Buku Fire and Fury, Penjabaran Mentalitas Trump
https://parstoday.ir/id/radio/world-i50135-buku_fire_and_fury_penjabaran_mentalitas_trump
Awal bulan Januari 2018, Michael Wolff, seorang penulis Amerika menerbitkan sebuah buku yang masuk di antara buku terlaris di Amazon Online Book Store.
(last modified 2025-12-04T09:48:52+00:00 )
Jan 20, 2018 14:26 Asia/Jakarta

Awal bulan Januari 2018, Michael Wolff, seorang penulis Amerika menerbitkan sebuah buku yang masuk di antara buku terlaris di Amazon Online Book Store.

Di berbagai toko buku Washington, buku itu terjual habis dengan cepat dan sulit ditemukan pada hari pertama penjualannya. Buku yang penerbitannya berusaha dicegah oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pengacaranya itu berjudul, "Fire and Fury: Inside The Trump White House". Buku yang mengkritik kepribadian dan kinerja Trump, dan mengkritik tahun pertama kepresidenan Trump.

Penulis buku tersebut menyatakan bahwa bukunya ditulis berdasarkan lebih dari 200 wawancara dengan presiden dan pejabat seniornya selama 18 bulan dan kemungkinan akan mengakhiri bukunya di akhir masa kepemimpinan Trump. Dalam sebuah wawancara dengan televisi NBC, Wolff mengucapkan terima kasih kepada Trump atas bukunya yang laris manis itu dan mengatakan, "Trump bukan saja telah membantu saya menjual buku saya tapi juga menegaskan apa yang saya tulis. Sangat tidak biasa bagi seorang presiden untuk berusaha keras mencegah publikasi sebuah buku."

Fire and Fury: Inside The Trump White House

Wolff, dalam bukunya mengutip keterangan sejumlah pejabat pejabat Gedung Putih, termasuk Steve Bannon, bahwa Trump di Gedung Putih bertingkah seperti anak kecil, dan pada praktiknya tidak memiliki kapasitas memimpin sebuah negara. Gary Cohn, penasihat senior ekonomi Trump, juga secara eksplisit menyatakan bahwa Trump tidak membaca bahkan catatan satu halaman atau laporan singkat dan harian apapun.

Ia terbangun di tengah pertemuan penting dengan para pemimpin dunia karena lelah dan bosan. Michael Wolff kemudian mengemukakan sebuah perspektif, "Saya pikir ada dua masalah mendasar di sini. Salah satunya adalah Donald Trump dia tidak menelaah apapun. Ketika Anda bekerja untuk Presiden Amerika Serikat, masalah yang aneh bagi Anda adalah bagaimana Anda ingin memberinya informasi? Masalah kedua adalah bahwa Trump tidak hanya tidak menelaah, bahkan tidak mendengarkan ucapan Anda. Karena Anda tidak bisa mengatakan apapun kepada Trump, dan itu menjadi krisis kepresidenan sejak hari pertama.”

Steve Bannon, penasihat senior Donald Trump di Gedung Putih, yang banyak berjasa atas kemenangannya dalam pilpres, telah berbicara secara blak-blakan terhadap Trump dalam buku tersebut dan menyebut Presiden Amerika Serikat sebagai orang yang memiliki mental tidak stabil.

Sebagaimana dikutip Bannon, Trump dituduh sombong dan bahwa baginya tidak ada yang lebih penting daripada citranya. Menurut Bannon, Trump menjadi lebih kaya setiap hari dengan menjual namanya, dan Anda bisa melihat namanya di berbagai hotel, kasino dan lapangan golf. Tentu saja, dia di Gedung Putih bertingkah sama seperti pada acara televisi The Apprentice pernah diperankannya. Pada acara tersebut, dia punya ungkapan yang terkenal yaitu, "Anda dipecat." Menurut Bannon, sekarang Trump bersikap dengan cara yang sama di Gedung Putih untuk mengesankan dirinya sebagai orang yang kompeten.

Penerbitan buku "Fire and Fury: Inside the Trump White House" disambut dengan reaksi keras pengacara Trump yang berusaha menghentikan penerbitannya. Seorang sejarawan Amerika, Tim Naftali, kepada CNN menceritakan tentang perilaku Trump dan sikapnya terkait penerbitan buku ini, "Tidak perlu menerbitkan buku ini untuk mengungkapkan kejanggalan perilaku Donald Trump, alih-alih mengabaikannya, Trump langsung menyerang buku itu karena tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri."

Fire and Fury: Inside The Trump White House

Tentu saja, pengungkapan fakta dari dalam Gedung Putih tidak terbatas pada kepribadian Donald Trump, karena juga mengacu pada atmosfer politik Amerika. Saat ini, penyelidikan mengenai tingkat keterlibatan Rusia dan mekanismenya dalam pemilihan presiden Amerika masih menjadi isu paling hangat di Amerika Serikat.

