Idul Fitri, Hari Pembaruan dan Perubahan Manusia (2)
Idul Fitri adalah perjamuan ilahi yang mengundang para hamba-Nya yang telah mendekat kepada-Nya selama sebulan dengan beribadah penuh keikhlasan dan memberikan pahala atas ketaatan mereka.
Fitri dari kata Fathara yang secara bahasa berarti berbuka puasa. Hari pertama bulan Syawal disebut Idul Fitri dikarena pada hari ini kewajiban tidak makan dan minum selama sebulan sudah tidak ada lagi dan diminta dari orang-orang mukmin untuk tidak berpuasa dan makan. Idul Fitri yang merupakan salah satu hari raya umat Islam memiliki aturan dan ibadah tersendiri seperti melaksanakan shalat Idul Fitri dan membayar zakat Fitrah kepada orang miskin yang dilakukan oleh semua umat Islam di mana pun berada.
Idul Fitri dimulai dengan dua tautan lama dan membangun. Satu tautan dengan Allah Swt Sang Pencipta dengan melaksanakan shalat dan kedua dengan membayar zakat Fitrah yang merupakan tautan dengan orang-orang miskin. Shalat Idul Fitri pada umumnya dilaksanakan di masjid-masjid dan masyarakat bersyukur kepada Allah telah diberikan kesempatan untuk melakukan ibadah selama sebulan penuh di bulan Ramadhan sehingga menjadi lebih dekat kepada-Nya dan memperkuat persatuan dan solidaritasnya dengan yang lain. Selain itu, umat Islam juga harus menyisihkan sejumlah uang untuk orang miskin di hari itu yang disebut dengan zakat Fitrah. Dengan demikian, orang-orang mukmin yang telah meminimalisir kecenderungannya kepada materi di bulan Ramadhan, dengan membayar zakat Fitrah berarti ia telah menyempurnakan puasanya.
Umat Islam biasanya sama melaksanakan amalan hari raya Idul Fitri. Namun, dikarenakan keragaman budaya di antara umat Islam di pelbagai negara, cara pelasakanaan dan kegembiraan yang terpancar dari mereka itu berbeda. Pertama kita akan menjelaskan mengenai amalan dan kebiasaan yang terjadi di Iran dalam memperingati Idul Fitri yang jamak dilakukan di sejumlah daerah di Iran dan setelah itu melihat kebiasaan yang dilakukan umat Islam di negara-negara yang lain.
Masyarat di desa dan kota Iran sama seperti umat Islam lainnya di dunia merayakan Idul Fitri dengan budayanya dengan megah.
Menyambut Idul Fitri adalah budaya pertama dan kebiasaan yang telah ada sejak lama, dimana biasanya mulai dilakukan di pekan terakhir bulan Ramadhan. Warga Abadan dan Khorramshahr yang terletak di selatan Iran di akhir pekan bulan Ramadhan mulai membersihkan rumahnnya dan membeli kue-kue, kacang-kacangan dan pakaian baru dari pasar.Sementara di Birjan yang terletak di timur Iran menyalakan lampu-lampu di depan pintu masjid dan lorong-lorong gang dan rumah mereka untuk menyambut Idul Fitri. Di hari-hari terakhir bulan Ramadhan, sebagian rakyat Golpayegan yang berada di tengah Iran memiliki kebiasaan melihat pada bejana yang berisi air yang berada di tangannya untuk merukyat bulan dan sebagian dari para wanita memakai pakaian berwarna putih saat merukyat bulan yang diberinama Pachin yang berarti kesucian.
Ketika berhasil merukyat bulan Syawal, orang-orang mukmin yang berpuasa melakukan perpisahan dengan bulan Ramadhan dan saling menyampaikan selamat atas datangnya Idul Fitri. Di hari Idul Fitri mereka melakukan shalat dan setelah itu saling berkunjung ke rumah-rumah untuk mengucapkan selamat. Tuan rumah akan menyambut mereka dengan kue-kue. Di kawasan lama kota Tehran, ibukota Iran sudah menjadi kebiasaan mereka membuat manisan halwa yang diberi nama Kachi dan anak-anak membawanya ke rumah-rumah tetangga dan familinya dan mereka akan diberi hadiah oleh tuan rumah yang diantarkan halwa tersebut. Masyarakat Mashad juga menyiapkan makanan khusus bernama Yakhmi yang dibuat dari beras dan daging.
Idul Fitri merupakan hari raya terbesar nasional dan keagamaan umat Islam yang tinggal di Asia Tenggara. Di kawasan ini, khususnya Malaysia mengenal Idul Fitri sebagai hari raya utama umat Islam, sehingga dikarenakan Idul Fitri aktivitas secara nasional diliburkan selama sepekan. Idul Fitri dalam bahasa Malaysia adalah Hari Raya yang berarti hari besar.
Umat Islam di Malaysia di malam Idul Fitri berkumpul di masjid-masjid dan setelah diumumkan secara resmi, mereka mengumandangkan Takbir, sehingga suara Allahu Akbar terdengar di mana-mana. Warga Malaysia pada hari Idul Fitri berkumpul di masjid dan musala lalu melaksanakan shalat Idul Fitri. Setelah shalat, mereka menggunakan pakaian adatnya untuk melakukan saling kunjung ke sanak faili sambil mengucapkan selamat Idul Fitri. Ungkapan selamat Idul Fitri biasanya disampaikan dengan Selamat Hari Raya.
