Apr 14, 2021 14:16 Asia/Jakarta
  • Pancaran Cahaya Ramadhan (2)

Salah satu ajaran terpenting agama yang dapat mendatangkan keridhaan Tuhan bagi manusia adalah menjalankan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan. Di bulan mulia ini, Allah Swt meminta kaum Muslim menahan diri dari makan dan minum di siang hari. Periode ini dimulai dari terbit fajar hingga waktu magrib.

Selama masa itu, rahmat Tuhan diturunkan kepada orang-orang yang berpuasa baik dalam bentuk pengampunan dosa maupun pemberian kesempurnaan spiritual. Rasulullah Saw bersabda, “Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah dengan membawa berkah, rahmat, dan ampunan… Nafas-nafas kalian di dalamnya adalah tasbih, tidur kalian adalah ibadah…”

Meski puasa secara lahiriyah berhubungan dengan kegiatan menahan diri dari makan dan minum serta menjauhkan sebagian kelezatan materi pada waktu tertentu, namun pada hakikatnya manusia akan menerima balasan di akhirat berupa hidangan yang luar bisa, yang tidak bisa dilukiskan.

Orang yang berpuasa menjalankan ritual penghambaan dengan menahan lapar dan dahaga serta meninggalkan sebagian kelezatan yang halal. Ketika tujuan dan perhatian utama manusia terfokus pada pemenuhan kebutuhan materi dan kesenangan fana, maka mereka akan melupakan filosofi penciptaan dan tujuan utama penciptaan serta tidak dapat memahami hakikat ketuhanan.

Bulan suci Ramadhan adalah kesempatan untuk berlatih melepaskan diri dari keterikatan duniawi dan mencapai rasa kebebasan, rasa kecukupan, dan spiritualitas. Hakikatnya, puasa satu bulan adalah latihan yang mengajarkan manusia bagaimana membebaskan hati dari belenggu hawa nafsu, menyucikan jiwa, dan mencapai kedekatan dengan Allah Swt.

Rasulullah Saw dalam sebuah hadis bersabda, “Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dan dengan niat mendekatkan diri kepada Allah, menjaga mata, telinga, dan anggota tubuhnya dari perkara haram, bohong, dan ghibah, maka Allah akan mendekatkan dia ke sisi-Nya.”

Shaum berarti menjauhkan diri dari sesuatu, menahan diri, dan mencegah diri. Dalam istilah, shaum bermakna menahan diri dari sesuatu yang dapat membatalkan puasa. Orang yang berpuasa wajib menahan makan dan minum serta hal-hal lain yang membatalkan puasa dengan niat menaati perintah Allah Swt dari terbit fajar sampai waktu magrib. Perlu dicatat bahwa maksud syariat tentang waktu puasa adalah fajar shadiq dan penentuannya diserahkan kepada orang yang menjalaninya.

Perkara puasa telah disinggung dalam beberapa ayat al-Quran. Perintah puasa di bulan Ramadhan dan kewajibannya bagi kaum Muslim disebut pada ayat 183 surat al-Baqarah. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Ada dua poin penting yang bisa diambil dari ayat ini. Pertama, puasa tidak hanya untuk umat Islam, tetapi sudah umum di kalangan Yahudi, Kristen, dan kelompok etnis lainnya. Ketika dihadapkan dengan kesedihan, dan pertobatan, dan mencari keridhaan Tuhan, mereka akan berpuasa. Lewat amalan ini, mereka mengungkapkan kelemahan dan kerendahan hatinya di hadapan Tuhan serta mengakui dosa-dosanya.

