Dunia Islam dan Hipokritas Arab Saudi
(last modified Sat, 09 Jul 2016 03:07:41 GMT )
Jul 09, 2016 10:07 Asia/Jakarta

Perilaku dan sikap para penguasa Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir telah mengingatkan masyarakat Muslim pada tindak tanduk kaum munafik di permulaan Islam; tindakan yang tidak sejalan dengan citra sebuah negara Muslim. Jika melihat sekilas pada kinerja Saudi terutama dalam dua tahun terakhir, masyarakat akan berkesimpulan bahwa Al Saud adalah munafikin baru di Dunia Islam, yang meniru perilaku orang-orang munafik pada masa Rasulullah Saw.

Al-Quran memperkenalkan munafikin sebagai orang-orang yang berpura-pura Islam, tetapi hatinya tidak meyakini Islam dan perkara ini tampak jelas dari perilaku dan tindak tanduk mereka. Pada ayat pertama surat al-Munafiqun disebutkan, "Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata, "Kami mengakui bahwa sesungguhnya engkau benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta."

Identitas orang-orang munafik akan tersingkap ketika berurusan dengan kepentingan dan maslahatnya. Rasulullah Saw selalu menyeru kaum Muslim untuk bersatu dan memandang sama terhadap mereka yang memberi kesaksian atas Keesaan Tuhan dan risalah Rasul-Nya. Beliau melakukan upaya besar-besaran untuk menjaga dan memperkuat persatuan umat Islam.

Di pihak lain, munafikin menganggap persatuan dan kesatuan kaum Muslim akan merugikan mereka dan bersama musuh-musuh Islam, berusaha untuk memecah belah barisan kaum Muslim dan menghasut sesama saudara.

Saat ini, rezim Saudi bertindak sedemikian rupa seolah tugas besar mereka di Dunia Islam adalah menciptakan perpecahan dan pertikaian di antara Muslim. Para pejabat dan media-media Saudi diam-diam dan terang-terangan menabur benih perpecahan di negara-negara Islam dan dalam hal ini, mereka lebih fokus pada konflik sektarian dan perbedaan mazhab.

Wahabisme – sebagai aliran yang kaku dan sesat yang diadopsi oleh rezim Saudi – selalu menciptakan perpecahan antara pengikut Syiah dan Sunni sehingga tidak terwujud iklim yang aman dan damai di negara-negara Islam. Para ulama Wahabi bahkan menghalalkan darah Muslim Syiah sehingga terjadi pertumpahan darah yang lebih besar.

Namun, permusuhan mereka tidak hanya terbatas pada Syiah, Wahabi juga memandang dirinya lebih unggul di hadapan mazhab-mazhab lain Sunni. Corong-corong propaganda Saudi dengan penuh kepalsuan, juga memperkenalkan rezim Al Saud sebagai pembela persatuan Muslim. Orang-orang yang gencar mengkritik Wahabi, mereka akan menghadapi tekanan dan bahkan perlakuan kasar Al Saud.

Rezim Al Saud semakin gencar mengobarkan perpecahan selama beberapa tahun terakhir dan Arab Saudi berupaya maksimal menciptakan perang saudara di Irak, Suriah, Libya, dan Afghanistan. Kerajaan Saudi tidak menutupi intervensinya dalam membunuh rakyat Suriah serta mendesak penggulingan presiden sah Suriah, Bashar al-Assad dan penegakan demokrasi di negara itu. Padahal, Arab Saudi sendiri tidak memiliki demokrasi dan pemilu yang bebas dan menjalankan sistem monarki otoriter.

Kontradiksi dalam ucapan dan perilaku Al Saud mengingatkan orang-orang pada ayat 11 dan 12 surat al-Baqarah tentang munafikin. Allah Swt berfirman, "Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi." Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar."

Para teroris dukungan Arab Saudi sejauh ini telah membunuh ribuan orang tak berdosa di Suriah dan Irak dan menghancurkan sarana infrastruktur demi memenuhi kepentingan ilegal rezim tersebut dan sekutunya. Rezim Saudi juga menghasut konflik dan pertikaian di Mesir, Pakistan, Bahrain, dan negara-negara Islam lainnya melalui campur tangan ilegal.

Para penguasa Saudi tidak hanya mengerahkan anasir takfirinya untuk mengacaukan negara-negara Islam, tetapi militer mereka juga terlibat langsung dalam perang Yaman dan sedang membantai rakyat di negara itu. Ribuan warga sipil Yaman menjadi korban keserakahan Al Saud dan memusnahkan infrastruktur negara tersebut.

