Memperingati Hari Ghadir, Hari Pengangkatan Ali Memimpin Umat Islam
(last modified Sun, 18 Aug 2019 15:37:43 GMT )
Aug 18, 2019 22:37 Asia/Jakarta
  • Hadis Ghadir Khum
    Hadis Ghadir Khum

"Sesungguhnya aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka yang jika kalian mengambil (mengikuti) keduanya kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, (yaitu) Kitab Allah Swt dan Ahlulbaitku dari keturunanku (itrahku), dan sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah, sampai keduanya menemuiku di tepi telaga (al-Haudh)."

Hari berganti hari. Sebelumnya adalah hari Arafah, hari dimana pintu mengenal diri terbuka bagi pencari untuk mengetahuinya lalu dengan cepat menjauh dari pandangan. Kemudian datang Idul Adha dan semua yang telah menjadi "Ismail" telah meneguk makrifat Arafah dan kini menuju tempat sembelihan cinta dan pengorbanan, sehingga dapat mengorbankan egonya. Hari ini, mereka yang telah berkorban sedang mengarah pada Ghadir dengan ikhlas. Ghadir merupakan telaga yang memiliki hubungan sangat erat dengan mata air Kautsar.

Suara "Labbaik, Allahumma Labbaik" Ya Allah, aku siap, siap menerima perintah, telah memenuhi seluruh ruang di antara bumi dan langit Mekah. Ribuan orang mengulangi panggilan malakuti Nabi Muhammad Saw. "Ya Allah! Aku menghadap-Mu dan mengikuti ajakan dan panggilan-Mu. Terkabulkan setelah mengabulkan, Engkau tidak memiliki sekutu. Aku menghadap-Mu dan tinggal di tempat penghambaan-Mu. Semua pujianku khusus untuk-Mu. Semua nikmat dan kerajaan alam adalah milik-Mu. Engkau tidak memiliki sekutu dan aku memenuhi panggilan-Mu."

Nabi Muhammad Saw di akhir bulan Zulkaidah bersama para sahabat dan Ahlulbaitnya disertai banyak masyarakat meninggalkan Madinah menuju Mekah untuk menunaikan manasik haji. Perjalanan besar ini menampilkan hasil-hasil besar dan upaya Nabi Saw dalam beberapa tahun, dimana beliau berusaha dengan ikhlas mengorbankan jiwa, harta dan kehidupannya di jalan mewujudkan cita-cita Islam dan perintah ilahi serta menyampaikan pesan-pesan ilahi kepada seluruh umat manusia.

Rasulullah Saw dalam perjalanan ini juga menyinggung dirinya telah mendekati ajalnya. Nabi Muhammad Saw gembira mengetahui dirinya akan segera menemui Zat Yang Dicintainya, tapi pada saat yang sama mengkhawatirkan umatnya. Jangan sampai mereka bernasib sama dengan Bani Israil, ketika dirinya sudah tidak berada bersama mereka, kaumnya kembali mengikuti cara Jahiliah. Karenanya, beliau memanfaatkan segala kesempatan dan menasihati mereka. Sebelum sampai di Arafah, di sebuah daerah bernama Namirah, beliau melaksanakan shalat Zuhur dan Ashr secara berjamaah.

Setelah selesai shalat, beliau memandang para sahabat. Gurun pasir yang dipakai shalat penuh dengan manusia. Nabi Saw kemudian membacakan pujian kepada Allah lalu melanjutkan pidatonya demikian:

"Wahai manusia! Dengarkan ucapanku. Karena aku tidak tahu, mungkin setelah tahun ini, kalian tidak akan melihatku dalam kondisi ini. Wahai manusia! Setelah aku, jangan kalian kembali pada kekafiran sebelumnya, jahiliah yang membuatmu sesat dan menyesatkan. Sesungguhnya aku benar-benar di antara kalian telah meninggal dua pusaka yang berharga sebagai khalifah, dimana selama kalian berpegangan kepada keduanya, kalian tidak akan tersesat; Kitab Allah Swt dan Itrahku, Ahlulbaitku."

Kemudian Rasulullah Saw bertanya kepada mereka, "Apakah saya telah menyampaikan pesanku kepada kalian dan telah mendakwahkan agama Allah?"