Poin kedua, berhubungan dengan masalah takwa dan kabar gembira yang diberikan Allah kepada orang-orang yang berpuasa. Seorang ulama tafsir Syiah, Allamah Hossein Thabathabai dalam kitab tafsirnya, al-Mizan menjelaskan, “Berdasarkan ayat itu, tujuan puasa adalah untuk mencapai takwa. Ketakwaan adalah manfaat yang akan kalian terima. Siapa pun yang ingin terhubung ke alam yang suci dan malakut, serta mencapai derajat tinggi kesempurnaan dan spiritualitas, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mengendalikan tali kekang diri, tidak tenggelam dalam kenikmatan materi dan syahwat secara mutlak, memandang dirinya lebih besar dari sekedar melihat kehidupan materi sebagai tujuan, dan menahan diri dari apapun yang membuatnya melupakan Tuhan. Inilah ketakwaan yang disinggung oleh al-Quran dan ini hanya dapat diraih melalui puasa dan menahan hawa nafsu.”

Bulan Ramadhan dan turunnya al-Quran juga disinggung oleh Allah Swt di ayat 185 surat al-Baqarah. “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...”

Waktu terbaik untuk membaca dan menjalin cinta dengan al-Quran adalah hari-hari di bulan Ramadhan, bulan turunnya kitab suci ini. Al-Quran adalah sebuah hakikat yang diturunkan kepada Rasulullah Saw dengan cara terbaik dan yang paling sempurna. Rahmat Ilahi yang dibawa bersamanya akan terus turun dan cara mendapatkannya adalah dengan membaca al-Quran dan mendekatkan diri kita dengannya.

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya hati ini akan berkarat dan ternodai oleh dosa sama seperti besi yang berkarat, dan hal yang membuatnya (hati) menjadi bening dan menghilangkan noda adalah membaca al-Quran.”

Doa dan munajat kepada Allah Swt akan membuat jiwa manusia bersih dan membawa mereka ke gerbang rahmat Ilahi. Di bulan mulia ini, pintu rahmat Ilahi terbuka untuk siapapun.

Imam Jakfar Shadiq as dalam doanya berkata:

“Ya Allah, sesungguhnya bulan ini adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran dan dijadikan petunjuk bagi manusia, penjelasan dari petunjuk dan pembeda (antara hak dan batil). Bulan Ramadhan telah datang ,maka selamatkan kami di dalamnya, selamatkan ia bagi kami, dan jadikan ia keselamatan bagi kami dalam kemudahan dan keselamatan dari-Mu. Wahai Yang Menerima amal yang sedikit dan mensyukuri yang banyak, terimalah dariku amal yang sedikit

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu, jadikan bagiku jalan pada semua kebaikan, dan penghalang dari semua yang tidak Engkau cintai, wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi. Wahai Yang Memaafkan kesalahanku dan kejelekan yang kusembunyikan. Wahai Yang Tidak menyiksaku karena perbuatan maksiatku, maafkan daku, maafkan daku, maafkan daku wahai Yang Maha Mulia

Tuhanku, Kau sadarkan aku, tapi aku belum juga sadar. Kau halau daku dari larangan-Mu, tapi aku belum juga terhalau, lalu apalagi alasanku, maafkan daku wahai Yang Maha Mulia, maafkan daku, maafkan daku

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kedamaian saat kematian menjemputku, dan maafkan daku saat amalku dihisab. Besar sudah dosa dari hamba-Mu, maka ampuni daku dengan ampunan yang baik dari sisi-Mu wahai Yang Maha Menjaga dan Maha Mengampuni, maafkan daku, maafkan daku

Ya Allah, aku adalah hamba-Mu putera hamba-Mu, lemah dan butuh pada rahmat-Mu. Sementara Engkau Yang Menurunkan kekayaan dan keberkahan pada semua hamba-Mu, Engkau Maha Perkasa dan Maha Kuasa, Engkau menghitung semua amal mereka, Engkau yang membagikan rizki mereka. Engkau ciptakan mereka berbeda-beda dalam bahasa dan kulit dari generasi ke generasi berikutnya. Hamba-Mu tak akan mampu mengetahui semua ilmu-Mu, hamba-Mu tak akan kuasa pada kekuasaan-Mu. Kami semua butuh pada rahmat-Mu, maka jangan palingkan wajah-Mu dariku, jadikan aku tergolong pada hamba-Mu yang shaleh dalam amal dan keinginan, dalam ketetapan dan takdir-Mu