Pemboman Yaman benar-benar sangat tragis dan mengerikan sehingga PBB pada 2 Juni 2016 memasukkan koalisi militer pimpinan Saudi ke dalam daftar hitam pelaku pelanggaran hak anak-anak Yaman. Akan tetapi, nama Arab Saudi kemudian dihapus dari daftar hitam PBB setelah mengancam akan menghentikan bantuan finansialnya. Peristiwa ini menciptakan skandal bagi Al Saud dan PBB.

Kerajaan Saudi juga mengambil pendekatan yang sama terkait tudingan keterlibatannya dalam serangan 11 September 2001. Mereka mengancam akan menarik asetnya dari Amerika Serikat jika dokumen keterlibatan Saudi dirilis ke publik.

Salah satu karakteristik munafikin pada era permulaan Islam adalah tidak memerangi musuh dan membujuk masyarakat Muslim agar tidak pergi ke medan jihad. Mereka kadang bersama kaum musyrik dan Yahudi menyusun konspirasi terhadap Muslim. Arab Saudi meskipun sudah memborong perlengkapan militer, sama sekali tidak menindak rezim Zionis Israel dan hanya berpura-pura memusuhi Israel.

Sejumlah laporan dalam beberapa bulan terakhir bahkan mengabarkan kerjasama dekat antara Riyadh dan Tel Aviv untuk melawan negara-negara Islam pro-resistensi seperti, Iran dan Suriah.

Dari sisi lain Al Saud merupakan sekutu dekat AS. Permusuhan Washington dengan Dunia Islam sudah terbukti berkali-kali dan militer Amerika sejauh ini telah melakukan serangan dan menduduki beberapa negara Islam. Washington juga merupakan pendukung penuh Tel Aviv dalam menjajah Palestina dan membunuh rakyat tertindasnya. Oleh karena itu, persahabatan Saudi dan AS – sebagai syaitan besar dan musuh umat Islam – tidak memiliki justifikasi selain hipokritas Al Saud.

Dalam hal ini, surat an-Nisa ayat 138 dan 139 menyebutkan, "Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan milik Allah."

Pemerintah AS memiliki pengaruh yang sangat besar di Kerajaan Saudi, di mana Abang Sam dapat mengintervensi penunjukan untuk pos-pos kunci Al Saud. Sebagai contoh, Deputi Putra Mahkota Saudi dan Menteri Pertahanan, Mohammed bin Salman baru-baru ini mengunjungi AS untuk memperkuat posisinya dan berkoordinasi dengan Gedung Putih dalam kebijakan intervensif mereka di Dunia Islam.

Munafikin tidak memiliki keyakinan yang benar dan keimanan mereka goyah. Berkenaan dengan sifat-sifat mereka, al-Quran berfirman, "Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya." (An-Nisa:143)

Wahabisme yang dianut Al Saud, senantiasa menyebarkan kejumudan dan kekerasan di Dunia Islam. Rezim Saudi meskipun menyebarkan ajaran Wahabi untuk menciptakan pertikaian dan konflik di negara-negara Islam, tapi para penguasa Saudi sendiri tidak begitu berkomitmen dengan ajaran tersebut. Para anggota keluarga Kerajaan lebih memilih hidup mewah dan berpesta pora. Mereka lebih senang mengoleksi barang-barang mewah produksi Barat dan memilih liburan ke negara-negara Eropa. Raja Salman bin Abdulaziz dalam liburannya ke Perancis bahkan meminta pantai ditutup untuk publik.

Al Saud ingin dianggap sebagai pemimpin Dunia Islam dan pelayan dua tempat suci (Khadim al-Haramain asy-Syarifain), namun semua orang tahu bahwa mereka tidak memiliki kepatutan dan kemampuan untuk memikul tanggung jawab besar ini. Kecorobohan Al Saud selama musim haji 2015 membuat ribuan jamaah gugur di Tanah Suci. Di tahun-tahun sebelumnya, para jamaah haji juga kehilangan nyawanya karena manajemen yang buruk.

Pada 2016, Kerajaan Saudi melarang warga Iran, Suriah, dan Yaman untuk naik haji karena persoalan-persoalan politik, dan juga menerapkan batasan tertentu untuk negara-negara lain. Al Saud menggunakan kongres haji sebagai alat untuk menekan pihak-pihak yang menentang kebijakan jahat mereka.

Para penguasa Saudi ingin memaksakan kebijakan ekspansifnya di Dunia Islam dan siap melakukan aksi-aksi ilegal demi mencapai ambisinya. Namun, perilaku hipokritas ini pada akhirnya akan gagal, seperti nasib munafikin pada permulaan Islam yang terpaksa harus menerima kemenangan kaum Muslim dan penyebaran ajaran Islam. Kaum Muslim perlu bersatu, memiliki kearifan, serta melawan musuh dan munafikin. (RM)