Pancaran Cahaya Ramadhan (27)
Kita sekarang berada di penghujung bulan suci Ramadhan; sebuah bulan yang penuh dengan rahmat, berkah, dan ampunan; sebuah bulan yang menyadarkan banyak orang yang lalai dan tenggelam dalam hawa nafsu. Ya, bulan Ramadhan adalah momentum terbaik untuk lebih dekat dengan Allah Swt.
Sebagaimana kita ketahui, kesempurnaan paripurna manusia terletak pada kedekatannya dengan Tuhan. Imam Ali as memohon kepada Allah Swt dalam doa Kumail dengan berkata, “Jadikan aku hamba-Mu yang paling baik nasibnya di sisi-Mu, yang paling dekat kedudukannya dengan-Mu, yang paling istimewa tempatnya di dekat-Mu.”
Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as juga menjadikan kedekatan dengan Tuhan sebagai permintaan tertingginya seraya berkata, “Dan kedekatan dengan-Mu adalah puncak dari permintaanku…” Ia memandang kedekatan dengan Tuhan sebagai satu-satunya jalan untuk menyingkirkan kesedihan dan duka.
Imam Sajjad dalam sebuah doa berkata, “Kehausanku tak akan terpuaskan kecuali dengan menyatu dengan-Mu, api kesedihanku tak akan terpadamkan kecuali dengan perjumpaan dengan-Mu, kerinduanku kepada-Mu tak akan terpenuhi kecuali dengan memandang wajah-Mu, ketenangan hatiku tak akan tercapai selain dengan mendekat kepada-Mu…, kesedihanku tak akan tersirnakan kecuali dengan bertaqarrub kepada-Mu…”
Tentunya kedekatan yang kita bicarakan bukanlah kedekatan ruang dan waktu, dan bahkan bukan bermakna keserupaan dengan Tuhan, karena Dia bukanlah wujud materi yang menempati ruang dan waktu. Dia sepenuhnya terbebas dari ruang dan waktu.
Derajat manusia akan bertambah tinggi dengan melakukan perbuatan baik yang lahir dari iman dan ketakwaannya, hakikat wujudnya akan berkembang dan mencapai derajat yang lebih tinggi. Puasa adalah sarana terbaik untuk mencapai kedekatan spiritual dengan Allah Swt.
Fiqih Puasa
Fidyah (mengganti/menebus) adalah utang yang harus dibayar oleh orang yang diperbolehkan meninggalkan puasa. Fidyah ini harus dibayar sesuai dengan jumlah hari yang ditinggalkan oleh seseorang.
Orang-orang yang harus membayar fidyah adalah: 1) Orang tua renta yang kesulitan untuk berpuasa. 2) Orang sakit parah yang tidak mungkin menahan dahaga dan berat jika harus berpuasa. 3) Ibu hamil yang kelahiran bayinya sudah dekat. 4) Ibu menyusui yang mengkhawatirkan kondisi bayinya jika berpuasa. 5) Orang sakit dan tidak kunjung sembuh sampai bertemu Ramadhan tahun berikutnya.
Fidyah yang harus dibayar oleh seseorang sebesar 1 mud gandum (kira-kira 675 gram) dan makanan ini diberikan kepada orang miskin.
Kajian tentang fidyah sangat luas dan mencakup banyak masalah lain. Sebagai contoh, seorang wanita hamil yang mengkhawatirkan kondisi janinnya, ia harus membatalkan puasanya dan membayar fidyah setiap hari serta mengganti puasa yang telah lewat di kemudian hari.
Ibu menyusui yang mengkhawatirkan kondisi bayinya dengan alasan ASI-nya berkurang atau mengering jika berpuasa, ia harus membatalkan puasanya dan membayar fidyah setiap hari serta mengganti puasanya di kemudian hari.
Orang yang tidak berpuasa selama Ramadhan karena sakit dan penyakitnya tak kunjung sembuh hingga Ramadhan tahun berikutnya, ia tidak perlu mengqadha puasa yang telah lewat, tetapi wajib membayar fidyah setiap harinya.
Seorang wanita yang tidak mampu berpuasa karena sakit dan juga tidak mampu menggantinya hingga Ramadhan tahun depan karena tidak kunjung sembuh, ia wajib membayar fidyah dan suaminya tidak memikul tanggungan apapun.
Seorang wanita yang tidak berpuasa Ramadhan selama dua tahun berturut-turut karena uzur syar’i, jika uzur ini karena kekhawatirannya pada kondisi janinnya atau anaknya, maka ia wajib mengqadha puasa yang telah lewat dan membayar fidyah. Jika qadha ini ditunda sampai bertemu Ramadhan tahun berikutnya tanpa uzur syar’i, maka selain punya tanggungan qadha puasa dan fidyah, ia juga wajib membayar kafarat atas penundaan ini.
Namun, jika puasa berbahaya untuk kondisi kesehatannya sendiri dan ia juga tidak mampu mengganti puasa yang telah lewat sampai Ramadhan tahun berikutnya, di sini ia cukup membayar fidyah setiap harinya.
Doa dan Munajat
Tentu ada banyak rahasia di balik turunnya al-Quran dan kewajiban puasa dalam satu bulan, tetapi cukup untuk kita ketahui bahwa al-Quran adalah salah satu tanda terbesar dari rububiyah Allah, sementara puasa adalah tanda terbesar dari penghambaan manusia.