Ya Allah, hidupkan daku dalam kehidupan yang paling baik, dan matikan daku dalam kematian yang terbaik mengikuti para kekasih-Mu dan menjauhi musuh-musuh-Mu, takut dan patuh pada-Mu, memenuhi dan menerima perintah-Mu, membenarkan kitab-Mu dan mengikuti sunnah Rasul-Mu

Ya Allah, semua yang ada dalam hatiku: keraguan, penentangan, keputus-asaan, kesenangan yang berlebihan, kesombongan, keangkuhan ketika mendapat nikmat, prasangka buruk, riya’ atau suka pujian, permusuhan, kemunafikan atau kekufuran, kefasikan atau kemaksiatan, atau kebanggaan, atau sesuatu yang lain yang tidak Engkau ridhai

Aku memohon kepada-Mu, gantikan semua itu dengan keimanan pada janji-Mu, pemenuhan pada perintah-Mu, ridha pada ketentuan-Mu, kehidupan zuhud di dunia, harapan pada yang ada di sisi-Mu, ketenteraman dan taubat yang sebenarnya; aku memohon semua itu kepada-Mu ya Rabbal ‘Alamin

Tuhanku, Engkau dimaksiati karena santun-Mu, Engkau ditaati karena kemuliaan dan kedermawanan-Mu, seolah-olah Engkau tidak pernah dimaksiati olehku dan oleh seluruh penghuni bumi. Maka jadilah Engkau bagi kami Yang Maha Dermawan dengan segala karunia-Mu, Yang Maha Peduli dengan segala kebaikan-Mu, wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi. Semoga shalawat senantiasa tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya, shalawat yang abadi yang tak terhitung jumlahnya dan tak terukur nilainya oleh selain-Mu wahai Yang Maha Pengasih dari semua yang mengasihi.” (RM)

 