Mereka semua menjawab, "Iya."

Rasulullah berkata, "Ya Allah! Engkau menjadi saksi!" Setelah itu beliau berkata, "Sesungguhnya kalian bertanggung jawab. Karenanya wajib bagi kalian yang hadir untuk menyampaikannya kepada yang tidak hadir."

Setelah itu, beliau berjalan menuju Arafah dan berhenti di sana, sehingga matahari terbenam dan mengisi waktunya dengan doa dan zikir.

Masjid Namirah

Nabi Muhammad Saw memanfaatkan Haji Wada' atau haji perpisahan sebagai kesempatan yang tidak terulang dan tidak tergantikan untuk menyampaikan suara kebenaran. Beliau di hari-hari terakhir dari Ayyam al-Tasyriq, 13 Dzulhijjah, mengumpulkan umat di masjid Khaif dan setelah menunaikan shalat, beliau kembali berpidato. Salah satu tema pembicaraan beliau berhubungan dengan kabilah. Warga Arab hidup berdasarkan hubungan kesukuan dan di antara mereka ada aturan yang berlandaskan kefanatikan dan kejahiliahan, sehingga hanya dikarenakan ada seorang terbunuh, selama puluhan tahun dua kabilah berperang dan bermusuhan. Nabi Saw berusaha mencerabut kebiasaan ini dan dalam pidatonya mengatakan, "Ketahuilah bahwa setiap harta, kebanggaan dan darah yang ada di masa Jahiliah telah aku injak di bawah dua kakiku dan membatalkannya."

Dengan cara itu, Nabi Saw ingin mengakhiri kedengkian dan permusuhan yang ada sejak lama. Setelah itu, beliau menyinggung soal upaya menjaga persaudaraan islami dan berkata, "Setiap muslim bersaudara dengan muslim lainnya dan umat Islam bersatu dalam menghadapi pihak lain."

Setelah berhijrah dari Mekah ke Madinah, Nabi Saw melakukan akad ukhuwah di antara Muhajirin dan Anshar, tapi hari ini, penekanan Nabi akan ukhuwah Islam berbeda dengan kondisi sebelumnya dan memiliki tujuan lebih dari sekadar solidaritas di antara umat Islam; ada dimensi luar dan dalam menghadapi musuh dan juga dimensi dalam! Di akhir pidatonya beliau kembali menyinggung akan hadis Tsaqalain dan menunjukkan dua jari yang bersisian lalu mengingatkan bahwa sebagaimana dua jari saya tidak dapat dipisahkan, Kitab Allah dan Itrahku juga tidak dapat dipisahkan, sehingga keduanya menemuiku di telaga.(al-Haudh).

Ibadah haji telah berakhir dan Nabi Muhammad Saw kembali menuju Madinah, sementara umat berkumpul untuk mengantarkan beliau. Selain mereka yang tinggal di Mekah, semua bergabung dengan beliau. Ketika karavan tiba di daerah Kura' al-Ghamim, daerah dimana Ghadir Khum berada, malaikat Jibril datang dan meminta Nabi menghentikan perjalanannya. Nabi Saw kemudia berkata, "Wahai manusia! Jawablah penyeru kepada Allah dan sesungguhnya aku adalah Rasulullah."

Rombongan terkejut karena tiba-tiba mereka harus berhenti di daerah yang tidak ada air. Pada waktu itu terdengar suara azan di seluruh gurun dan suara takbir muazzin meninggi, sehingga umat Islam mulai menyiapkan dirinya untuk melaksanakan shalat Zuhur. Nabi Saw melaksanakan shalat Zuhur berjamaah dengan jumlah jamaah yang sangat banyak dan belum pernah terjadi sebelumnya di daerah ini. Selesai shalat, Nabi Saw berjalan di tengah umat dan membuat mimbar tinggi yang terdiri dari empat onta. Dengan suara tinggi beliau berkata:

"Segala pujian milik Allah. Saya memohon bantuan kepada-Nya, percaya kepada-Nya dan bertawakal kepada-Nya. Saya berlindung dari kejahatan hawa nafsu buruknya perbuatan kita dan selain-Nya mengajak pada kesesatan. Allah yang ketika memberi hidayah seseorang, tidak ada yang dapat menyesatkannya. Kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasulullah. Wahai manusia! Waktunya sudah dekat bagiku untuk menyambut undangan Hak dan saya akan pergi dari kalian. Aku bertanggung jawab, begitu juga kalian. Apa yang kalian pikirkan tentang aku?"

