Des 03, 2020 13:29 Asia/Jakarta
  • Ekspor Non-Minyak Iran di Pusaran Sanksi

Perekonomian Iran saat ini sedang menapaki jalan baru mengurangi ketergantungannya terhadap sumber daya minyak.

Strategi ini berdampak signifikan terhadap peningkatan devisa negara dalam perdagangan komoditas nonmigas. Data statistik menunjukkan bahwa total perdagangan luar negeri pada tahun tahun lalu  berjumlah 41,3 miliar dolar dan impor sebesar 47 juta dolar.

Tren ini tidak berhenti pada tahun awal tahun ini, meskipun menghadapi tekanan sanksi maksimum, yang diiringi dengan peningkatan indikator ekspor non-minyak. Hamid Zadboom, Kepala Badan Perdagangan dan Pembangunan Iran mengatakan, "Tahun ini, meski ada pengetatan sanksi dan pembatasan perdagangan, sekitar 134 juta ton ekspor dan 35 juta ton impor telah dilakukan. Lebih dari 85 persen barang impor merupakan  bahan baku, mesin lini produksi dan barang setengah jadi,".

Indikator ini menunjukkan bahwa ekonomi Iran bergerak menjauh dari penjualan minyak mentah dan pendapatan devisa negara difokuskan pada ekspor nonmigas untuk meningkatkan produksi.

 

 

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya pada peringatan hari raya Idul Adha mengungkapkan, "Sanksi AS mengejar tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek mereka untuk rakyat orang supaya rakyat Iran kesal, lelah, bingung, dan melawan pemerintah.Tujuan jangka menengah mereka menjatuhkan embargo untuk mencegah negara [Iran] maju. Sedangkan tujuan jangka panjang mereka supaya negara ini bangkrut dan ekonominya lumpuh. Tentunya, jika perekonomian suatu negara benar-benar runtuh dan hancur, maka tidak akan mungkin baginya untuk bertahan hidup,".

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran menunjukkan hal lain sebagai fakta, dengan mengingatkan, "Meskipun sanksi telah menimbulkan masalah, tapi tidak semua masalah terkait dengan sanksi. Ada yang terkait kelemahan kita dalam pengelolaan negara, ada pula yang terkait dengan pandemi virus Corona belakangan ini, dan sebagian menyangkut sanksi,".

Dicanangkannya tahun 1399 Hs sebagai "lompatan produksi" oleh Rahbar berlangsung di saat Amerika Serikat berusaha untuk mengintensifkan sanksi dalam dua tahun terakhir yang menargetkan  sektor penting mata pencaharian dan lapangan kerja di Iran.

Meskipun tekanan sanksi telah menimbulkan kesulitan dan kekurangan di Iran, tapi juga menciptakan peluang baru untuk menyelamatkan ekonomi dari ketergantungan absolut dan mengurangi kerentanannya terhadap guncangan ekonomi. Dengan kata lain, Iran berusaha untuk menghadapi perang ekonomi dengan mengubah pendekatannya ke arah ekonomi resistif yang mengandalkan kapasitas domestiknya.

Lompatan produksi juga penting dalam konteks ini, karena produksi menjadi basis kekuatan perekonomian, dan ekspor yang merupakan salah satu pilar ekonomi produktif, penting untuk pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain membuka jalan bagi peningkatan produksi dalam negeri, peran ekspor sangat penting dalam meningkatkan kapasitas pabrik bahan baku dalam negeri. Lonjakan produksi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekspor. Untuk alasan ini, banyak negara mencoba mengurangi ketergantungan mereka terhadap impor dengan mendukung industri dalam negeri dan membuka jalan bagi peningkatan lapangan kerja. Misalnya, dalam beberapa tahun terakhir, Irak dan Suriah telah mengadopsi kebijakan untuk mendorong dan melindungi industri mereka dengan melarang impor barang yang serupa dengan produk domestik atau mengumumkan kenaikan tarif bea masuk produk impor.

Dalam konteks ini, Suriah sedang melaksanakan program yang disebut "konversi impor menjadi produksi" yang menyebabkan produk impor akan menghadapi kenaikan tarif bea cukai demi mendukung produksi dalam negeri.

Kementerian Perindustrian dan Pertambangan Iran sejalan dengan implementasi kebijakan pembangunan ekspor nonmigas menjadikan penguatan sektor manufaktur dalam negeri sebagai prioritas tindakannya.

 

 

Data statistik menunjukkan saat ini setidaknya 30 persen dari kapasitas yang ada dalam unit produksi kecil dan menengah yang terletak di kota-kota dan kawasan industri di negara ini tidak aktif. Kapasitas tinggi dari industri ini juga diproduksi secara semi-aktif. Lompatan produksi sebagai salah satu cara untuk mengembangkan ekspor industri dan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dalam negeri dan ekspor, terutama negara-negara di kawasan. 

Kementerian Perindustrian dan Pertambangan Iran telah memperkirakan volume ekspor sebesar 42 miliar untuk tahun 1399 Hs, yang akan dicapai dengan memperkuat infrastruktur perdagangan dan memfasilitasi ekspor. Data statistik tahun lalu menunjukkan dari total ekspor tahun lalu di atas 41 miliar dolar, enam puluh persennya, atau lebih dari 24 miliar dolar untuk 15 negara tetangga.

Tentu saja, Iran harus mempertimbangkan pasar negara-negara dengan kepentingan bersama (CIS), Eurasia, Cina, India dan Afrika untuk meningkatkan ekspor, dan mengidentifikasi pasar ekspor baru. Kondisi ini sangat penting di saat Amerika Serikat berusaha mengisolasi Republik Islam Iran melalui pengenaan sanksi.

Dengan mempertimbangkan posisi geopolitik Iran dengan posisinya yang unik dan strategis dalam mencapai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Strategi lompatan produksi memberikan peluang baru untuk memperkuat dan mengembangkan kerja sama ekonomi serta meningkatkan ekspor. Tentu saja, pencapaian tujuan ekonomi jangka panjang bergantung pada penggunaan semua kapasitas yang tersedia.(PH)

Tags