Salah satu kebiasaan dan telah menjadi budaya yang lama di antara warga Malaysia di hari Idul Fitri adalah menyelenggarakan acara dan perjamuan yang disebut Open House. Acara ini biasanya dilakukan oleh mereka yang memiliki kemampuan finansial atau para pejabat pemerintah. Mereka yang menyelenggarakan Open House biasanya tetap berada di rumah dan menjamu para tamu dengan berbagai kue dan hidangan makanan serta saling mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri.
Rumah perdana menteri Malaysia di hari ini terbuka bagi masyarakat dan para tamu melewati kegembiraan hari ini di rumahnya. Melakukan perjalan di hari libur Idul Fitri sering dilakukan dan mereka biasanya pergi ke kampung halamannya untuk bertemu dengan sanak famili dan tokoh masyarakat di sana. Idul Fitri di Malaysia bukan hanya hari raya agama Islam, tapi juga hari raya nasional dan seluruh warga Malaysia keturunan Cina dan pengikut agama lainnya ikut dalam kegembiraan Idul Fitri.
Sementara di negara-negara Arab, Idul Fitri juga punya ciri khas. Warga Tunisia biasanya empat hari menjelang Idul Fitri sudah libur dan sejak beberapa hari sebelumnya telah mempersiapkan diri untuk menyambut Idul Fitri. Di hari Idul Fitri, masyarakat mengunjungi orang tua dan tokoh masyarakat dan hampir semua menggunakan pakaian tradisional.
Pagi hari Idul Fitri, orang-orang laki melakukan shalat hari raya di masjid dan yang wanita tetap di dirumah dan mempersiapkan acara kegembiraan. Berbagai hidangan sudah tersedia seperti Baklava, Makroudh dan Samsa yang dibuat oleh para wanita Tunisia di rumah mereka yang dibagikan kepada anggota famili dan teman-temannya.
Keluarga-keluarga Tunisia di hari ini sangat memperhatikan anak-anaknya, sehingga selain Idul Fitri, hari ini juga disebut Idul Shaghir yang berarti hari raya anak-anak. Mereka meyakini bahwa hari raya ini diperuntukkan bagi anak-anak dan menjadi sarana untuk mendekatkan dan memperkenalkan mereka akan agama Islam. Keluarga Tunisia membelikan baju baru untuk anak-anak dan mainan serta di hari Idul Fitri memberi mereka uang. Warga Tunisia yang memiliki toko dan pedagang di hari Idul Fitri bukan saja tidak menaikkan harga-harga, tapi sebisa mungkin memberikan diskon agar pembeli keluar dengan tangan penuh dari tokonya. Mereka menyebut perilakunya ini sebagai bentuk solidaritas Islam atau al-Ukhuwah al-Islamiay, persaudaraan Islam.
Negara Bosnia dan Herzegovina terletak di tenggara Eropa. Ada tiga etnis yang hidup dinegara ini; Muslim, Serbia dan Kroasia. Idul Fitri di tengah-tengah masyarakat Bosnia sangat penting dan termasuk hari besar mereka. Di negara ini, sebelum tiba hari Idul Fitri, orang-orang laki bertugas mempersiapkan segala keperluan untuk har ini dan setelah itu anggota keluarga bersama-sama membersihkan rumah lalu memasak makanan khusus untuk hari ini. Salah satu kue khusus yang disiapkan umat Islam Bosnia adalah makanan penutup bernama Tufahija yang dibuat dari apel yang diparut dan ditambahkan gula dan walnut.
Setelah hari Idul Fitri diumumkan, umat Islam negara ini semua memakai baju baru dan laki-laki pergi ke masjid-masjid untuk melaksanakan shalat berjamaah Idul Fitri. Sekembalinya mereka dari shalat Idul Fitri, semua anggota keluarga saling mengucapkan selamat Idul Fitri. Biasanya mereka punya istilah bahwa ayah yang membawa Idul Fitri ke rumah. Karena ucapan selamat Idul Fitri dimulai dengan masuknya ayah ke rumah.
Setelah itu, Idul Fitri dimulai dengan mengunjungi orang tua atau yang dituakan. Saling mengunjungi ini terus berlanjut dengan hidangan kopi, kue-kue dan berbagai minuman lainnya disertai buah-buahan, lalu mereka akan saling berbicara tentang beragam tema yang diinginkan.
Anak-anak kecil Bosnia tidak ketinggalan dalam acara kegembiraan memperingati Idul Fitri. Mereka bertemu dan berencana untuk mengunjungi satu rumah ke rumah lainnya untuk menemui orang yang lebih tua. Tuan rumah yang didatangi telah mempersiapkan beragam permen, coklat dan kue-kue untuk menjamu tamu-tamu kecilnya. Dengan senyuman dan kegembiraan mereka menyambut tamu-tamu kecilnya, sehingga memori terindah tentang Idul Fitri tertancap di benak mereka dan tidak akan terlupakan.