Des 05, 2020 17:57 Asia/Jakarta

Selama satu dekade terakhir, sedikitnya enam ilmuwan Iran gugur syahid dalam serangan teror yang didalangi oleh musuh-musuh negara ini. Tak diragukan lagi tujuan dari pembunuhan ilmuwan Iran adalah untuk mencegah kemajuan negara ini.

Di antara ilmuwan Iran yang gugur syahid dalam serangan teror adalah Massoud Ali Mohammadi pada 12 Januari 2010, Majid Shahriari dan Fereydoun Abbasi pada 29 November 2010, Darioush Rezai pada pada 23 Juli 2011, Mostafa Ahmadi-Roshan pada 11 Januari 2012, dan yang terbaru adalah Mohsen Fakhrizadeh.

Fakhrizadeh gugur syahid dalam serangan teror di Absard, Kabupaten Damavand, Provinsi Tehran hari Jumat, 27 November 2020. Ilmuwan terkemuka Iran ini terluka parah dan dilarikan ke rumah sakit dalam serangan teror pada Jumat sore itu, namun nyawanya tidak terselamatkan dan gugur syahid. Jenazah Mohsen Fakhrizadeh dimakamkan di Imamzadeh Saleh, utara Tehran, ibu kota negara ini, pada hari Senin (30/11/2020).

Fakhrizadeh telah lama menjadi incaran dinas-dinas intelijen musuh dan termasuk menjadi target nomor wahid musuh untuk dibunuh. Nama Fakhrizadeh bersama empat warga Iran lain, masuk daftar 500 orang paling berpengaruh dunia versi media Amerika Serikat, Foreign Policy.

Fakhrizadeh memainkan peran kunci namun tidak tampak oleh publik, dalam pertumbuhan ilmu pengetahuan Iran, dan infrastruktur teknologi. Pasca kesyahidannya, baru terungkap bahwa proyek-proyek terpenting yang digarap oleh Fakhrizadeh, dan timnya membuahkan hasil, di antaranya proyek produksi kit tes Virus Corona buatan Iran, yang dimulai Maret 2020 di lembaga yang dipimpinnya.

Selain itu, nama Fakhrizadeh sebagai ilmuwan senior Kementerian Pertahanan Iran, sekaligus mantan kepala Pusat Riset Fisika, PHRC, pada 24 Maret 2007 masuk daftar sanksi Dewan Keamanan PBB.

Orang-orang Amerika menyebut Mohsen Fakhrizadeh sebagai “kotak rahasia” yang selalu memainkan peran di balik layar namun berpengaruh, dalam menentukan sikap Iran di setiap perundingan. Menurut keterangan Badan Energi Atom Internasional, IAEA, selama tidak melakukan dialog langsung dengan Fakhrizadeh, IAEA tidak bisa berkomentar soal seberapa besar level Iran dalam menguasai teknologi nuklir.

Surat kabar rezim Zionis Israel, Jerusalem Post, beberapa tahun lalu mempublikasikan laporan tentang biodata Dr. Mohsen Fakhrizadeh yang dibuat tim investigasi IAEA pada tahun 2003, dan sekitar Maret 2018, sumber Israel mengumumkan, dinas intelijen pusat rezim ini, Mossad, berusaha meneror salah satu ilmuwan nuklir Iran, namun gagal.

Teror yang merupakan salah satu bentuk pembunuhan dengan tujuan politik atau keyakinan, adalah nama yang kerap didengar oleh Republik Islam Iran. Iran dengan lebih dari 17.000 korban teror adalah bukti hidup dari aksi mengerikan di balik layar para pengklaim pembela hak asasi manusia sejak awal kemenangan Revolusi Islam Iran sampai sekarang.

Oleh karena itu, Iran selama bertahun-tahun pasca revolusi, yaitu sekira 40 tahun lalu, menjadi salah satu negara terbesar korban terorisme, dengan kata lain, korban terorisme terbesar di dunia. Teror ilmuwan nuklir Iran, merupakan salah satu cara baru aksi kubu arogan dunia di Iran.