Semua menjawab, "Kami bersaksi bahwa engkau telah mendakwahkan agama Allah dan engkau selalu menginginkan kebaikan kami. Engkau telah menyampaikan nasihat dan telah berusaha keras di jalan ini. Semoga Allah memberikan pahala kebaikan untukmu."

Ketika keadaan mulai tenang lagi, Nabi Muhammad Saw berkata, "Apakah kalian tidak mau bersaksi bahwa tidak ada tuhan Selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan nabi Allah? Surga, neraka dan kematian adalah kebenaran serta hari kebangkitan tidak diragukan akan terjadi dan Allah akan membangkitkan manusia yang telah mati dan tersembunyi di dalam tanah?"

Umat Islam berkata, "Iya. Benar. Kami bersaksi."

Nabi Muhammad Saw kemudian melanjutkan, "Sesungguhnya aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua pusaka. Bagaimana kalian akan memperlakukannya?"

Seseorang berdiri dan bertanya, "Apa yang dimaksud dengandua pusaka ini?"

Nabi Muhammad Saw berkata, "Pertama, Kitab Allah Swt yang satunya ada di sisi Allah dan satunya lagi di tangan kalian. Cengkeram dengan kuat Kitab Allah agar kalian tidak tersesat. Dan yang kedua adalah Itrah atau Ahlulbatiku. Tuhanku mengabarkanku bahwa dua pusaka ini tidak akan terpisah hingga hari kiamat. Wahai Manusia! Jangan melampaui Kitab Allah dan Itrahku dan jangan pula membelakanginya karena kalian akan binasa."

Pada waktu itu, Nabi Muhammad Saw mengangkat tangan Imam Ali as ke atas dan semua menyaksikan Imam Ali as berada di sisi Rasulullah. Beliau kemudian berkata, "Wahai manusia! Siapa pribadi yang paling layak dari orang-orang mukmin? Para sahabat Nabi Saw menjawab, "Allah dan Nabi-Nya yang lebih tahu." Nabi Saw melanjutkan, "Allah adalah maulaku dan aku adalah maula orang-orang beriman. Aku lebih utama dan layak dari diri mereka sendiri. Wahai manusia! Barangsiapa yang aku adalah maula dan pemimpinnya, maka Ali juga menjadi maula dan pemimpinnya."

Nabi mengulangi ucapan tersebut sebanyak tiga kali lalu melanjutkan, "Ya, Allah! Cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya. Ya Allah! Bantulah orang-orang yang membantunya dan hinakan para mausuhnya. Ya Allah! Jadikan Ali sebagai pusat kebenaran." Nabi kemudian menambahkan, "Penting bagi mereka yang hadir untuk menyampaikan kepada yang tidak ada dan memberikan informasi kepada orang lain."

Waktu itu umat masih berkumpul, ketika malaikat wahyu turun dan memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad Saw, "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Ali Imran: 3) Pada waktu itu juga Nabi mengucapkan takbir dengan suara tinggi dan berkata, "Aku bersyukur bahwa Allah telah menyempurnakan agama-Nya mencukupkan nikmat-Nya serta gembira atas risalahku dan kepemimpinan Ali sepeninggalku."

Setelah itu umat Islam satu persatu mendatangi kemah Nabi Saw dan melakukan baiat kepadanya serta menyampaikan selamat. Kemudian mereka bergerak ke kemah Imam Ali as dan menyatakan baiat kepadanya sebagai pengganti dan pemimpin sepeninggal Nabi Saw. Rasulullah tersenyum menyaksikan kejadian tersebut dan berkali-kali berkata, "Ucapkan selamat kepadaku. Karena Allah telah mengkhususkan kenabian padaku dan imamah kepada Ahlulbaitku. Ini petanda kemenangan agung dan kekelahan penuh kubu kekafiran dan kemunafikan."