia, Azerbaijan dan Armenia telah menandatangani kesepakatan penghentian total tindakan militer di Nagorno-Karabakh.

Pasukan Armenia dan Azeri telah bertempur selama enam minggu di wilayah Nagorno-Karabakh, yang berada di dalam wilayah Azerbaijan tetapi telah di bawah kendali etnis Armenia sejak tahun 1994. (RA)

Tags