اَللّهُمَّ اِنَّ هذَا الشَّهْرَ الْمُبارَکَ الَّذى اُنْزِلَ فیهِ الْقُرآنُ وَجُعِلَ هُدىً لِلنّاسِ وَبَیِّناتٍ مِنَ الْهُدى وَالْفُرْقانِ قَدْ حَضَرَ فَسَلِّمْنا فیهِ وَسَلِّمْهُ لَنا وَتَسَلَّمْهُ مِنّا فى یُسْرٍ مِنْکَ وَعافِیَةٍ یا مَنْ اَخَذَ الْقَلیلَ وَشَکَرَ الْکَثیرَ اِقْبَلْ مِنِّى الْیَسیرَ اَللّهُمَّ اِنّى اَسْئَلُکَ اَنْ تَجْعَلَ لى اِلى کُلِّ خَیْرٍ سَبیلاً وَمِنْ کُلِّ ما لا تُحِبُّ مانِعاً یا اَرْحَمَ الرّاحِمینَ یا مَنْ عَفا عَنّى وَعَمّا خَلَوْتُ بِهِ مِنَ السَّیِّئاتِ یا مَنْ لَمْ یُؤاخِذْنى بِارْتِکابِ الْمَعاصى عَفْوَکَ عَفْوَکَ عَفْوَکَ یاکَریمُ اِلهى وَعَظْتَنى فَلَمْ اَتَّعِظْ وَزَجَرْتَنى عَنْ مَحارِمِکَ فلَمْ اَنْزَجِرْ فَما عُذْرى فَاعْفُ عَنّى یا کَریمُ عَفْوَکَ عَفْوَکَ اَللّهُمَّ اِنّى اَسْئَلُکَ الرّاحَةَ عِنْدَ الْمَوْتِ وَالْعَفْوَ عِنْدَ الْحِسابِ عَظُمَ الذَّنْبُ مِنْ عَبدِکَ فَلْیَحْسُنِ التَّجاوُزُ مِنْ عِنْدِکَ یااَهْلَ التَّقْوى وَیا اَهْلَ الْمَغْفِرَةِ عَفْوَکَ عَفْوَکَ
اَللّهُمَّ اِنّى عَبْدُکَ بْنُ عَبْدِکَ بْنُ اَمَتِکَ ضَعیْفٌ فَقیرٌ اِلى رَحْمَتِکَ وَاَنْتَ مُنْزِلُ الْغِنى والْبَرَکَةِ عَلَى الْعِبادِ قاهِرٌ مُقْتَدِرٌ اَحْصَیْتَ اَعمالَهُمْ وَقَسَمْتَ اَرْزاقَهُمْ وَجَعَلْتَهُمْ مُخْتَلِفَةً اَلْسِنَتُهُمْ وَاَلْوانُهُمْ خَلْقاً مِنْ بَعْدِ خَلْقٍ وَلا یَعْلَمُ الْعِبادُ عِلْمَکَ وَلا یَقْدِرُ الْعِبادُ قَدْرَکَ وَکُلُّنا فَقیرٌ اِلى رَحْمَتِکَ فَلا تَصْرِفْ عَنّى وَجْهَکَ وَاجْعَلْنى مِنْ صالِحى خَلْقِکَ فِى الْعَمَلِ وَالاْمَلِ وَالْقَضاَّءِ وَالْقَدَرِ اَللّهُمَّ اَبْقِنى خَیْرَ الْبَقاَّءِ وَ اَفْنِنى خَیْرَ الْفَناَّءِ عَلى مُوالاةِ اَوْلِیاَّئِکَ وَمُعاداةِ اَعْداَّئِکَ وَ الرَّغْبَةِ اِلَیْکَ وَ الرَّهْبَةِ مِنْکَ وَالْخُشُوعِ وَالْوَفاءِ وَالتَّسْلیمِ لَکَ وَالتَّصْدیقِ بِکِتابِکَ وَاتِّباعِ سُنَّةِ رَسُولِکَ
اَللّهُمَّ ما کانَ فى قَلْبى مِنْ شَکٍّ اَوْ رَیْبَةٍ اَوْ جُحُودٍ اَوْ قُنُوطٍ اَوْ فَرَحٍ اَوْ بَذَخٍ اَوْ بَطَرٍ اَوْ خُیَلاَّءَ اَوْ رِیاَّءٍ اَوْ سُمْعَةٍ اَوْ شِقاقٍ اَوْ نِفاقٍ اَوْ کُفْرٍ اَوْ فُسُوقٍ اَوْ عِصْیانٍ اَوْ عَظَمَةٍ اَوْ شَىءٍ لا تُحِبُّ فَاَسْئَلُکَ یا رَبِّ اَنْ تُبَدِّلَنى مَکانَهُ ایماناً بِوَعْدِکَ وَوَفآءً بِعَهْدِکَ وَرِضاً بِقَضاَّئِکَ وَزُهْداً فِى الدُّنْیا وَرَغْبَةً فیما عِنْدَکَ وَاَثَرَةً وَطُمَاْنینَةً وَتَوْبَةً نَصُوحاً اَسْئَلُکَ ذلِکَ یا رَبَّ الْعالَمینَ اِلهى اَنْتَ مِنْ حِلْمِکَ تُعْصى وَمِنْ کَرَمِکَ وَجُودِکَ تُطاعُ فَکَانَّکَ لَمْ تُعْصَ وَاَنَا وَمَنْ لَمْ یَعْصِکَ سُکّانُ اَرْضِکَ فَکُنْ عَلَیْنا بِالْفَضْلِ جَواداً وَبِالْخَیْرِ عَوّاداً یا اَرْحَمَ الرّاحِمینَ وَصَلَّى اللّهُ عَلى مُحَمَّدٍ وَالِهِ صَلوةً داَّئِمَةً لا تُحْصى وَلا تُعَدُّ وَلا یَقْدِرُ قَدْرَها غَیْرُکَ یا اَرْحَمَ الرّاحمین