Tidak diragukan bahwa salah satu tujuan teror terhadap ilmuwan besar Iran ini adalah upaya membendung kemajuan ilmu pengetahuan di negara ini, namun bisa dipastikan mereka tidak akan berhasil meraih tujuannya. Pasalnya, ilmu pengetahuan mustahil untuk dihapus, dan para ilmuwan selama bertahun-tahun bekerja keras, dan menyimpan serta mewariskan hasil kerjanya kepada murid-murid mereka.

Teror Syahid Mohsen Fakhrizadeh telah mengungkap sebuah kenyataan bagi semua orang, dan itu adalah Republik Islam Iran dalam mencapai puncak kemajuannya, memiliki tekad serius. Sebagaimana kesyahidan ilmuwan nuklir Iran lain tidak mampu menghentikan gerakan ilmu pengetahuan negara ini, darah Syahid Fakhrizadeh juga semakin menumbuhkan ilmu pengetahuan Iran.

Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran, Mayjend Mohammad Bagheri mengatakan, teror terhadap seorang pemimpin handal, dan kompeten ini, meski pahit, dan pukulan berat terhadap lembaga pertahanan nasional, namun musuh-musuh dungu harus tahu, jalan yang telah dibuka oleh orang-orang semacam Syahid Fakhrizadeh, sampai kapanpun tidak akan pernah terputus.

Tak lama setelah serangan teror dan pembunuhan terhadap ilmuwan terkemuka Mohsen Fakhrizadeh Mahabad, Menteri Pertahanan Republik Islam Iran Brigadir Jenderal Amir Hatami men-tweet bahwa "Musuh tidak mentolerir ilmuwan Iran, dan pembunuhan ilmuwan lebih jauh mengungkapkan kedalaman kebencian musuh."

Dalam tweetnya pada hari Jumat (27/11/2020), Hatami menulis, Syahid Fakhrizadeh telah melakukan upaya besar untuk mempromosikan program energi nuklir Iran, namun dia berada di bawah pengawasan agen rahasia rezim Zionis Israel yang akhirnya berhasil membunuhnya dengan beberapa peluru.

Dalam sebuah pernyataan lain pada hari Jumat, Hatami mengatakan, alat uji COVID-19 pertama di Iran diproduksi di pusat penelitian yang dipimpin oleh ilmuwan dan fisikawan Iran, Syahid Fakhrizadeh, yang menjabat sebagai Kepala Organisasi Riset dan Inovasi Kementerian Pertahanan Republik Islam Iran (SPND).

"Organisasi di bawah manajemen Syahid Fakhrizadeh ini adalah salah satu pusat pertama yang memproduksi alat uji COVID-19," kata Hatami.

Di memuji Syahid Fakhrizaedeh sebagai salah satu pelopor gerakan ilmiah Iran untuk melawan Virus Corona.

Ketika ditanya mengapa ilmuwan Iran dibunuh oleh teroris? Hatami mengatakan, Fakhrizadeh adalah seorang ilmuwan terkemuka Iran, Wakil Menhan, dan Kepala SPND yang memiliki sejarah panjang dalam inovasi pertahanan serta yang melatih banyak peneliti untuk kemajuan ilmiah Iran.

Hatami juga memuji upaya dan layanan Fakhrizadeh untuk industri pertahanan Iran dan menyebutnya sebagai "luar biasa, hebat dan bermanfaat".

"Musuh menargetkan dimanapun langkah besar dan efektif diambil untuk kemaslahatan bangsa, dan Kementerian Pertahanan selalu menjadi sasaran seperti itu," tambahnya.

Hatami menjelaskan, Kemenhan berada di garis depan dalam membangun keamanan untuk negara kita tercinta dan karenanya, selalu dibenci oleh musuh, dan mereka yang memainkan peran utama di bidang pertahanan secara alami lebih dibenci oleh musuh.

Menurut Menhan Iran, Syahid Fakhrizadeh telah mengembangkan inovasi khusus di bidang pertahanan.

"Misalnya, penggunaan laser dalam pertahanan udara atau pendeteksian pesawat penyerang dengan cara lain selain radar, yang termasuk dalam kategori inovasi pertahanan, merupakan salah satu prestasi besarnya yang pasti akan kita bicarakan jika perlu," ujarnya.

