Nov 28, 2020 19:07 Asia/Jakarta

Rezim Zionis Israel telah membebaskan tahanan Palestina Maher al-Akhras, yang melakukan mogok makan selama lebih dari 100 hari sebagai protes atas penahanannya yang tanpa dakwaan dan tidak jelas kasusnya.

Menurut Masyarakat Tahanan Palestina (PPS), sebuah kelompok hak asasi manusia yang berbasis di kota Betlehem Tepi Barat pendudukan, mengatakan, al-Akhras dibebaskan Kamis (26/11/2020) pagi, beberapa hari setelah dia mengakhiri 103 hari mogok makan untuk memprotes apa yang disebut penahanan administratif Israel.

PPS mengatakan, otoritas pendudukan Israel membebaskan al-Akhras di pos pemeriksaan Jabara di kota Tulkarem dan dia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Nasional al-Najah di Nablus, Tepi Barat utara.

"Alhamdulillah sekarang saya berada di antara keluarga saya dan masyarakat saya di Nablus, dan bahwa Insya Allah kita akan menyingkirkan penjajahan dengan kemauan besar rakyat kita, dan hidup dari kemenangan menuju kemenangan sampai kita meraih kemenangan yang lebih besar dan membebaskan Palestina, " kata Akhras kepada radio Palestine Today.

Al-Akhras, 49 tahun, tangkap pada 27 Juli 2020 dan ditahan di bawah perintah penahanan administratif empat bulan, tanpa dakwaan dan berdasarkan dugaan bukti rahasia yang bahkan tidak tersedia untuk pengacaranya.

Akhras, ayah enam anak dan berasal dari kota Silat al-Dhahr di Jenin, menghentikan mogok makannya pada 6 November 2020 setelah dia berhasil memaksa rezim Zionis untuk memenuhi tuntutannya, tetapi dia mengatakan akan menghabiskan sisa masa hukumannya, yang berakhir pada Kamis, di rumah sakit untuk perawatan medis.

Pengadilan Israel pada awalnya menolak untuk memerintahkan pembebasannya meskipun kondisi kesehatannya memburuk dan seruan oleh lembaga internasional dan hukum untuk menghentikan penahanan administratifnya.

Selama mogok makan, al-Akhras menghadapi kondisi kesehatan yang "sangat memburuk", seperti yang dijelaskan oleh dokter, dan berisiko rusaknya beberapa organ vitalnya, seperti ginjal, hati, dan jantung.

Menurut kelompok advokasi Israel B’Tselem, lebih dari 7.000 warga Palestina dilaporkan ditahan di penjara Israel. Sekitar 355 warga Palestina ditahan di bawah perintah penahanan administratif pada Agustus, termasuk dua anak di bawah umur). (RA)

Tags