Meskipun buku ini tidak menyebutkan Donald Trump, namun Wolff mengutip Bannon mengatakan bahwa Donald Trump Jr., putra presiden, memiliki hubungan dengan orang-orang Rusia, dan dia menilai pertemuan selama kampanye pilpres 2016 itu berbahaya dan berbau pengkhianatan. Namun Donald Trump mereaksi pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa Bannon telah kehilangan akalnya.

Meski setelah terbitnya buku Fire and Fury, Steve Bannon, menarik kembali pernyataannya, namun bukti-bukti yang ada dalam buku Wolff memperkuat kecurigaan tersebut. Donald Trump berulang kali menolak tuduhan tersebut, dan sebagai tanggapan atas pernyataan Steve Bannon, Presiden AS mengatakan, "Dia bukan hanya kehilangan pekerjaannya, tapi juga kehilangan akal."

Satu lagi pengungkapan besar lainnya dalam buku itu adalah kerja sama Mohamed bin Salman, Pangeran Mahkota Arab Saudi dengan Donald Trump dan keluarganya, yang oleh Wolff disebut sebagai kerja sama yang didasarkan pada sedikit wawasan soal pengambilan keputusan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan sejumlah pejabat Gedung Putih, Wolff menulis bahwa setelah pengumuman Mohamed bin Salman sebagai pangeran mahkota Arab Saudi, Trump mengumumkan bahwa dia bersama menantunya Jared Kushner telah melakukan kudeta di Arab Saudi, dan meletakkan pionnya (bin Salman) di puncak kekuasaan Saudi. Buku Fire and Fury juga memuat bukti-bukti baru terkait dukungan Trump atas aksi bin Salman menangkap para pangeran Saudi.

Michael Wolff menulis, "Presiden, dengan mengabaikan atau menolak nasehat kebijakan luar negeri, menyetujui aksi pemerintah Saudi untuk bersikap sewenang-wenang terhadap Qatar." Perspektif Trump adalah bahwa Qatar mendukung kelompok teroris - namun catatan serupa Arab Saudi dalam ini harus diabaikan. Alasannya hanya beberapa anggota keluarga kerajaan Arab Saudi yang mendukung kelompok teroris."

Pada bagian lain buku ini, disinggung pula sumber perspektif pandangan ekstrem Trump terhadap Iran dan fakta bahwa dia telah menempatkan Iranphobia sebagai poros kebijakan luar negerinya. Wolff menulis, dari mantan penasihat keamanan nasionalnya, Michael Flynn, Trump belajar bahwa "siapapun yang menentang Iran adalah orang yang baik."

Fire and Fury: Inside The Trump White House

Pengungkapan berbagai fakta dalam buku ini menyedot perhatian dunia, dan khususnya rakyat Amerika. Kepada NBC Wolff mengatakan, "Waktu sekarang ini adalah saat yang buruk dan luar biasa, dan bahwa dalam beberapa hari terakhir banyak fokus tertuju pada buku saya ini, membuktikan bahwa materi semacam ini tidak berlebihan atau tidak masuk akal, dan karena itulah kami harus mengatakannya. Buku ini semacam implementasi Amandemen Konstitusi ke-25."

Lebih lanjut dijelaskan Wolff, bahwa anggota Gedung Putih telah sepenuhnya terang-terangan membicarakan opsi ini dan mengatakan bahwa, tentu saja, masih belum sampai pada tingkat implementasi Amandemen Konstitusi ke-25 atau baru mencapai tingkat kecil. Perlu dicatat bahwa amandemen ini berkaitan dengan suksesi Presiden Amerika Serikat, ketika perilaku dan kondisi mentalnya dipertanyakan.

Meskipun Gedung Putih dan Trump, menolak klaim yang dibuat dalam buku ini dan menilainya "tidak realistis", namun sepekan setelah penerbitan buku itu, hasil jajak pendapat pertama Gallup pada tahun 2018, menunjukkan bahwa popularitas Trump telah turun 2% menjadi 37%. Survei yang sama pada 31 Desember 2017, menunjukkan turunnya popularitas Trump di angka 39%

Menyusul fakta-fakta yang diungkapkan oleh Wolff, serta berdasarkan perilaku dan profil kepribadian Trump, dapat diasumsikan bahwa klaim kontroversial yang tercantum dalam buku ini akan menjadi salah satu masalah utama yang dipikirkan Trump dalam beberapa bulan mendatang dan akan mempengaruhi berbagai keputusan dan pernyataannya.