Apr 07, 2021 14:16 Asia/Jakarta
  • Rudal Iran
    Rudal Iran

Pertimbangan lain Republik Islam Iran untuk meningkatkan kemampuan militer dan pertahanan penangkalnya sebagai pengimbang negara-negara Asia Barat yang berusaha meningkatkan kekuatan militer mereka dan posisi kawasan strategis ini sebagai pasar senjata dunia.

Para produsen senjata di seluruh dunia menjadikan kawasan Asia Barat sebagai pasar potensialnya karena mereka bisa menjual lebih banyak menjual senjata dan alutsista daripada kawasan lain. Wilayah Asia Barat telah menjadi medan pertempuran untuk jual beli senjata dan senjata serta sumber daya militer Barat dan Amerika.

Pembelian rudal balistik SS-2 Cina dengan jangkauan 2.700 km oleh Arab Saudi, kesepakatan senjata ratusan miliar dolar antara UEA dan Arab Saudi dengan Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, aktivitas rudal India-Pakistan, rudal Qauri-1 sepanjang 1.700 kilometer, dan rudal Shaheen 600 kilometer adalah contoh upaya regional untuk melengkapi negaranya dengan persenjataan canggih. Selain itu, rezim Zionis melengkapi dirinya dengan rudal dengan hulu ledak nuklir yang saat ini menjadi ancaman besar keamanan kawasan Asia Barat. Menyikapi dinamika tersebut, Republik Islam Iran sangat wajar berusaha untuk memperkuat program pertahanan rudalnya.

 

Sistem pertahanan rudal Zolfikar

 

Ketergantungan militer dan politik dari beberapa negara Arab di Teluk Persia terhadap Amerika Serikat dan Inggris di saat pemerintahan mereka tidak didukung rakyatnya sendiri, Iran dengan bijak mempertimbangkan untuk meningkatkan kemampuan pertahanannya demi memastikan kelangsungan hidupnya.

Ketika beberapa negara dan rezim Zionis mempersenjatai kalangan pemberontak dengan rudal jarak jauh dan bom atom, maka Republik Islam Iran harus meningkatkan kekuatan pertahanan militernya. Sambil menolak senjata nuklir, Iran menekankan peningkatan kemampuan rudal dan pertahanan konvensionalnya.

Pilar utama kekuatan militer konvensional Republik Islam Iran dan keunggulan komparatif kekuatan militernya atas pesaing lainnya terletak pada kekuatan rudalnya. Pihak Barat memandang penting kekuatan rudal Republik Islam Iran yang dipandang sebagai pesaingnya. Oleh karena itu, mereka berupaya menekan dan membatasi program rudal Iran dengan menghubungkannya dengan masalah nuklir. Padahal negara-negara adidaya di Barat sendiri memiliki senjata nuklir, dan sebaliknya Iran menentang penggunaan senjata pemusanah massal itu. Dari perspektif ini, Iran memandang rezim Zionis, yang memiliki persenjataan nuklir di luar kendali organisasi internasional, menjadi ancaman terpenting bagi keamanan dan perdamaian Asia Barat maupun dunia. 

 

S-200

 

Mengingat banyaknya konspirasi keamanan dan militer Amerika Serikat dan sekutunya terhadap Iran, program rudal Republik Islam Iran dengan sendirinya merupakan ancaman serius bagi musuh-musuhnya. oleh karena itu, musuh terus-menerus melancarkan gangguan dari berbagai arah terhadap program rudal Iran.

Alasan lain bagi Iran untuk meningkatkan kekuatan militer dan misilnya, terutama di bidang rudal balistik, karena ancaman rezim Zionis dan kekuatan trans-regional, lebih khusus AS. Iran telah mulai secara serius mengembangkan program rudal balistik sejak terhadi perang dengan Irak pada tahun 1980 hingga 1988. Namun, pada tahap awal Iran belum mampu memrpoduksi rudalnya sendiri, sehingga membeli beberapa rudal dari Libya dan Korea Utara.

Pada tahun 2000-an, Republik Islam Iran berhasil mengembangkan program misil yang sah, dengan membuat rudal balistik jarak pendek dengan jangkauan 1.000 km dan rudal jarak menengah dengan jangkauan 1.000 hingga 5.500 km. Di antara rudal ini, terdapat Fateh-110, Shahab 3, dan Shahab 2. 

 

Sistem pertahanan udara 3 Khordad

 

Kemampuan rudal Iran begitu penting bagi Barat, sehingga dalam setiap skenario serangan terhadap Iran yang disajikan oleh media dan think tank Barat, salah satu target utamanya adalah pangkalan rudal.