Hatami juga menyinggung upaya ilmiah Fakhrizadeh melawan Virus Corona dan mengatakan bahwa Fakhrizadeh telah mengambil "langkah besar di bidang pengembangan vaksin COVID-19, yang beritanya, Insya Allah akan disajikan kepada orang-orang kita."

Dia menambahkan bahwa pusat yang dipimpin oleh Fakhrizadeh telah melalui tahap pertama uji klinis pada manusia di bidang pengembangan vaksin Virus Corona dan "melakukan hal-hal hebat untuk orang-orang tercinta."

Menengok sekilas kemajuan nuklir Iran dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa selama waktu ini, pertumbuhan dan perkembangan teknologi nuklir Iran mengalami peningkatan. Dalam rentang waktu ini, Iran masuk jajaran sejumlah kecil negara dunia pemilik teknologi nuklir.

Para ilmuwan Iran telah membuktikan bahwa orang Iran mampu mengambil langkah besar di bidang ilmu pengetahuan, dan teknologi dengan kemampuannya sendiri, dan melakukan pribumisasi teknologi nuklir serta siap mentransfer teknologi damai ini ke negara-negara independen di seluruh dunia.

Melihat secara umum keberhasilan Iran di berbagai bidang nuklir seperti reaktor nuklir pembangkit tenaga, produksi bahan bakar nuklir, sinar Gama, pengayaan uranium, pembangkit listrik tenaga atom, dan riset, pembuatan sentrifugal baru, dan canggih, upaya mengatasi serangan hama, kegunaan nuklir di bidang medis seperti radioisotop, dan radiofarmasi, kegunaan lain teknologi nuklir di bidang pertanian, dan kedokteran, merupakan hasil kerja keras para ilmuwan Iran, dan kesabaran rakyatnya, serta bimbingan Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar.

Seluruh sanksi keji terhadap rakyat Iran, tidak mampu membendung kemajuan ini, dan Iran tetap melanjutkan kemajuannya. Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pesannya terkait kesyahidan Dr. Mohsen Fakhrizadeh menegaskan, dua masalah penting yang harus diperhatikan semua pejabat pemerintah Iran, pertama, mengusut aksi kejahatan ini, dan menghukum tegas para pelaku serta orang yang memerintahkannya, kedua, melanjutkan kerja keras di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi di semua bidang yang ditekuni oleh Syahid Fakhrizadeh.

Rezim Zionis Israel, dan para pendukungnya terutama Amerika, mengira bisa menghentikan pembangunan, dan kemajuan Iran, dengan mencegah negara ini memiliki ilmuwan. James Risen, jurnalis terkemuka Amerika mengatakan, dinas intelijen Amerika, CIA, dan Mossad bekerjasama merancang sebuah operasi destruktif terhadap kemajuan nuklir Iran. Istilah “menghapus ilmuwan” Iran masuk agenda kerja pemerintah Amerika, berkat usulan para pakar intelijen negara ini.

Sehubungan dengan hal ini, salah seorang analis di Stratford, sebuah perusahaan informasi swasta Amerika yang dekat dengan Gedung Putih, dalam analisanya terkait teror ilmuwan nuklir Iran mengatakan, strategi kami adalah menghilangkan tokoh-tokoh penting Iran di bidang ilmu pengetahuan.

Amerika, dan Israel serta para pendukungnya, selalu berusaha menggambarkan teknologi nukir Iran sebagai ancaman serius bagi keamanan dunia. Akan tetapi kenyatannya mereka menganggap Republik Islam Iran sebagai penghambat urama kepentingan, dan rencana ekspanisonis mereka di Timur Tengah, dan Teluk Persia.

Mereka berusaha menyingkirkan benteng perlawanan ini jika memungkinkan. Sehubungan dengan ini, Senator Amerika dari Partai Demokrat, Chris Murphy di akun Twitternya menulis, jika tujuan asli pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh adalah mempersuit dimulainya kembali kesepakatan nuklir Iran, maka ia tidak akan menjadikan Amerika, Israel, dan dunia, lebih aman.

Posisi tinggi Iran saat ini adalah buah dari kerja keras tanpa henti para ilmuwan yang menghasilkan banyak kemampuan bagi Iran di berbagai bidang seperti kedokteran, pertanian, dan industri, meski berada di bawah tekanan asing, dan sanksi. (RA)