Allah Swt memilih waktu istimewa ini (Ramadhan) untuk menurunkan tanda terbesar dari rububiyah-Nya. Dengan demikian, kita juga harus mempersembahkan bentuk penghambaan tertinggi kepada-Nya sebagai rasa syukur atas hadiah ini (al-Quran dan bulan Ramadhan). Mensyukuri nikmat merupakan sebuah kewajiban bagi manusia.
Puasa diwajibkan supaya tidak ada hamba yang pergi dari dunia ini tanpa mengucapkan rasa syukur atas nikmat besar tersebut. Puasa bukan sekedar tidak makan atau minum, tetapi puasa adalah sebuah latihan supaya manusia menjaga lisannya dari perbuatan haram; tidak menggunjing, tidak berbohong, tidak mencela, dan lain-lain, serta tidak makan berlebihan dan menjaga keseimbangan dalam ucapan dan tindakan. Ini semua adalah cara terbaik untuk menuju kesempurnaan.
Alangkah indahnya jika puasa Ramadhan disempurnakan dengan membaca al-Quran, dan menghiasi lisan, hati, dan pikiran kita dengan kalam Ilahi. Membaca satu ayat al-Quran di bulan ini setara dengan mengkhatamkan al-Quran di bulan lain, dan bertadabbur satu jam pada ayat-ayat Ilahi lebih baik daripada ibadah seribu tahun.
Untuk itu, kita perlu meminta pertolongan kepada Allah Swt agar membantu kita untuk menjalankan amal ibadah ini. Berikut kami hadirkan sebuah doa agar kita mendapat pertolongan-Nya dalam menjalankan ibadah. (Doa malam ke-28 Ramadhan)
یَا خَازِنَ اللَّیْلِ فِی الْهَوَاءِ وَ خَازِنَ النُّورِ فِی السَّمَاءِ وَ مَانِعَ السَّمَاءِ أَنْ تَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ وَ حَابِسَهُمَا أَنْ تَزُولاَ یَا عَلِیمُ یَا عَظِیمُ یَا غَفُورُ یَا دَائِمُ یَا اللَّهُ یَا وَارِثُ یَا بَاعِثَ مَنْ فِی الْقُبُورِ یَا اللَّهُ یَا اللَّهُ یَا اللَّهُ لَکَ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَ الْأَمْثَالُ الْعُلْیَا وَ الْکِبْرِیَاءُ وَ الْآلاَءُ أَسْأَلُکَ أَنْ تُصَلِّیَ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَ أَنْ تَجْعَلَ اسْمِی فِی هَذِهِ اللَّیْلَةِ فِی السُّعَدَاءِ وَ رُوحِی مَعَ الشُّهَدَاءِ وَ إِحْسَانِی فِی عِلِّیِّینَ وَ إِسَاءَتِی مَغْفُورَةً وَ أَنْ تَهَبَ لِی یَقِیناً تُبَاشِرُ بِهِ قَلْبِی وَ إِیمَاناً یُذْهِبُ الشَّکَّ عَنِّی وَ تُرْضِیَنِی بِمَا قَسَمْتَ لِی وَ آتِنَا فِی الدُّنْیَا حَسَنَةً وَ فِی الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ الْحَرِیقِ وَ ارْزُقْنِی فِیهَا ذِکْرَکَ وَ شُکْرَکَ وَ الرَّغْبَةَ إِلَیْکَ وَ الْإِنَابَةَ وَ التَّوْبَةَ وَ التَّوْفِیقَ لِمَا وَفَّقْتَ لَهُ مُحَمَّداً وَ آلَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَیْهِ وَ عَلَیْهِمْ
“Wahai yang Menyimpan malam di angkasa, yang Menyimpan cahaya di langit, Yang Mencegah langit sehingga tidak runtuh menimpa bumi kecuali dengan izin-Nya, dan yang Menahan keduanya sehingga tidak musnah. Wahai yang Maha Mengetahui, wahai yang Maha Agung, wahai yang Maha Abadi, ya Allah, wahai Pewaris, wahai Pembangkit semua yang berada di alam kubur, ya Allah, ya Allah, ya Allah, hanya bagi-Mu asma-asma yang baik, seluruh perumpamaan yang tinggi, kebesaran, dan karunia. Aku mohon kepada-Mu agar Kaucurahkan shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad, menjadikan namaku di malam ini di antara orang-orang yang berbahagia, ruhku bersama para syahid, kebaikanku di surga ‘Illiyin, dan kejelekanku terampuni, menganugerahkan padaku keyakinan yang dengannya Kauawasi kalbuku dan keimanan yang dapat menyirnakan keraguan dariku, dan merelakanku terhadap apa yang telah Kautentukan bagiku. Berikanlah pada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, lindungilah kami dari siksa api neraka yang membakar, dan anugerahkanlah padaku di malam ini untuk mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, merindukan-Mu, kembali pada-Mu, bertaubat, dan taufik (untuk menggapai) apa yang (telah digapai oleh) Muhammad dan keluarga Muhammad dengan taufik-Mu.” (RM)