Anthony Cordesman, seorang peneliti di Pusat Studi Strategis dan Internasional dalam sebuah studi yang dilakukannya mengatakan bahwa "serangan awal terhadap Iran harus menargetkan sasaran antara lain: fasilitas penelitian dan pengayaan uranium Iran, pangkalan rudal balistik, peluncur rudal balistik bergerak dan pusat produksi rudal,".

Pada saat yang sama, dia menekankan bahwa serangan balik yang kuat oleh Iran terhadap serangan AS dapat menimbulkan kerusakan berat pada pangkalan AS di kawasan dan infrastruktur negara-negara Arab yang berafiliasi dengan AS di Teluk Persia.

Faktanya, terlepas dari provokasi Barat dan negara-negara Arab yang reaksioner, kemampuan rudal Iran demi mempertahankan diri, memerangi terorisme internasional, dan menjaga stabilitas kawasan. Republik Islam Iran telah menggunakan rudal Zulfiqar Iran untuk mengusir kelompok teroris Daesh dan menyerang markas mereka. Rudal Zulfiqar adalah anggota terbaru dan jarak jauh dari keluarga "rudal pintar" Iran. 

Iran menggunakanstrategi cerdas untuk mengkonsolidasikan dan mengamankan kemampuan misilnya dari kemungkinan serangan musuh. Ada dua strategi yang dilakukan Iran dengan membangun mobilitas sistem rudal dan memperkuat pangkalan maupun silo peluncuran rudal.

Serangan pendahuluan terhadap peluncur roket yang dapat dengan mudah mengubah arah hampir tidak mungkin. Oleh karena itu, telah digunakan sebagai strategi oleh Iran untuk melindungi rudalnya. Pilihan lainnya adalah dengan mengerahkan rudal di tempat penampungan yang tahan, terutama di silo bawah tanah yang disebut "kota rudal".

Salah satu strategi negara-negara Barat dan musuh Iran untuk melemahkan kemampuan pertahanan Iran adalah dengan menjatuhkan sanksi. Dengan berbagai dalih, Amerika Serikat secara langsung dan tidak langsung telah memberlakukan embargo senjata terhadap Iran.

Institut Kontrol Senjata Amerika dalam sebuah laporan menyebutkan bahwa menjatuhkan sanksi baru pada kemampuan rudal Iran tidak lagi efektif dan sebaliknya harus bergantung pada rezim kontrol senjata untuk mencegah Iran menyediakan bahan yang diperlukan  dalam mengembangkan kemampuan rudalnya.

Dalam laporan lain, lembaga Think tank yang sama menyebut sanksi tidak efektif dan menulis bahwa program rudal Iran dapat diterima, mandiri, dan orsinil. Embargo senjata AS terhadap Iran terjadi yang berlindung di bawah Resolusi Dewan Keamanan 2231 berakhir pada Oktober 2020. Meskipun ada upaya AS untuk menyeret negara-negara dunia supaya mengamini keluhannya, tapi komunitas internasional tidak menganggap kemampuan rudal sah Iran sebagai ancaman. 

 

Rudal Haj Qassem

 

Brigadir Jenderal Amir Hatami, Menteri Pertahanan Republik Islam Iran, menekankan bahwa Iran telah berhasil merancang dan memproduksi senjata strategis di dalam negeri. Ia mengatakan, "Musuh sedang mencoba untuk menghentikan dan menciptakan penghalang terhadap pertumbuhan Revolusi Islam di kawasan dan dunia. Adidaya arogan global menggunakan semua alat dan fasilitasnya untuk mewujudkan tujuan jahatnya. Mereka melancarkan berbagai cara dari menyulut perang yang dipaksakan, sanksi yang kejam, dan akhirnya pembunuhan ilmuwan Iran. Tapi semua taktik dan konspirasi musuh tersebut tidak berhasil menghentikan kemajuan Republik Islam di berbagai bidang, termasuk di sektor industri pertahanan. Seluruh tujuan mereka untuk membatasi Iran pada berbagai dimensi ekonomi dan militer, termasuk sanksi dan pengurangan program rudal demi mengurangi kekuatan Republik Islam, dan melemahkannya hingga akhirnya bertekuk lutut. Musuh berdiri di depan kita dan menyebut Iran sebagai teroris. Oleh karena itu, dalam suasana dan logika yang tidak adil ini, kita harus menjadi lebih kuat dari hari ke hari. Sebab, mereka tidak mengerti bahasa apapun, selain bahasa kekuatan".(PH)

 

Tags